Tewasnya Komandan Quds Force Iran, Jenderal Qassem Soleimani menjadi sinyal kuat akan pecahnya #perangduniaketiga.
Bila #perangduniaketiga pecah, maka Amerika Serikat (AS) adalah negara yang paling bertanggung jawab. Indonesia tidak boleh tinggal diam dan harus bersikap tegas terhadap AS untuk menekan Donald Trump agar segera mengubah kebijakan politik luar negerinya.
Jenderal Soleimani tewas karena serangan roket militer AS atas perintah Trump. Pemerintah dan rakyat Iran pun geram. Mengapa Jenderal Soleimani menjadi target pembunuhan Trump? Pertanyaan ini menggelitik nalar publik dunia.
Menlu Iran, Javad Zarif menulis di Twitter-nya, “AS telah melakukan aksi terorisme internasional, menargetkan dan membunuh Jendera Soleimani, kekuatan paling efektif dalam memerangi ISIS, Al Nusrah, Al Qaeda”.
Kehebatan strategi perang Jenderal Soleimani berhasil menghancurkan ISIS dan milisi Al Qaida di Suriah dan Irak. Soleimani bekerja sama dengan pemerintah Irak dan Suriah untuk membombardir jaringan milisi ISIS dan Al Qaida.
Soleimani juga bekerjasama dengan kelompok Hezbollah dalam merebut kota Qusayr, Suriah (2014) yang diduduki FSA dan milisi Al Qaida. Tahun 2015, Soleimani datang ke Rusia untuk meminta Presiden Rusia Vladimir Putin bergabung melawan ISIS dan afiliasi Al Qaida. Dengan bergabungnya Rusia (September 2015), perlawanan terhadap ISIS dan ratusan milisi afiliasi Al Qaida berjalan sangat efektif. Rusia dan Tentara Nasional Suriah (SAA) melakukan serangan udara ke foundation-foundation kelompok teror. Sedangkan milisi gabungan pimpinan Soleimani (bekerja sama dengan tokoh pejuang Irak dan Suriah) bersama SAA melakukan serangan darat.
Rusia juga membongkar kebobrokan AS dan Turki serta sekutunya, contohnya ialah berdasarkan pantauan satelit Rusia, terlihat ISIS mencuri minyak Suriah, lalu dibawa ke Turki dengan sepengetahuan AS.
Kerjasama Turki-ISIS sudah sejak lama diketahui sejumlah jurnalis media internasional. Seorang reporter Press TV, AS (2013) melaporkan bahwa pasukan ISIS dan milisi Al Qaida bebas keluar-masuk Suriah melalui perbatasan Turki. Disana ada kamp-kamp pelatihan teroris yang disamarkan sebagai ?Kamp pengungsi? Serta ada suplai senjata dari Pangkalan Udara AS Incirlik di Turki. Pada Oktober 2014, jurnalis Press TV yang bernama Sherena Shim itu tewas secara mencurigakan dalam kecelakaan mobil di perbatasan Turki-Suriah.
ISIS Terbentuk
Tahun 2004 Islamic State of Irak (ISI) terbentuk dan berbaiat kepada Al Qaida. Setelah Saddam Husein tumbang (2003), pasukan AS terus bercokol di Irak dengan alasan ?Menegakkan demokrasi Irak?. Selama proses demokrasi di Irak, ISI banyak melakukan serangan bom bunuh diri karena ideologinya takfiri. Target mereka adalah membunuh kaum Syiah Irak, namun kaum Sunni juga menjadi korban. Tahun 2013, ISI membentuk ISIS yaitu menggabungkan gerakan pembentukan khilafah di Irak dan di Suriah.
Juni 2004, Kota Mosul berhasil direbut ISIS. Tanggal thirteen Juni 2014 ulama besar Irak yang bermazhab Syiah, Ayatulah Sistani mengeluarkan fatwa jihad melawan ISIS. Fatwa ini berlaku untuk semua Muslim (demografi Irak: 64,5 persen Syiah, 31,five persen Sunni, 2 persen Yazidi, 1,2 persen Kristen, zero,8 persen kelompok lainnya).
