Ada sebuah kontak bathin yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah ketika manusia memanjatkan do’a. Antara do’a dan Tuhan ada batas tipis yang sulit dijabarkan dengan berbagai teori ilmu pengetahuan apapun. Siapapun Anda, pasti mengenal yang namanya Do’a. Dalam ritual ibadah agama apapun, do’a memainkan peran sangat penting. Do’a merupakan proses komunikasi khusus yang dilakukan seseorang atau sekelompok massa kepada Tuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam do’a ada kejujuran, ada kekhusyuan, ada ketulusan, ada keikhlasan, ada kepasrahan, ada ketenangan, ada kesyukuran, ada kedamaian.
Seluruh manusia (tanpa kecuali) di jagat raya percaya dan meyakini bahwa do’a adalah cara terbaik untuk mendapatkan solusi atas segala persoalan hidup. Berdo’a juga menjadi media untuk menyampaikan keinginan pribadi maupun kelompok kepada Tuhan. Do’a mencerminkan betapa ‘kecilnya’ manusia dihadapan Tuhan.
Akhir-akhir ini, disadari atau tidak, manusia telah menjadikan do’a sebagai alat untuk mengungkapkan keluhan, kekecewaan, kemarahan dan ketidakpuasan atas berbagai keputusan yang sudah digariskanNya. Terkadang, do’a didramatisir oleh sebagian besar penganut agama tertentu melalui sebuah gerakan massa. Contohnya ialah do’a bersama di lapangan atau di tempat ibadah yang melibatkan ratusan orang dan dikordinir oleh ormas dan beberapa tokoh agama. Do’a pun berubah menjadi aktivitas unjuk massa, unjuk kekuatan, unjuk kekuasaan, unjuk eksklusivitas dan aneka kepentingan terselubung lainnya.
Dalam praktiknya, antara berdo’a yang tulus dan ikhlas dengan berdoa yang didasari oleh ketidakpuasan manusia sangat berbeda jauh. Berdo’a karena didasari oleh ketidakpuasan lebih memperlihatkan kepentingan duniawi sehingga do’a yang dipanjatkan panjang lebar dan menghabiskan banyak waktu. Pada umumnya, isi do’anya juga berupa permintaan kepada Tuhan yang beraneka macam.
Dalam perspektif berbeda, do’a yang dipanjatkan seseorang dengan tulus dan ikhlas merupakan proses berserah diri manusia kepadaNya, karena Dia Maha Tahu atas apa yang dirasakan dan dibutuhkan manusia. Jadi, do’a itu tidak harus berpanjang-panjang kata dan bukan melulu menuntut kepentingan duniawi.
Menurut saya, do’a yang kita panjatkan kepadaNya harus to the point (singkat, jelas dan fokus). Disinilah makna sesungguhnya dari do’a. Sebenarnya, Intisari do’a adalah hubungan komunikasi bathin manusia dengan Tuhan sebagai bentuk rasa syukur atas semua takdir yang diturunkanNya. Efek dahsyat dari do’a ialah rasa keimanan dan ketaqwaan manusia kepadaNya akan semakin meningkat. [Wawan Kuswandi]
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
No comments:
Post a Comment