Friday, August 10, 2018

Fenomena Fashion di Kalangan Anak Muda

Fenomena Fashion di Kalangan Anak Muda
Pada jaman yg serba canggih misalnya ketika ini, kita berada dalam dunia Trend dimana bila kita tidak mengikuti apa yg dikatakan Trend ketika ini akan disebut kuno, kolot, dan ketinggalan jaman. Kalau anak muda kini menyebutnya Kudet.

Perkembangan dunia Fashion pun terus mengalami poly sekali perubahan, dimana ada yg model jadul (jaman dulu) yg diangkat lagi ke bagian atas, sehimgga dijadikan Trend masa kini. Namun tidak sedikit pula model-model baru yg ditawarkan kepada anak muda kini ini.

Perbedaan mencolok terlihat dalam perkembangan musim fashion antara pria dan perempuan dalam tahun 2013 ini. Model fashion buat para kaum adam kini ini berdasarkan aku jadi tambah keren karena aku sendiri adalah seseorang pria, haha. Berbanding terbalik dengan model fashion buat para kaum hawa, semakin pesat perkembangan fashion ketika ini justru bukan semakin anggun malah semakin memamerkan bentuk tubuh mereka dengan model pakaian ketika ini yg semakin usang semakin ekonomis bahan. Yang aku maksud dengan ekonomis bahan adalah pakain yg semakin minim dan ketat. Entah dengan alasan apa para oknum yg dapat menciptakan anak muda jaman kini tunduk akan musim yg mereka cekokkan meskipun berdasarkan aku mereka mengikuti musim tadi karena alasan tidak ingin ketinggalan jaman.

Mereka, para kaum hawa yg mengikuti musim kini ini apakah merasa nyaman mengenakan pakaian yg ekonomis bahan tadi? Inilah yg menjadi konflik empiris yg perlu dicaritahu. Seperti yg kita tahu, pakaian adalah salah satu dari tiga kebutuhan utama yaitu pakaian, pangan, dan papan. Fungsi sebenarnya dari pakaian mutlak kita sudah mutlak tahu, misalnya: menutupi bagian tubuh kita agar tidak kepanasan, menutup aurat, menghangatkan tubuh kita, dll. Namun musim ketika ini justru sudah tidak mengindahkan fungsi sebenarnya dari pakain yg sudah aku sebutkan tadi. Para kaum hawa dipaksa mengenakan pakain yg justru berdasarkan aku menyiksa mereka diaman aku acapkali mendapati para wanita yg sedang mengendarai motor dalam cuaca yg sangat dingin, bukannya dia menggunakan pakaian yg hangat malah hanya mengenakan Hot pants, yg notabene adalah sperti celana pandek yg panjangnya hanya sekitar 1/2 paha mereka. Saya berpikir apa mereka tidak kidinginan dengan menggunakan pakaian yg misalnya itu.

Fashion pula dipengaruhi oleh para seniman ibukota, dan seniman luar negeri yg sedang naik daun. Atau kini kita sudah diracuni oleh Korea yg leawat Boy grup band, dan Girl Band-nya dapat menciptakan para kaula muda terbius dengan kecantikan dan ketampanan mereka dan ingin menjdi misalnya mereka dengan meniru apa saja yg mereka kenakan. Media massa khususnya Televisi, dan internet pula mempunyai andil besar dalam menyalurkan info perihal musim masa kini kepada khalayak muda.

Seperti dalam teori Hiper Realitas yg dikemukakan oleh Jean Baudrillard, dia adalah sosiolog teori Postmodern paling radikal dan mengakibatkan poly amarah dalam aliran ini ( Ritzer, 2009 : 676). Jean Baudrillard melihat masyarakat dalam masa ini atau masyarakat ketika ini tidak lagi didominasi oleh produksi, namun oleh media, model sibenertika dan sistem pengendali info hiburan dan industri pengetahuan telah dan lain sebagainya. Dapat dikatakan masyarakat telah bergeser dari masyarakat yg didominasi oleh mode produksi menuju masyarakat yg dikontrol oleh Kode Produksi. Tujuannya telah beralih dari pendayagunaan dan keuntungan ke arah dominasi oleh pertanda dan sistem yg menghasilkannya ( Ritzer, 2009 : 677).

