BERITA TERKAIT
Meriahnya karnaval 'Persatuan & Kesatuan' Desa Banjarsari, Malang
Kembali gelar karnaval, Mandiri targetkan 50 ribu pengunjung
Kekerasan seksual terhadap anak masih tinggi di Jateng
Dengan tekad & kemauan yg kuat, Fariz mewujudkan mimpi-mimpi masa kecilnya. Sebab, pria kelahiran Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember ini, merasa minder dengan kawasan lahirnya itu.
"Saat itu, beliau menganggap Jember hanya kota mungil yg nir mempunyai keistimewaan apapun," istilah Slamet, warga Semboro, Jember ketika berbincang dengan merdeka.com, Minggu (14/10).
Kekecewaan fariz ternyata menjadi cambuk tersendiri buatnya. Dia kemudian berusaha membentuk pandangan baru buat merubah Jember menjadi kota mode yg sangat luar biasa.
"Kesuksesan Jember telah menjadi perhatian dunia fashion, baik nasional juga internasional," tambahnya.
Even JFC umumnya melibatkan ratusan model yg berjalan sepanjang 3,lima kilometer di jalan utama Kota Jember. Acara yg saban tahun digelar ini ternyata dapat menarik perhatian dunia. Jember kemudian diklaim sebagai kota artistik yg sangat luar sanggup. Apalagi ratusan model yg ditampilkan, bukanlah model-model profesional yg terbiasa berlenggak-lenggok di atas catwalk.
"Mereka hanyalah sekumpulan anak-anak desa dari pinggiran Kabupaten Jember dengan taraf ekonomi yg rendah," beber Slamet.
Penampilan mereka seolah menabrak tatanan dunia fashion yg selama ini berkiblat dalam keglamoran. "Anehnya, kurang lebih 400-an peserta itu, dapat menampilkan kreativitas yg luar biasa. Buktinya, dunia mengakui eksistensi mereka setiap tahunnya," istilah Wasib, warga jember yg lain.
Sedikit demi sedikit mereka merubah Jember menjadi kota mode & memang hal itu bukan sekadar mimpi. Kegiatan ini menjadi perbincangan di kalangan fashion internasional.
Sejak digelar dalam 1 Januari 2001 silam, kini rakyat Jember tersadar jikalau kota kelahirannya semakin dikenal dunia. Wasib menambahkan, sebelum membarui Jember menjadi kota mode bak Paris & Itali, Fariz pernah mencoba peruntungan mengikuti acara beasiswa yg disponsori sekolah mode ESMOD di Jakarta, tahun 2000 silam.
"Dan beliau berhasil. Bahkan, ESMOD mengantarkannya menjadi juara lukis dunia yg digelar oleh sebuah forum di New Delhi & mengubahnya jadi pelaku fashion terkenal. ESMOD juga memberi kesempatan Fariz buat belajar di ESMOD Pusat yg timbul di Paris selama tiga bulan," beber Wasib yg mengaku mengetahui cerita Fariz dari verbal ke verbal.
Sepulang dari Paris, Fariz mendirikan tempat tinggal mode yg berkiblat dalam tren fashion dunia. Rumah mode yg diberi nama 'House of Dynand Fariz' itu terletak di Jember.
Ide lain Fariz yg dinilai tidak masuk akan artinya karnaval fashion di mana pesertanya anak-anak belia dari desa terpencil yg tidak berpengalaman di dunia fashion. Namun, pandangan baru liarnya itu, menjadi perhatian media, baik lokal, nasional, juga internasional.
Alhasil, syarat sosiologis rakyat Jember yg religius & adem-ayem, tiba-tiba dikejutkan parade fashion layaknya kota-kota metropolitan. Apalagi yg diangkat tren-tren dunia.
Berbagai strategi dirancang oleh Fariz agar karnaval ini terus berjalan misalnya dengan mengajak partisipasi anak remaja. Sebab, dari Fariz, misalnya yg diceritkan Wasib & Slamet, kaum remaja artinya makhluk pemimpi & tugas orang dewasalah mewujudkan mimpi-mimpi itu.
"Itulah yg mendasari Fariz memproduksi JFC, yg kemudian menjadi wadah bagi generasi belia buat berkarya, berkreasi, & menggapai mimpi. Fariz juga dapat menerangkan bahwa insan nir sanggup hayati tanpa fashion," tutur keduanya.
Sekadar diketahui, Karnaval Busana Jember atau sering diklaim JFC ini, artinya sebuah even karnaval busana yg setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sebanyak 400-an peserta berkarnaval, berfashion run way and dance, di jalan utama Kabupaten Jember. Event itu, disaksikan oleh seratus ribu lebih penonton di kanan & kiri jalan.
Mereka terbagi dalam delapan defile yg masing-masing defile mencerminkan tren busana kontemporer. Defile pertama artinya defile Archipelago yg mengangkat tema busana nasional dari wilayah pribadi secara berkala misalnya Jawa, Bali, Sumatera, & seterusnya.
Defile lainnya mengangkat tema fashion yg sedang isu terkini apakah dari suatu negara, kelompok pribadi, film, insiden atau insiden global lainnya. Semua busana dibentuk dalam bentuk sandang yg kesemuanya dikompetisikan buat meraih penghargaan-penghargaan. Dan kini, JFC telah berusia 12 tahun semenjak kali pertama digelar tahun 2001. [lia]
No comments:
Post a Comment