Sunday, July 26, 2020

Jalan Raya

Jalan raya merupakan CCTV paling canggih  dan  tak tertandingi oleh teknologi apapun. Banyak peristiwa tragis  seperti kasus kecelakaan lalu lintas terjadi di jalan raya. Kalau saja jalan raya bisa ngomong, maka testimoninya tentang kecelakaan lalu lintas  pasti jujur.

Waktu masih menunjukkan  jam tujuh pagi  ketika laju motor yang saya naiki  sampai di jalan raya Gajah Mada, Jakarta, Pusat. Seperti biasa, jalanan sudah ramai. Jalan raya dimanapun,  nggak bisa nolak kehadiran roda-roda kendaraan yang nyaris tiada henti dan tak mengenal waktu.  Tak ada hari libur bagi jalan raya. Jalan raya juga tak bisa ‘complain’ ketika tubuhnya berlubang, kotor, berdebu, ditiduri paku-paku karatan. Jalan raya tak pernah mengeluh disaat panas matahari melumeri kulitnya dan diam membeku saat  hujan mengguyur tubuhnya.

Jalan raya adalah ‘buku sejarah’ manusia.   Jalan raya menyimpan banyak kisah tragis. Kasus-kasus  kemacetan, kecelakaan, tabrak lari, kebut-kebutan liar ‘pembalap’  jalanan, perilaku arogan dan korup oknum polisi lalu lintas, pengamen, pengemis  dan pedagang asongan yang ‘bernyanyi’ di dalam angkot,  pengemudi  kendaraan yang berkelahi  gara-gara rebutan  menyerobot lampu hijau,  ceceran darah puluhan korban kecelakaan yang tewas sia-sia  di tangan pengemudi angkutan umum yang ugal-ugalan,  pamer mobil mewah orang-orang kaya serta bangkai anjing, tikus dan kucing yang  hancur berserakan terlindas kendaraan.

Jalan raya  tidak bisa ‘berteriak’ ketika tubuhnya dibebani  mobil kontainer yang bobotnya berton-ton.  Bahkan, jalan raya dipaksa untuk ‘lancar’ oleh pejabat negara yang pakai mobil mewah saat sedang macet.   Jalan raya seringkali ‘terluka’ saat aksi demo mahasiswa dan buruh  membakar ban di jalanan.  Segudang peristiwa perampokan jalanan,  pembunuhan dan penembakan  serta perkosaan di angkutan umum tak pernah henti terjadi di  jalan raya.  Jalan raya jadi saksi kunci skandal kejahatan manusia.

Momen-momen humanis juga terjadi di jalanan. Jalan raya menjadi tumpuan banyak manusia untuk mencari nafkah. Setiap hari  selama 24 jam, puluhan bahkan ratusan angkutan umum terus menggerus jalan raya menangguk rupiah.  Ratusan  motor, mobil dan  sepeda  pribadi  juga  mengantungkan  diri kepada jalan raya untuk menuju kantor memburu  gaji bulanan.

Dibalik pasrahnya jalan raya, ternyata manusia tidak pernah bersyukur  kepada Tuhan. Jalan raya selalu  menjadi  ‘kambing hitam’  atas  terjadinya  kecelakaan.  Manusia menuduh jalan raya yang berlubang,  penuh genangan air, pasir dan batu-batu krikil  yang bertebaran sebagai penyebab terjadinya kecelakaan.  Padahal, ‘cacatnya’ jalan  raya adalah ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Saya percaya, suatu saat jalan raya akan menerima ‘reward’ atas kepasrahannya.

Saya yakin Tuhan akan segera mengutus  ‘makhlukNya’ untuk menyelesaikan  kisah-kisah tragis di muka bumi yang terjadi di jalan raya. “Kesehatan mental dan moral sebuah  bangsa  dapat dilihat dari cara bagaimana manusia memperlakukan jalan raya dengan baik dan benar”. (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

No comments:

Post a Comment