Kota Serpong menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta yang berkarakter egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis. Kehidupan nyaman adalah pilihan, kenyamanan hidup adalah keputusan.
Lima belas tahun silam, suasana alam kota Serpong begitu sejuk, damai dan tenang. Saya dan keluarga yang tinggal di sebuah rumah mungil di salah satu kawasan kompleks perumahan Gading Serpong sejak tahun 1999, benar-benar betah karena dimanjakan oleh hijaunya alam Serpong. Saya masih ingat ketika gumpalan kabut selalu menepi di kebun halaman rumah menjelang jam 9 malam. Hawa dinginnya begitu terasa. Memasuki pagi, usai sholat subuh di sebuah surau kecil dalam lingkungan kompleks, saya bisa menyentuh butiran bening embun yang membasahi dedaunan pohon-pohon kecil yang tumbuh di pinggir jalan. Sekelompok petani perempuan muda berjalan santai penuh canda menuju sawah dan kebun. Nyanyian hewan-hewan liar di sekitar rimbunnya kebun kelapa gading dan hamparan sawah menambah nikmatnya alam serpong.
Kini, lima belas tahun berlalu, saya dan keluarga tak pernah lagi merasakan nikmatnya hidup di Serpong. Kenyamanan, kedamaian dan ketenangan Serpong perlahan mulai lenyap. Kabut malam tak pernah lagi mampir di kebun halaman rumah, butiran bening embun pagi pun pergi entah kemana, sawah-sawah berubah menjadi kompleks perumahan mewah, hewan-hewan liar bermigrasi tanpa pamit meninggalkan kebun kelapa gading. Kota Serpong bising dengan suara mesin, klakson mobil dan motor. Polusi udara dimana-mana. Cuacanya semakin panas.
Serpong berubah menjadi kota modern dengan jejeran mall-mall elit, hotel-hotel berbintang, apartemen dan perumahan mewah, gedung-gedung tinggi perkantoran, deretan ruko warna-warni, papan billboard iklan yang bertebaran dimana-mana serta menjamurnya kedai kuliner di sepanjang jalan raya Serpong. Serpong semakin padat, sesak dan macet. Penduduk asli serpong yang dulu dikenal polos dengan gaya hidup tradisionalnya, perlahan mulai tersingkir. Sekarang, kota Serpong menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta yang berkarakter egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis.
Saya dan keluarga semakin cemas dengan kondisi alam serpong yang terus digerus pembangunan yang membabi-buta. Saya dan keluarga masih tetap berharap, kenyamanan kota Serpong bisa hadir kembali untuk kehidupan yang lebih sehat dan segar bagi semua makhluk hidup yang ada. Akankah harapan ini terwujud? Yaaa.... Tuhan dimana Kau simpan SerpongMu yang dulu? (Foto/Ilustrasi:Ist)
www.Fb.Com/INDONESIAComment/
plus.Google.Com/ INDONESIAComment
Indocomm.Blogspot.Com
#INDONESIAComment
Deenwawan.Photogallery.Com
No comments:
Post a Comment