Tuhan punya maksud khusus ketika menurunkan hujan. Ada mukjizat besar dibalik air hujan yang hanya diketahui olehNya. Tidak ada hubungannya antara hujan dan banjir. Manusia tak layak menghukum hujan sebagai penyebab banjir. Hujan adalah rahasia Tuhan. Hujan merupakan ‘obat penawar’ yang bisa membersihkan kotoran lahir dan bathin manusia.
Hampir satu minggu ini hujan mengguyur kota Jakarta diiringi kerasnya gemuruh petir di langit. Genangan air dan banjir kecil mulai menutup beberapa ruas jalan di ibu kota. Bahkan, di luar kota sudah terjadi banjir. Seperti kasus-kasus banjir tempo dulu, maka mengalirlah setumpuk kekecewaan manusia yang diberitakan media massa dan sosial media. Manusia mengecam, menghujat dan memvonis hujan sebagai biang keladi banjir.
Tahukah Anda? Sebenarnya, air adalah mukjizat Tuhan yang diturunkan ke bumi sebelum manusia menghuni alam semesta. Tuhan ‘sengaja’ menciptakan air untuk seluruh benda ciptaanNya. Tuhan tahu, kapan waktunya air hujan diturunkan. Turunnya hujan tidak bisa ditebak oleh manusia lewat kecanggihan teknologi cuaca apapun.
Anda pasti pernah mendengar bahwa 60 persen tubuh orang dewasa terdiri dari air. Pada tubuh bayi kandungan airnya mencapai 75 persen. Sedangkan orang tua 50 persen . Beberapa organ vital manusia juga mengandung air yaitu otak 73 persen, paru-paru 83 persen, jantung 73 persen, hati 71 persen dan ginjal 79 persen, tulang 31 persen. Air juga bukan hanya menjadi kebutuhan pokok manusia. Semua benda-benda yang ada di dunia memiliki keterikatan dengan air secara misterius.
Peran air di alam semesta sangat tak terhingga. Untuk menghilangkan haus dan lelah kita minum air. Air kita gunakan untuk mencuci pakaian dan seluruh perlengkapan rumah tangga. Air membersihkan tubuh kita dari debu, kotoran dan bau tidak sedap. Para ilmuwan, dokter serta kyai juga banyak memakai air sebagai medium untuk mengobati penyakit. Sifat suci air tidak tertandingi ketika seorang muslim melakukan wudhu sebelum melakukan ibadah. Disinilah mukjizat dan rahasia air diciptakan Tuhan.
Dalam sejarah Islam, air mengandung nilai spriritual. Berawal ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan Allah SWT untuk meninggalkan istrinya Siti Hajar dan bayinya yang masih menyusui yaitu Ismail AS di tengah padang pasir yang sunyi, tandus dan tidak ada kehidupan manusia. Namun, hati Siti Hajar tetap tenang karena dia yakin hidupnya dijamin Allah SWT.
Sepeninggal Nabi Ibrahim AS, sang bayi Ismail menangis kehausan. Namun, tak ada air sedikitpun. Siti Hajar berlari kecil kesana-kemari mencari air. Tanpa disadari, Siti Hajar telah bolak-balik melalui bukit Sofa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ismail terus menangis sambil menggerakkan kakinya ke bumi. Akhirnya, rahmat Allah SWT datang juga. Tanah tempat Ismail menggerak-gerakan kakinya ketika nangis mengeluarkan air. Bukan main gembiranya Siti Hajar dan segera mengambil air sambil berkata Alhammdullillah, Zam..Zam..Zam! yang artinya bersyukur kepadaNya dan meminta air untuk berkumpul di dekatnya.
Begitu pentingnya air bagi manusia, sampai-sampai kita tak bisa kehilangan air setetes pun sepanjang perjalanan hidup. Air bukanlah bencana dan musibah. Air merupakan mukjizat abadi Tuhan untuk kehidupan. Masihkah kita terus menyalahkan hujan sebagai penyebab banjir? Bersyukurlah kepadaNya bahwa Dia tak pernah berhenti sedetikpun menyayangi manusia, walaupun manusia terus-menerus mendzolimi hujan.[ Wawan Kuswandi ]
www.facebook.com/INDONESIAComment/plus.Google.Com/ INDONESIAComment
Indocomm.Blogspot.Com
#INDONESIAComment
Deenwawan.Photogallery.Com
No comments:
Post a Comment