Salah satu menurut poly hal yang paling aku syukuri mengenai keluargaku merupakan aku dibesarkan dilingkungan famili yang bukan perokok. Ayahku sama sekali nggak pernah merokok dan otomatis beliau melarang semua anggota keluarganya buat merokok. Rasanya surga banget waktu berada di rumah lantaran terbebas berdasarkan paparan asap rokok. Tapi aktifitasku nggak sanggup melulu terdapat di tempat tinggal , contohnya buat bekerja yg mengharuskanku berinteraksi dengan lingkungan luar. Sehari-sehari di angkot, halte, jalanan, & banyak loka umum lainnya jadi kayak pemandangan biasa menyaksikan terdapat poly para perokok menurut aneka macam kalangan yang merokok seenaknya. Miris sih sebenernya. Dalam hati selalu penasaran, apa mereka nggak tahu bahaya rokok? Atau, apa nggak sayang ya uangnya dibeliin rokok terus? Dan banyak pertanyaan lainnya.
Kemudian yg lebih bikin miris lagi merupakan ketika tau ada banyak keluarga yg berpenghasilan rendah yg anggota famili laki-lakinya justru lebih mementingkan membeli rokok daripada membeli kebutuhan utama seperti beras, telur, & kuliner bergizi lainnya. Atau berdasarkan cerita dari seseorang sahabat yg berprofesi menjadi pengajar tentang orangtua anak didik yg sanggup membeli rokok tapi nir sanggup membelikan anaknya kitab pelajaran. Ini udah tingkat pengen murka sih sebenernya pas dengernya. Kalo udah gini, cita rasanya penasaran dalam hati aja udah nggak cukup. Apa aku wajib menggelar orasi tentang bahaya rokok sama orang-orang? Tapi berjuang sendirian kadang malah nggak dihiraukan, hiks hiks.
Seminggu yang kemudian, KBR bagai membawa angin segar buatku. Tepatnya Rabu, 6 Juni 2018 pukul 09.00 ? 10.30 WIB dalam Program Ruang Publik KBR menyiarkan serial #RokokHarusMahal Episode ke-4 tentang ?Kemiskinan, Dampak Rokok Murah, dan Capaian SDGs?. Serial #RokokHarusMahal ini disiarkan di 100 radio jaringan KBR yang tersebar pada seluruh Indonesia dan disiarkan secara pribadi juga di FB Live Kantor Berita Radio-KBR. Pada episode kali ini diisi sang Dr. Arum Atmawikarta, MPH (Manager Pilar Pembangunan Sosial Sekretariat SDGs Bappenas) & Bapak Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), & jua ada Bapak Jalal berdasarkan Koalisi Bersatu melawan kebohongan Industri Rokok. Obrolan ini dipandu sang Mbak Arin Swandari.
Serial #RokokHarusMahal ini merupakan sebuah kampanye dukungan, harapan, dan dorongan agar rokok harus mahal. Karena selama harga rokok masih murah maka warga yang berpenghasilan rendah masih tetap mampu membeli rokok tadi. Apalagi bila rokok masih sanggup dibeli eceran, siapapun sanggup membelinya termasuk anak-anak. Jadi jangan lupa beberapa hari yg kemudian waktu pergi kerja, pada angkot ada anak SMP yang merokok seenaknya, & ternyata sang supir Angkutan Umum pun merokok, hiks. Dilain hari masih saat pulang kerja, aku liat ada anak wanita yang kupastikan usianya dibawah saya, merokok pula sambil boncengan sama temennya yang sama-sama perempuan . Ya Allah.. Harus gimana lagi ini..
Nah, kira-kira kalo rokok wajib mahal, maka wajib seberapa mahalkah harga rokok tersebut? Minimal Rp 50.000 perbungkus, disertai embargo pembelian secara eceran. Tapi kalo bisa lebih mahal lagi sih lebih baik lagi kayaknya. Lantaran dengan begitu, para warga berpenghasilan rendah bahkan anak-anak akan sulit menjangkau harga rokok tersebut. Mudah-mudahan akan diikuti dengan kesadaran para perokok tersebut buat nir merokok lagi lalu uang yg biasa dibelikan buat rokok bisa dialokasikan buat kebutuhan lain yg lebih krusial.
|
Siaran program ruang publik kbr |
|
Siaran program ruang publik kbr |
Kemudian bicara tentang SDGs, apakah itu? SDGs yang adalah Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan 17 tujuan yang berkaitan dengan insan, lingkungan hayati, kesejahteraan, ketahanan pangan, kesehatan, perdamaian, dan kemitraan. SDGs memuat 17 tujuan dan terbagi kedalam 169 target buat mengakibatkan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Metode & cara aplikasi SDGs menuntut partisipasi rakyat misalnya melibatkan masyarakat sipil.
Lalu apa interaksi rokok dengan SDGs? Tentu saja sangat berhubungan. Pengendalian rokok bisa berpengaruh pada empat tujuan SDGs, yaitu tujuan pertama tanpa kemiskinan, tujuan ke 2 tanpa kelaparan, tujuan ketiga kehidupan sehat & sejahtera, dan tujuan keempat pendidikan berkualitas. Sebenarnya hampir seluruh tujuan SDGs membutuhkan dukungan yg kuat. Dengan adanya pengendalian rokok ini diperlukan masyarakat berpenghasilan rendah dapat mengalokasikan uangnya buat kebutuhan yg lebih pokok pada rumah tangga, atau bisa jua buat kebutuhan pendidikan anak-anaknya, bahkan buat urusan kesehatan pula.
Disisi lain, pengendalian rokok tidak hanya cukup menurut menaikkan harga rokok saja. Tapi diharapkan kerjasama dari aneka macam pihak. Dari pihak pabrik dan pihak-pihak yg bersangkutan, pun kita menjadi rakyat bisa memulai berdasarkan keluarga terlebih dahulu menggunakan memberi contoh buat tidak merokok bagi anggota famili yg lain, pula melarang menggunakan tegas jika terdapat anggota famili yang merokok.
Ah cita rasanya apabila bicara mengenai rokok memang nggak akan ada habis-habisnya ya. Buat temen-temen yg mau ikutan pula, ayo terdapat kesempatan mengikuti kampanye #RokokHarusMahal #Rokok50Ribu ini lho. Caranya pantengin terus akun media umum KBR ya..
Website :kbr.Id
Instagram :kbr.Id
Twitter :HaloKBR
Facebook :Kantor Berita Radio - KBR