Tuesday, July 28, 2020

‘Bacalah’

Membaca buat saya benar-benar merupakan aktivitas yang sangat mengasyikkan. Selain menambah wawasan, membaca bisa  membuat  pikiran   tetap  aktif dan sehat. Konon katanya, membaca bisa membuat awet muda (boleh percaya, boleh tidak). Sayangnya, tidak semua orang Indonesia gemar membaca.

Survey minat baca siswa SD di Jepang yang dilakukan The Mainichi Daily News (2014) lalu, menyebutkan bahwa sebanyak 18 persen pelajar SD sudah membaca lebih dari 16 buku per bulan.  Di Indonesia, justru murid-murid SD lebih gemar nonton televisi dan main game online.  Di sisi lain, para ibu-ibu muda dan wanita separuh baya,  lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bergosip ria melalui HP atau ngerumpi dengan teman saat arisan atau pengajian di majelis taklim.

Terus terang saja, saya tidak bermaksud memaksa Anda membaca artikel ini. Anda punya hak  untuk membaca atau tidak. Namun, izinkan saya  berbagi sedikit tentang dimensi kata Bacalah. Dari sejumlah referensi yang saya baca ditambah  dengan  pendapat  beberapa  narasumber, ternyata, kata  ‘Bacalah’   mempunyai dimensi  positif yang sangat luas dalam kehidupan manusia.

Kata ‘Bacalah’ atau Iqro (QS Al Alaq:1-5) mengandung makna spiritual  bagi penganut Islam. Mengapa? Karena Bacalah adalah  kata pertama yang  terucap  dari Malaikat  Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW ketika sedang bertahannuf  malam hari  di Goa Hira tanggal  17 Ramadhan tahun 610 M. Dari situlah Nabi Muhamad SAW  mengenalkan Allah SWT kepada seluruh makhluk hidup di jagat raya.

Dimensi pertama kata  ‘Bacalah’  ialah Allah SWT memilih  Nabi Muhammad SAW sebagai mediator untuk menyebarkan petunjuk kehidupan [Al Quran] kepada seluruh makhluk hidup di muka bumi. Manusia diwajibkan untuk menggunakan akal dan pikirannya saat  menghadapi berbagai persoalan hidup.  Untuk melatih  agar akal dan pikiran  manusia bisa menjadi solusi  dalam memecahkan problema kehidupan, maka cara terbaiknya  ialah dengan banyak membaca.  Disini,  kata  ‘Bacalah’  mengandung makna leksikal.  Apa yang harus kita baca?  Banyak. Kita bisa membaca kitab suci, buku, surat kabar, sosial media,  selebaran,  jurnal  dan sejenisnya. Membaca  memberi kita banyak pengetahuan. Membaca membuat seseorang bisa keluar dari kebodohan.  Membaca mampu  melindungi kita dari  kejahatan sosial yang bersifat linguistik.

Dimensi kedua  kata ‘Bacalah’ yaitu manusia ditunjuk olehNya untuk menjadi khalifah di bumi.  Dalam konteks ini, makna ‘Bacalah’  mengandung arti bahwa manusia diwajibkan untuk menganalisis  seluruh peristiwa alam dan fakta sosial  yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia berperan untuk saling mengingatkan antarsesama untuk tidak melakukan  penyimpangan  sosial.  Dari sinilah   lahir istilah sanksi sosial, hukum  dan perundang-undangan tertulis yang bertujuan menjaga  tertib sosial. Kata Bacalah lebih bermakna kontrol sosial.

Dimensi ketiga kata ‘Bacalah’ ialah  manusia wajib melakukan introspeksi dan mengevaluasi diri dalam pergaulan sosialnya karena  manusia akan diminta  mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, baik  kepada dirinya sendiri maupun kepada tuhan.   Bacalah dalam konteks ini mengandung makna personal kontrol.

Sebenarnya banyak sekali dimensi kata Bacalah  yang belum terurai.  Saya yakin Anda pun memiliki pendapat sendiri.  Semoga  kata Bacalah selalu  mengingatkan  saya dan Anda untuk terus ‘membaca’  kehidupan alam semesta sepanjang zaman. Membaca selama satu jam setiap hari, bisa membuat pikiran kita menjadi sehat dan segar.(Foto/ILustrasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

No comments:

Post a Comment