Kemudian Soleimani membantu pembentukan jaringan milisi The People's Mobilization Forces (PMF) atau People's Mobilization Forces (PMU) atau dalam bahasa Arab disebut al-Hashd al-Shaabi. Milisi yang dibentuk 15 Juni 2014 ini menggabungkan berbagai milisi dari berbagai faksi, Sunni, Syiah, maupun Kristen yang bergerak bersama tentara nasional Irak. Pasukan Iran juga bergabung. Mereka berperang melawan ISIS.
November 2017 Jenderal Soleimani mengumumkan bahwa ISIS kalah, baik di Irak maupun Suriah. Namun, dibalik kekalahan ISIS, justru AS menyebut PMU yang dipimpin Soleimani sebagai teroris. Padahal, sejak 2016 parlemen Irak memutuskan PMU/PMF/ al-Hashd al-Shaabi secara resmi diintegrasikan dengan tentara nasional Irak.
Detik-detik ketika ISIS hampir dikalahkan PMU, AS mengerahkan militernya, kemudian mengklaim militer AS berhasil mengalahkan ISIS. Ini sebuah kebohongan publik yang sangat besar.
Jenderal Soleimani Dibunuh
Tanggal 3 Januari 2020, Jenderal Soleimani tiba di Baghdad, Irak dengan menggunakan pesawat reguler dari Lebanon. Dia diundang secara resmi Pemerintah Irak. Dia disambut Wakil Komandan PMU/PMF/ al-Hashd al-Shaabi, Abu Mahdi Al Muhandis. Mobil yang dikendarai dua pejuang terdepan melawan ISIS itu, kemudian diserang militer AS. Keduanya tewas. Pentagon menyatakan bahwa serangan udara itu dilakukan atas perintah resmi Donald Trump.
Mengapa dua tokoh yang berjasa mengalahkan ISIS justru disebut teroris dan dibunuh AS? Padahal, banyak netizen non-muslim yang pro-Soleimani. Perlu diketahui, korban ISIS dan Al Qaida bukan hanya kaum muslim Syiah, tetapi juga semua penganut agama. Bukan cuma orang Timur Tengah saja, tetapi juga di seluruh penjuru bumi.
Dalam sebuah video, jurnalis AS Caleb T. Maupin (@calebmaupin) mengungkapkan, Trump mengambil keputusan yang sesungguhnya sama sekali tidak menguntungkan rakyat AS. Karena Trump takut dimakzulkan, maka dia meminta dukungan Israel dan lobby Zionis di AS. Bagi Israel, Jenderal Soleimani, Hasan Nasrallah (Hizbullah) dan Presiden Suriah Assad adalah musuh besar mereka. Jadi, Israel dan foyer Israel di AS akan mendukung Trump dengan syarat Trump mau membunuh Jenderal Soleimani.
Vanessa Beeley, jurnalis asal Inggris yang selama ini aktif meliput perang Suriah, menulis, “Saya benar-benar tidak percaya Soleimani sudah mati, dibunuh oleh penjahat Amerika, negara jahat, yang sekarang sudah di luar kendali secara global, digerogoti oleh kekuatan haus darah yang bertekad untuk membangkitkan kembali kerajaannya yang sekarat dengan segala cara..”
Seperti diketahui, militer AS bertahun-tahun bercokol di Irak dan membunuh ratusan ribu warga sipil dengan menggunakan bom-bom kimia yang membuat cacat bayi-bayi di Irak.
Menurut lembaga think tank AS, Council of Foreign Relations, di tahun 2016, rata-rata AS menjatuhkan seventy two bom setiap hari atau three bom setiap jam, dan totalnya ada 26.171 bom yang dijatuhkan AS di Irak, Suriah, Afghanistan, Libya, Yaman, Somalia dan Pakistan.
Bila saat ini Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak, maka Iran dinilai melakukan agresi. Dampaknya, militer AS akan dianggap criminal bila menjatuhkan bom ke Teheran. Dunia internasional, khususnya PBB wajib mendesak AS untuk segera menarik pasukannya dari Timteng dan berhenti membunuh rakyat di Timteng.