Cara lain yg ditempuh Baudrillard, menggambarkan dunia postmodern bahwa dunia ini ditandai oleh simulasi, ketika pemisahan antara pertanda dengan empiris mengalami implosi, sulit memperkirakan hal hal yg riil dari hal hal yg menyimulasikan hal hal riil ( Ritzer, 2009 : 678).

Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai Hipperealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin empiris melainkan menjadi empiris atau bahkan lebih riil dari empiris ( Ritzer 2009 : 678 ).

Hipperealitas adalah imbas, keadaan atau pengalaman kebendaan dan atau ruang yg dihasilkan dari proses tadi ( Piliang, 2003 : 150 ). Baudrillard berkata bahwa apa yg direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja realiitas yg hilang, namun pula dunia tidak konkret : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction. Hipperealitas adalah duplikat atau kopi dari empiris yg didekodifikasikan ( Piliang, 2003 : 152).

Dalam teori Jean Badrillard yg bernama Simulasi, kita misalnya sudah dipengaruhi oleh para oknum akan misalnya apa dan akan akan bagaimana nantinya. Pada awalnya kita tahu bahwa peta dirancang karena adanya wilayah, namun dalam jaman yg serba simpel ini justru petalah yg mendahului wilayah. Ini bukan lagi perkara imitasi, tiruan atau penggandaan, namun perihal dunia konkret, empiris yg telah diganti oleh pertanda-pertanda yg konkret bagi yg konkret, peta menjadi mendahului wilayah. Ada empat tahap dalam penyempurnaan dari pergeseran realita yg menciptakan kita lupa akan fungsi sebenarnya dari suatu realita. Pada tahap pertama, It is the reflection of a basic reality (Citra adalah cermin dasar empiris). Realitas hanya dicuplik dalam suatu teknik representasi. Representasi bergantung dalam pertanda dan citra yg ada dan dipahami secara budaya dalam pertukaran bahasa dan poly sekali sistem pertanda atau tekstual. Reperesentasi adalah bentuk kongkrit yg diambil oleh konsep abstrak. Beberapa antara lain biasa atau tidakkontroversial. Contohnya dalam dunia fashion adalah, pakaian yg semula dipergunakan karena ingin menutupi badan, justru para kaula muda jaman kini menggunakan pakaian karena ingin disebut keren.

Kedua,It masks and perverts a basic reality (Citra menyembunyikan dan memberi gambar yg salah akan empiris). Tahap ini memungkinkan citra melakukan penyimpangan terhadap empiris. Contohnya dalam dunia fashion kini adalah poly para ibu-ibu dan bapak-bapak yg menggunakan pakaian yg sedang musim dalam kalangan anak muda karena ingin disebut masih muda.

Ketiga, It masks the absence of a basic reality (Citra menutup ketidakadaan [menghapus] dasar empiris). Pada tahap ini pencitraan mulai secara perlahan menjauhi empiris. Realitas tidak ada dalam pilihan-pilihan representasi dan disembunyikan atau ditutup-tutupi, namun sahih-sahih dihapus. Contohnya dalam dunia fashion ketika ini adalah para kaula muda menggunakan pakaian yg sedang musim karena ingin disebut gaul, up to date, dsb.

Keempat, It bears no relation to any reality whatever;  it is its own pure simulacrum. (Citra melahirkan tidak adanya kontak dalam poly sekali empiris apapun; citra adalah kemurnian simulakrum itu sendiri). Contohnya dalan dunia fashion adalah ketika orang berbondong-bondong pergi ke Mall dengan alasan shopping baju karena ingin disebut orang-orang sebagai orang kaya.

Pada paparan diatas, dapat aku katakan bahwa dunia fashion dalam tahun 2013 ini, sudah meninggalkan jauh sekali fungsi sebenarnya dari pakaian itu sendiri. Kita tidak dapat apa-apa karena bila kita menentangnya akan dijauhi, dan kita mau tidak mau harus mengikuti musim tadi. Namun dalam mengikiti ternd ketika ini haruslah selektif. Saya sebagai seseorang muslim sudah menjadi kewajiban buat menggunakan pakaian yg semesetinya misalnya yg diajarkan oleh agama aku.

DAFTAR PUSTAKA

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Bandung : Jalasutra.

Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

No comments:

Post a Comment