Untuk mengurangi gejala-gejala autism berasal seseorang anak, para orang tua sering mencoba pengobatan-pengobatan alternatif misalnya diet-diet spesifik.
Belakangan ini, gluten-free/casein-free diet sebagai semakin terkenal. Sebagian orang tua melaporkan peningkatan kepada dalam gejala-gejala autism bersama aturan pola makan ini.
Akan namun, baru sedikit penelitian yang pernah dilakukan terhadap gluten-free/casein-free diet untuk autism.
Akibatnya, banyak orang tua yang bertanya-tanya apakah diet ini betul-betul bermanfaat, bahkan, memberikan suatu disparitas kepada dalam gejala-gejala berasal anak yang menderita autism.
Sebagian jua percaya bahwa anak-anak autism itu membatasi sendiri asupan mereka, lantaran mereka lebih menyukai makanan yang hambar misalnya roti putih.
Sehingga pertanyaannya sebagai Ayam dulu atau telur dulu. Apakah gluten yang menjadikan autism, atau, lebih mungkin, artinya autism yang membatasi variasi asupan makanan berasal sang anak?
Apa itu gluten-free/casein-free diet untuk autism?
Gluten-free/casein-free diet itu dikenal jua sebagai GFCF diet. Diet ini artinya keliru satu berasal beberapa pengobatan alternatif bagi anak autism.
Saat mengikuti diet eliminasi yang ketat ini, semua makanan yang mengandung gluten (ditemukan kepada dalam gandum, barley serta rye) serta casein (ditemukan kepada dalam susu serta produk dairy) itu dihilangkan berasal asupan makanan harian sang anak.
Sebagian orang tua berasal anak autism percaya bahwa anak mereka alergi atau sensitif terhadap komponen yang ditemukan kepada dalam makanan ini. Sebagian melakukan pengujian alergi untuk konfirmasi.
Namun, sekalipun tidak timbul alergi yang dikonfirmasi, banyak orang tua berasal anak autism yang permanen memilih untuk menunjukkan GFCF diet. Diantara berbagai manfaat yang mereka laporkan artinya perubahan kepada dalam konduite serta berbicara.
Bagaimana cara kerja gluten-free/casein-free diet untuk autism?
Manfaat berasal gluten-free/casein-free diet itu kepada dasarkan kepada teori bahwa anak autism itu mungkin alergi atau sangat sensitif terhadap makanan yang mengandung gluten atau casein.
Anak autism, menurut teori tadi, memproses peptide serta protein kepada dalam makanan yang mengandung gluten serta casein bersama cara yang tidak sama dibanding orang lain. Secara hipotesa, disparitas kepada dalam memproses ini mungkin memperparah gejala-gejala autistic.
Sebagian percaya bahwa otak memperlakukan protein ini misalnya bahan kimia mirip opium palsu. Reaksi terhadap zat-zat kimia ini, menurut mereka, mengarahkan seseorang anak untuk bereaksi bersama suatu cara pribadi.
Ide dibelakang penggunaan diet artinya untuk mengurangi gejala-gejala serta meningkatkan konduite sosial serta kognitif serta kemampuan berbicara.
Mungkin timbul beberapa manfaat ilmiah untuk alasan dibelakang gluten-free/casein-free diet. Para peneliti sudah menemukan level peptide yang tidak normal kepada dalam cairan tubuh berasal sebagian orang yang memiliki gejala-gejala autism.
Akan namun, efektivitas berasal GFCF diet untuk autism belum kepada dukung sang penelitian medis; bahkan, sebuah review mutakhir serta studi-studi sebelumnya menyimpulkan bahwa masih kurang bukti ilmiah untuk mengungkapkan apakah diet ini bermanfaat atau tidak.
Sayangnya, untuk mengeliminasi semua asal gluten serta casein itu begitu sulit sebagai akibatnya untuk melakukan percobaan-percobaan klinis secara random kepada anak-anak itu mungkin terbukti sangat sulit.
No comments:
Post a Comment