Inilah salah satu faktor penting yang pada akhirnya membuka mata dunia bahwa AS merupakan negara biang keladi sebagai pemicu menguatnya sinyal #perangduniaketiga.
Perampokan Ladang Minyak
Selain faktor tewasnya Jenderal Soleimani, penyebab lain yang juga memicu kuatnya sinyal #perangduniaketiga ialah konflik yang berlatar belakang ras, persaingan senjata pemusnah massal, konflik intoleransi, intervensi ekonomi, perampokan ladang minyak/wilayah teritorial, serangan hacker serta kasus pemberontakan di berbagai negara di dunia.
Saat ini, sebagian besar negara-negara di dunia saling memperkuat hubungan diplomatiknya dengan negara sekutunya atau aliansi organisasinya. Tujuan mereka tak lain untuk melindungi dan mempertahankan diri, bila pecah #perangduniaketiga. AS, Rusia, China dan Arab Saudi menjadi pemain kunci sebagai pemicu #perangduniaketiga.
Sumpah Trump
Dalam menyikapi kuatnya sinyal #perangduniaketiga, Indonesia harus berhati-hati dalam membina hubungan dengan berbagai negara, terutama menyangkut kerjasama militer. Indonesia sebagai negara yang menganut politik bebas-aktif dan nonblok, harus tegas dalam menentukan arah kebijakan politik internasionalnya. Mengantisipasi memanasnya suhu politik AS dan Iran, Indonesia harus segera mendesak Donald Trump untuk mengubah kebijakan politik luar negerinya, terutama untuk kawasan Timur Tengah.
Donald Trump pernah bersumpah untuk menomorsatukan Amerika Serikat lewat jargon "America first." Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump telah mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika.
Menurut kolomnis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, Trump telah membuat sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS menjadi campur aduk, tidak jelas, siapa musuh, siapa sekutu. "Ini dunia, di mana hubungan diplomasi yang sudah mapan diobrak-abrik oleh cepatnya cuitan Trump di Twitter," kata Goldberg.
Sedikitnya ada empat blok negara-negara di dunia yang diprediksi, mungkin terlibat dalam #perangduniaketiga. Setiap blok dari negara-negara itu, memiliki kepentingan politik yang sama secara worldwide.
Prediksi #perangduniaketiga
Berikut ini adalah prediksi negara dalam empat blok besar yang kemungkinan besar ikut terlibat dalam #perangduniaketiga.
Blok Barat
Blok Barat akan dipimpin Amerika Serikat bersama negara-negara yang tergabung dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization/Organisasi Pertahanan Atlantic Utara). Sebanyak 12 negara akan berada dibawah komando AS, yaitu Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal dan Inggris.
Ada juga negara yang bukan anggota NATO akan berkoalisi dengan AS serta sekutunya. Selain itu, negara-negara Uni Eropa yang tergabung dalam G-20 juga akan berpihak ke AS.
Blok Timur
Blok Timur akan dipimpin Rusia bersama negara-negara yang pernah tergabung dalam Fakta Pertahananan Atlantik Utara (Fakta Warsawa). Untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi Blok Barat, Rusia akan terus melakukan kerjasama militer dengan negara-negara Asia lainnya, diantaranya dengan aliansi militer yang melibatkan enam negara dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO). Aliansi ini pernah melakukan latihan militer bersama yang dipusatkan di wilayah Chelyabinsk. Sebanyak 6.500 personel serta lebih one hundred Pesawat tempur terlibat dalam latihan militer ini. Rusia juga melakukan kerjasama militer Collective Security Treaty Organisation (CSTO) dengan melibatkan negara Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan. Sebagian negara non Liga Arab, terutama negara-negara Teluk mungkin akan berpihak kepada Rusia diantaranya Irak, Mesir, Yaman, Yordania, Libya, Pakistan dan Tunisia.
