Friday, April 6, 2018

Diet Ketogenik, Benarkah Bisa Melemahkan Sel Kanker

Diet Ketogenik, Benarkah
Soal kesepakatan sejumlah pakar ihwal pengobatan kanker yg sebenarnya tak melulu harus diatasi bareng terapi medis konvensional macam kemoterapi & operasi sepertinya telah berkali-kali diungkap dalam tulisan terdahulu, jadi sepertinya tidak usah berbasa basi soal itu.

Memang masih kontroversial maupun pada global medis, apalagi pada negara berkembang macam Indonesia yg kebanyakan metode pengobatannya masih bareng praktis digiring bareng prinsip pengobatan terkenal.

Semoga bukan dipercaya bikin hoax baru ya, soalnya sebenarnya memang ini baru dalam skala rumor. Katanya memang metode pengobatan kanker pada negara-negara berkembang sebenarnya nisbi dipengaruhi sang pemodal global farmasi besar. Bagaimanapun kalau kemoterapi masih banyak digunakan, maka para pelaku farmas diuntungkan, apalagi mereka maupun biasa sedikit bebas membandrol obat-obat kanker bareng harga nisbi tinggi.

Sementara pada negara maju sejumlah klinik-klinik mutakhir dibuka bareng layanan terbatas, pasien berskala kecil tetapi menerapkan metode-metode tidak sama yg tidak sejalan bareng koridor pengobatan konvensional. Tentu saja bukan lantas klinik-klinik ini ilegal, faktanya sejumlah klinik malah dikoordinasi atau setidaknya dalam monitor instansi kesehatan atau forum riset legal.

Klinik-klinik ini mengenalkan sejumlah metode buat menangani kanker, termasuk juga bareng menerapkan sejumlah program diet yg dipercaya memiliki kemampuan melemahkan sel kanker. Ada banyak kanker yg bisa diatasi bareng sejumlah metode diet, termasuk  mengobati kanker usus, kanker hati, kanker paru-paru, kanker rahim & banyak lagi.

Salah satu program diet yg banyak digadang nisbi sophisticated buat mengatasi kanker merupakan diet ketogenik. Sebelum berpanjang lebar soal bagaimana diet ini bekerja terhadap sel kanker, kita kenalan dulu saja bareng diet ketogenik ini.

Apa sebenarnya diet ketogenik?

Asal muasal konsep diet ketogenik berasal istilah keton. Keton sendiri sangat berkaitan bareng sistem metabolisme tubuh & kadar glukosa dalam darah.

Sederhananya begini...

Metabolisme tubuh dalam memproduksi tenaga sejatinya membutuhkan glukosa menjadi bahan standar. Nah...kalau kadar glukosa dalam darah tidak nisbi, maka secara alami tubuh (dalam hal ini sel tubuh) akan mencari sumber tenaga baru yakni lemak atau cadangan lemak.

Efek dari proses pembentukan tenaga dari lemak ini membuahkan tubuh melepas rata senyawa kimia sisa bernama keton. Keton memiliki aroma unik yg khas, sedikit mirip bareng bau kuteks. Aroma eton ini yg kemudian akan ada menjadi bau badan pada mereka yg tubuhnya memproduksi keton dalam jumlah besar. Pada titik dimana kadar keton dalam tubuh nisbi tinggi tubuh dikenal menjadi mengalami kondisi ketosis.

Kondisi ketosis inilah yg menjadi tujuan dari diet ketogenik. Diet ini dikhususkan bareng mengurangi asupan gula hingga level sangat minimal. Semua jenis sumber gula, mulai dari gula itu sendiri, segala jenis sumber karbohidrat hingga jenis buah-buahan manis.

Diet ketogenik akan menuntut pelakunya mengkonsumsi sayuran dalam jumlah besar, protein dalam skala rendah & lemak sehat dalam kadar nisbi tinggi. Kadang bisa juga dipadukan bareng buah selama buah yg dipilih tidak terlalu manis.

Dengan memaksimalkan pembakaran lemak, maka otomatis secara sedikit demi sedikit tumpukan cadangan lemak pada tubuh akan menipis & akhirnya membuahkan tubuh pulang pada ukuran normalnya. Di sisi lain kondisi ketosis pada penderita diabetes dipercaya baik selama masih dalam ambang batas safety alias kadarnya tidak terlalu tinggi. Keton hiperbola maupun bisa menjadi racun buat tubuh. Jadi  umumnya mereka pelaku diet ketogenik akan memiliki semacam alat pengukur kadar keton dalam tubuh. 

Lalu bagaimana kaitannya bareng sel kanker?

Kunci primer dari adanya analisa bahwa diet ketogenik akan bekerja terhadap sel kanker merupakan adanya keterangan kalau glukosa atau gula & protein merupakan masakan buat sel kanker. Sel kanker paling membutuhkan glukosa buat menjadi bahan bakarnya melakukan agresivitas & penyebarannya.

Kalau gula saja menjadi masakan primer dari sel kanker, artinya kalau kita menjalankan diet yg bertujuan menurunkan kadar glukosa dalam darah otomatis akan membuahkan sel-sel kanker akan mengalami pelemahan. Tentu saja bareng ide ini, diet ketogenik masuk dalam daftar, sebab pada diet ini, tujuan utamanya memang menekan kadar glukosa darah.  

Dan dari anggapan ini kemudian sejumlah riset dikembangkan. Sebagian besar mengakui adanya imbas nisbi relevan dari konduite diet ketogenik bareng pelemahan sel kanker. Sejumlah riset mengakui terapi sederhana bareng diet ketogenik akan memberi efek mengobati kanker usus, kanker paru-paru, kanker hati maupun kanker rahim.

Tidak hanya hingga pada situ, dalam riset yg dirlis sang www.medscape.com, maupun dijelaskan bahwa diet ketogenik bekerja pada sistem metabolisme & imunitas tubuh. Kedua aspek ini menjadi kunci vital keseimbangan tubuh.  Sejumlah pakar yg banyak mengungkap ihwal kasus diet ketogenik antara lain mirip  Otto Warburg & Dr Thomas Seyfried, pakar hayati & dokter seseorang ahli kanker.

Bahkan mereka maupun mengklaim bahwa imbas diet ketogenik terhadap pasien kanker yg telah bermetastasis maupun lumayan relevan. Diet ketogenik memberi manfaat membantu sel-sel kanker mengalami pelemahan sehingga lebih praktis diatasi bareng terapi-terapi konvensional atau kombinasi terapi lain.

No comments:

Post a Comment