Idul Adha merupakan momentum pengorbanan personal umat islam kepada Allah SWT seperti dicontohkan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Ismail. Allah SWT mengabadikan Idul Adha dalam surat Al Shaffat, ayat 102-109
Saat ini, umat muslim Indonesia cenderung memandang agama hanya sebagai ritual sakral semata. Sosiolog Emile Durkheim menginterpretasikan sakralitas sebagai kekuatan yang memaksa manusia dalam bertingkah laku serta mengukuhkan nilai-nilai moral kelompok pemeluk agama. Sakralitas ini mengakibatkan umat islam tidak lagi memahami makna moral dan sosial dibalik Idul Adha. Dengan semakin kencangnya arus globalisasi, Idul adha mulai meninggalkan peradaban sosial dan moral.
Manusia acapkali menafsirkan sejarah para nabi dengan format yang lebih personalistik. Psikolog sosial, Roland Barthes memandang, banyak peristiwa spiritual diterjemahkan manusia dalam tataran personal. Akhirnya, manusia menjadi otoritatif dalam menerjemahkan nilai-nilai keagamaan. Sebenarnya, pesan Idul Adha adalah penghormatan dan penghargaan Islam tentang pentingnya nyawa manusia. Menurut Imam Syatibi dalam magmum opusnya al Muwafaqot, satu diantara nilai universal Islam (maqoshid al syari’ah) adalah Islam menjaga hak hidup (hifdzu al nafs). Dengan disyari’atkannya qurban, umat muslim dituntut untuk mempertebal rasa kemanusiaan, peka terhadap masalah sosial, menunjukkan sikap saling menyayangi antar sesama makhluk hidup.
Penyembelihan hewan qurban dalam Idul Adha bukanlah sebuah ritual yang tanpa makna. Idul Adha mengandung nilai sosial dan moral yang melingkupi manifestasi taqwa kepada Allah SWT, meneladani sikap dan perilaku para nabi, menghilangkan sifat hubbud dunya (cinta terhadap dunia), membuang perilaku serakah serta rasa saling berbagi antar sesama makhluk hidup. Ketaqwaan seseorang dalam beragama tidak hanya diukur dari seberapa seringnya beribadah (shalat, puasa, berhaji, berzakat dan berqurban). Saat ini, berqurban lebih banyak diterjemahkan sebagai bentuk ibadah individual. Padahal, sesungguhnya berqurban dalam syariat islam mengandung makna kasih sayang, berbagi kebahagiaan dengan orang lain dan bentuk ketaqwaan kepada Allah SWT.
Umat islam terkesan mulai melupakan makna berqurban. Penyembelihan hewan dilakukan semata-mata hanya untuk mengikuti jejak historis Nabi Ibrahim AS. Dalam merayakan Idul Qurban, umat muslim tidak cukup hanya dengan mempertahankan semangat berqurban, sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim AS, tetapi juga wajib mempertahankan karakter keimanaan, ketaqwaan, moral dan solidaritas antar sesama makhluk ciptaan tuhan yang beraneka ragam. Selamat Hari Raya Idul Adha, Wassalam. (Foto/Ilustrasi:IST)
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
Indocomm.blogspot.com
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
No comments:
Post a Comment