Blok Timur Tengah
Blok Timur Tengah akan dipimpin Arab Saudi bersama negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab. Arab Saudi adalah antek AS. Kemungkinan besar Blok Timur Tengah ini akan bersatu dengan Blok Barat. Sebagian negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI) akan mengikuti jejak Arab Saudi menjadi antek AS. Setidaknya, ada sekitar 20 pemimpin negara Islam yang akan bergabung bersama Arab Saudi.
Blok Asia Timur
Blok Asia Timur akan dipimpin oleh China. Negara yang tergabung dalam Blok Asia Timur didominasi oleh negara-negara ASEAN, non ASEAN dan sebagian negara-negara di Afrika dan Asia.
Di Blok Asia Timur ini, Indonesia memegang posisi kunci karena memiliki hubungan baik secara politik dan ekonomi dengan sejumlah negara Afrika, Eropa, Amerika Latin dan beberapa negara di Blok Timur. Kemungkinan besar negara-negara di Blok Asia Timur akan bergabung dengan Blok Timur yang dipimpin Rusia.
Gabungan Negara Komunis
Yang menarik dari pembagian empat blok negara-negara di dunia ini ialah keberadaan negara Komunis seperti Tiongkok, Rusia dan Korea Utara. Kemungkinan besar mereka akan berkoalisi dengan negara-negara Blok Asia Timur.
Ada empat skenario #perangduniaketiga yang sangat mematikan yaitu:
1. Perang nuklir dan senjata kimia
2. Penyebaran virus penyakit mematikan
3. Perang hacker dan cyber
four. Perang SARA
Pemicu #perangduniaketiga yaitu:
1. Dibunuhnya Jenderal Soleimani oleh militer AS
2. Serangan militer AS ke negara-negara Timur Tengah
3. Perang terbuka Israel melawan Palestina
4. Perang terbuka Korea Selatan dan Korea Utara
ISIS dan Al Qaida
Ada satu hal penting bila #perangduniaketiga ini pecah yaitu kelompok militan ISIS yang kalah mungkin akan bergabung dengan Blok Barat pimpinan AS atau dengan Blok Timur Tengah pimpinan Arab Saudi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa keberadaan ISIS diduga kuat mendapat dukungan dana dari kelompok negara-negara Barat dan Liga Arab. Berbeda dengan Al Qaeda. Mereka akan memerangi Blok Barat dan Blok Timur. Dengan kata lain, Al Qaeda memiliki agenda sendiri terhadap eksistensinya.
Sikap Indonesia
Lantas dimana posisi Indonesia bila #perangduniaketiga pecah? Sistem politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif dan sebagai negara nonblok, tentu akan memperkuat posisi Indonesia. Namun, perlu diantisipasi bahwa Blok Barat dan Blok Timur Tengah memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang sangat strategis dengan Indonesia. Tentu saja, Indonesia akan menjadi goal Blok Barat dan Blok Timur Tengah untuk diajak berkoalisi. Bila Indonesia mau berkoalisi dengan Blok Barat dan Blok Timur Tengah, maka diharapkan Indonesia bisa membawa pengaruhnya terhadap ASEAN dan Afrika untuk bergabung dengan Blok Barat atau Blok Timur Tengah. Kalau Indonesia menerima ajakan Blok Barat atau Blok Timur Tengah, maka mau tidak mau, Indonesia berperang dengan Blok Timur dan Blok Asia Timur.
Namun, kalau Indonesia menolak ajakan Blok Barat dan Blok Timur Tengah, maka Indonesia akan berada dalam barisan Blok Timur dan Blok Asia Timur. Indonesia akan berperang melawan Blok Barat dan Blok Timur Tengah. Sulit rasanya bagi Indonesia untuk mengambil posisi netral. Semoga saja tidak terjadi #perangduniaketiga.
LIHAT JUGA:
Indocomm.Blogspot.Co.Identity
www.Fb.Com/INDONESIAComment/
plus.Google.Com/ INDONESIAComment
@wawanku86931157
#indonesiacommentofficial
ICTV Televisi Inspirasi Indonesia
THE WAWAN KUSWANDI FORUM
THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE
#INDONESIAComment
Foto: Ist