Kekalahan ISIS di Irak, Suriah, Yaman, Afganistan, Filipina dan sejumlah negara lainnya, telah membuktikan bahwa kelompok militan yang mengaku-ngaku membawa konsep khilafah ini hanyalah segerombolan orang lemah dan frustasi yang sangat membutuhkan perhatian.
Amerika Serikat (AS), Arab Saudi dan sejumlah negara G-20 menangkap ‘perhatian’ yang dibutuhkan ISIS. Akhirnya, ISIS dimanfaatkan oleh AS dan Arab Saudi beserta konco-konconya untuk merusak dunia. Ujung-ujungnya AS dan Arab Saudi berambisi ingin menjadi pemimpin jagat raya. Apa benar begitu? Silahkan Anda baca artikel di bawah ini. Setelah itu, Anda boleh percaya, tapi kalau tidak percaya juga ngak apa-apa kok.
Apa benar ISIS sudah masuk Asia Tenggara, khususnya Filipina? Terus terang saya belum sepenuhnya percaya. Kalau kaum pemberontak atau militan simpatisan ISIS ada di Asia Tenggara, itu mungkin benar. Saya masih yakin bahwa ISIS tidak punya jaringan sistemik dan organik dengan teroris lokal yang ada di Asia Tenggara, khususnya Filipina dan Indonesia. Kelompok sekte Maute dan Abu Sayyaf di Mindanao hanyalah kelompok yang mengaku simpatisan ISIS saja. Pemimpin tertinggi ISIS di Suriah (setahu saya), tidak pernah mengklaim bahwa kelompok Abu Sayyaf dan sekte Maute, Filipina, merupakan jaringan resmi ISIS di Asia Tenggara. Hal yang sama juga terjadi pada Jamaah Anshar Daulah (JAD) dengan Jamaah Ansharul Tauhid (JAT) di Indonesia. Kedua kelompok yang ada di Indonesia ini juga cuma kelompok kecil yang mengaku-ngaku simpatisan ISIS.
Seperti banyak diberitakan sejumlah media asing dan lokal bahwa ISIS sudah masuk Asia Tenggara, khususnya Filipina. Sebagai nilai ‘jual’ berita, mewartakan sepak terjang ISIS di Filipina boleh-boleh saja. Namun, tampaknya media mainstream terlalu berlebihan memberi ‘panggung’ ISIS dalam setiap pemberitaan. Berita-berita seputar gerakan ISIS yang belum terbukti fakta dan datanya, tentu saja bisa mempengaruhi situasi politik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara, baik secara psikologis maupun sosiologis. Sampai sejauh ini, saya menduga, pemberitaan ISIS hanya sebatas isu semata yang sengaja digembar-gemborkan oleh kelompok tertentu untuk menyerang mental dan moral para pemimpin di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, terutama Filipina dan Indonesia.
Jauh-jauh hari sebelum kelompok ISIS popular di dunia, ISIS hanyalah sekelompok pemberontak yang sengaja diciptakan AS dan Arab Saudi untuk mengobok-obok kepemimpinan politik di kawasan Timur Tengah. Hal itu dilakukan Amerika karena mereka ingin menjadi penguasa minyak dunia.
Sedangkan Arab Saudi, dalam sepuluh tahun terakhir ini, dominasinya semakin surut di Timur Tengah karena negara-negara lain yang ada di kawasan Teluk semakin maju. Tentu saja, Arab Saudi merasa jadi ‘terbelakang’ dan ingin kembali merebut hegemoninya sebagai pemimpin negara-negara di Timur Tengah. Salah satu strateginya ialah menghancurkan kepemimpinan politik di sejumlah negara Timur Tengah, maka tak heran ketika Arab Saudi dan AS saling bekerjasama (simbiosa mutualisma) menghancurkan negara-negara Timur Tengah, dengan mempersenjatai dan mendanai kelompok pemberontak sebagai embrio ISIS. (Baca : Obama Terpeleset Lidah, Bilang AS Melatih ISIS - CNN indonesia/http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150709091554-134-65353/obama-terpeleset-lidah-bilang-as-melatih-isis/)
Dengan dukungan AS dan Arab Saudi, ISIS menjadi isu dunia. Arab Saudi, AS dan sekutunya jadi semakin mudah mengintervensi sejumlah negara di Timur Tengah, Eropa dan Asia melalui isu ISIS. Isu yang dihembuskan AS dan Arab Saudi saat ingin mengintervensi negara lain ialah ingin ‘membasmi’ kelompok ISIS. Baik AS maupun Arab Saudi terus-menerus mempropagandakan ISIS, agar tujuan intervensi mereka dapat tercapai tanpa diketahui publik dunia. (Baca : Wikileaks: Hillary Clinton sebut Saudi dan Qatar danai ISIS | merdeka .../https://www.merdeka.com/dunia/wikileaks-hillary-clinton-sebut-saudi-dan-qatar-danai-isis.html)
Dalam sejumlah pemberitaan media asing yang valid, sebenarnya kelompok ISIS sangat kecil dan lemah. ISIS menjadi popular karena propaganda AS dan Arab Saudi serta media-media sekutu mereka. Sejumlah media massa, sosial media dan NGO yang pro AS dan Arab Saudi dengan sengaja dan terbuka mempropagandakan kekejaman ISIS. Tujuannya ialah untuk membentuk opini publik dunia.
