Saturday, July 25, 2020

@ Serpong

Kota Serpong  menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta yang berkarakter egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis. Kehidupan nyaman adalah pilihan, kenyamanan hidup adalah keputusan.

Lima belas tahun silam,  suasana alam kota Serpong begitu sejuk, damai dan tenang. Saya dan keluarga yang tinggal di sebuah rumah mungil  di salah satu kawasan kompleks perumahan Gading Serpong sejak tahun 1999, benar-benar betah karena dimanjakan oleh hijaunya  alam Serpong. Saya masih ingat  ketika gumpalan kabut selalu menepi di kebun halaman rumah menjelang  jam 9 malam. Hawa dinginnya begitu terasa.  Memasuki pagi, usai sholat subuh di sebuah surau kecil dalam  lingkungan kompleks, saya bisa menyentuh butiran bening embun yang membasahi dedaunan pohon-pohon  kecil yang tumbuh  di pinggir jalan.  Sekelompok petani perempuan muda  berjalan santai penuh canda  menuju  sawah  dan kebun. Nyanyian hewan-hewan liar  di sekitar rimbunnya kebun kelapa gading dan hamparan sawah menambah nikmatnya alam  serpong.

Kini,  lima belas tahun  berlalu,  saya dan keluarga tak pernah lagi merasakan nikmatnya  hidup di Serpong.  Kenyamanan, kedamaian dan ketenangan  Serpong  perlahan mulai lenyap. Kabut malam tak pernah lagi mampir di kebun halaman rumah, butiran bening embun pagi pun pergi entah kemana,  sawah-sawah berubah menjadi kompleks perumahan mewah, hewan-hewan liar bermigrasi tanpa pamit meninggalkan kebun kelapa gading.  Kota Serpong  bising dengan  suara mesin, klakson mobil dan motor.  Polusi udara  dimana-mana. Cuacanya semakin panas.

Serpong berubah menjadi kota modern dengan jejeran mall-mall elit, hotel-hotel  berbintang, apartemen dan perumahan mewah,   gedung-gedung  tinggi perkantoran,  deretan ruko warna-warni, papan billboard iklan yang bertebaran dimana-mana serta menjamurnya  kedai kuliner di sepanjang   jalan raya Serpong.  Serpong semakin padat, sesak dan macet. Penduduk asli serpong yang dulu  dikenal polos  dengan gaya  hidup  tradisionalnya,   perlahan mulai tersingkir.  Sekarang, kota Serpong  menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta  yang berkarakter  egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis.

Saya dan keluarga semakin cemas dengan kondisi alam serpong yang terus digerus pembangunan yang membabi-buta. Saya dan keluarga masih tetap berharap,  kenyamanan  kota  Serpong  bisa  hadir  kembali untuk kehidupan yang lebih sehat dan segar bagi semua makhluk hidup yang ada. Akankah harapan ini terwujud? Yaaa.... Tuhan dimana Kau simpan SerpongMu yang dulu? (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

No comments:

Post a Comment