Dengan semakin gencarnya propaganda ISIS, AS dan Arab Saudi berharap, negara-negara di dunia menjustifikasi ISIS sebagai kelompok bersenjata yang besar. Padahal, faktanya ISIS kecil dan lemah. Sekarang ISIS sudah hancur lebur. Kekalahan ISIS di dunia, membuat AS dan Arab Saudi serta konco-konconya frustasi. Kemudian, mereka mencoba menciptakan isu atau strategi baru, diantaranya ialah menuduh Qatar mendukung teroris. AS dan Arab Saudi juga meminta Qatar untuk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran yang selama ini dikenal sebagai musuh bebuyutan Arab Saudi dan AS.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah ISIS menjadi ‘popular’ karena para penggila media sosial yang tidak tahu-menahu tentang ISIS yang sebenarnya terus mengupload hampir semua gerakan ISIS. Sebagian besar penggila medsos di Indonesia pun tanpa sengaja ikut mempropagandakan ISIS melalui sosial media. Padahal, faktanya ISIS cuma segerombolan kecil pemberontak yang didukung dan dibuat AS dan Arab Saudi untuk menghancurkan musuh mereka dengan memakai isu negara khilafah. Bahkan, kabarnya, ISIS juga mendapat dukungan dana dan persenjataan dari Arab Saudi dan AS serta 40 negara G20. (Baca : HEBOH..Putin Ungkap 40 Negara Danai ISIS di KTT G20 dan Cibir NATO di Suriah/https://arrahmahnews.com/2015/11/17/heboh-putin-ungkap-40-negara-danai-isis-di-ktt-g20-dan-cibir-nato-di-suriah/).
AS dan Arab Saudi, sudah lama menargetkan kawasan Asia, Filipina dan Indonesia. Baik AS maupun Arab Saudi secara sengaja dan terbuka melemparkan isu ISIS di Asia dengan tujuan agar situasi politik dan ekonomi Asia menjadi tidak stabil. (Baca : Serangkaian bukti Amerika dan Saudi sebenarnya dukung ISIS/ https://www.merdeka.com/dunia/serangkaian-bukti-amerika-dan-saudi-sebenarnya-dukung-isis.html)
Kalau situasi ekonomi dan politik di Asia labil, maka AS dan Arab Saudi akan dengan mudah masuk untuk mengintervensi. Namun, upaya ‘busuk’ AS dan Arab Saudi terkendala dengan solidnya hubungan dua negara kuat di Asia yaitu Tiongkok dan Korea Utara (Korut) yang didukung Rusia. Ketiga negara ini tentu sangat berkepentingan dengan Filipina dan Indonesia, maka secara langsung maupun tidak langsung, mereka turut memonitor situasi ekonomi dan politik di Filipina dan Indonesia dan negara Asia lainnya. Itulah yang menjadi penyebab, mengapa AS dan Arab Saudi sulit mengobok-obok Indonesia dan Filipina serta negara Asia lainnya dengan memakai isu ISIS. Selain itu, kepemimpinan Presiden Jokowi dan Duterte juga sudah menunjukkan kemampuannya dalam mengatasi berbagai isu politik, ekonomi dan intoleransi di negaranya masing-masing dengan strategi yang benar, tepat dan tegas. Kelompok ISIS pun menjadi semakin sulit masuk ke Indonesia dan Filipina serta negara kawasan Asia lainnya.
Gagalnya AS dan Arab Saudi memainkan isu ISIS di Filipina dan Indonesia membuat negeri Paman Sam dan Arab Saudi mengubah strateginya. Salah satunya ialah AS mengecam negara Korut dengan memakai isu persenjataan nuklir Korut. Namun, pemimpin Korut, Kim Jong-un tahu betul bahwa AS ingin menguasai Korut setelah mereka gagal menembus Filipina dan Indonesia. Salah satu ambisi AS ialah mereka ingin menguasai semenanjung Korea yang kaya dengan minyak bumi.
Ketakutan AS dan Arab Saudi semakin parah ketika Tiongkok, Korut serta negara-negara di Asia lainnya saling ‘bergandengan tangan’ untuk menghadapi ISIS buatan AS dan Arab Saudi. Rusia juga mendukung negara-negara Asia yang kontra AS dan Arab Saudi, maka tak heran kalau kelompok ISIS tidak mampu masuk ke negara-negara rezim komunis di Asia serta sejumlah negara di kawasan Asia lainnya. Sampai kapan pun AS dan Arab Saudi akan sulit merusak hegemoni Asia kalau Tiongkok, Korea Utara serta negara-negara Asia lainnya yang didukung Rusia tetap bersatu menghadapi AS dan Arab Saudi. Jadi, ISIS itu ‘populer’ hanya karena pemberitaan propaganda yang dengan sengaja dilakukan AS dan Arab Saudi. Ngopi dulu brooo, sruput ah…[Wawan Kuswandi/foto:Ilustrasi]
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com