Saturday, July 28, 2018

Kecantikan Luhur Perempuan Long Neck Karen Village

Kecantikan Luhur Perempuan
[caption id="attachment_398318" align="aligncenter" width="512" caption="dok.pribadi"][/caption]

Hampir seluruh perempuan ingin tampil cantik, bahkan beberapa perempuan melakukan operasi plastik untuk tampil cantik, lihat pemilihan Putri Indonesia atau Miss Indonesia, seluruh tampil cantik dan menawan,  tapi tidak bagi perempuan-perempuan keturunan Burma (Myanmar), yang tinggal pada Long Neck Karen Village, Chiang Rai, Thailand.  Mencapai pemukiman ini bisa melalui Chiang Rai, Provinsi paling utara Thailand, Chiang Rai sebanyak 11.879 km.sq,  yang merupakan provinsi perbatasan Thailand, Myanmar dan Laos. Jarak tempuh asal Bangkok sekitar 830 km atau 180 km asal Chiang Mai.

Kampung ini telah ada sejak 20 tahun yang lalu pada Thailand dengan lebih asal 200 penduduk, keturunan Burma ini hidup pada lima desa pada pegunungan, yang terdiri asal Suku Akha, Iu Mien (Yao), Lahu (Muser), Palong (Beranting besar) dan Kayan (Leher Panjang) yang seringkali diklaim Long Neck Karen.

[caption id="attachment_398314" align="aligncenter" width="300" caption="Long Neck Karen Village (dok.pribadi)"]

[/caption]

CHIANG RAI

Ada dua cara mencapai Long Neck Karen Village, bila asal Bangkok usahakan pribadi ke Chiang Rai dengan pesawat sekitar 1,lima jam, atau asal Chiang Mai naik Bus sekitar 3 jam, biaya pesawat asal Bangkok ke Chiang Rai sekitar THB 1,500 ke Chiang Mai sekitar THB 1.000, dengan nilai tukar rupiah THB 1 = IDR 271 saat ini. Setelah itu usahakan ikut wisata lokal baik asal Chiang Mai atau Chiang Rai, karena jatuhnya lebih murah daripada ngebolang sendiri, selain itu wisatawan akan diantar jua ke lokasi perbatas Golden Triangle dan mengarungi sungai Mekong. Karena bila jalan sendiri untuk masuk ke Long Neck Karen Village pada charge THB 300, jua pada Golden Triangle pada charge THB 300, bila tidak ikut travel.

Sebagai gambaran wisata asal Chiang Mai ke Long Neck Karen - Golden Triangle sekitar THB 1200, itu telah termasuk wisata ke White Temple,  ke Mae Sae sampai menyebrang ke Laos melalui sungai Mekong plus bufee makan siang, berangkat jam 07.00 pagi dan tiba 09.00 malam pada Chiang Mai.  Harga ini termasuk murah dibanding booking via online asal Indonesia THB 1.000 tapi masih wajib bayar THB 300 ke Long Neck Karen Village dan THB 300 ke Golden Triangle. Tentunya biaya lebih murah jikalau wisata asal Chiang Rai, karena asal Chiang Rai sekitar 1 jam ke White Temple atau  dua jam ke Long Neck Karen.

Secara historis Chiang Rai didirikan pada 1262 sang Raja Mengrai Besar, menjadi  menjadi ibukota Kerajaan Lanna dan kemudian ditaklukkan sang Burma (sekarang Myanmar), namun pada 1876 Chiang Rai menjadi daerah Thailand. Itu dinyatakan menjadi provinsi pada masa pemerintahan Raja Rama VII pada 1910. Karena secara geografis terletak diujung utara Thailand, maka kota Mae Sae adalah kota terujung utara provinsi ini terpisahkan sungai Mekong dengan negara Myanmar dan Laos, dimana perbatasannya diklaim Golden Triangle, dimana dahulu kala sepanjang sungai Mekong adalah kebun ganja.

GIRAFFE WOMEN

[caption id="attachment_398325" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Perempuan-perempuan Long Neck Karen diklaim "giraffe woman" mengelitik rasa kemanusian dan kesetaraan gender, bagaimana tidak, menjadi seseorang perempuan atau anak dilahirkan menjadi perempuan sejak balita telah dikalungi cincin melingkari leher dan kakinya yang dilarang dilepas, dan dibawa dikehidupan sehari-hari bahkan sampai tidur. Secara otomatias, kaki mereka sangat mini dan tentunya berjalan sangat lambat, dan dengan leher yang panjang misalnya jerapah, akan sulit untuk makan minum dan tidur.

[caption id="attachment_398323" align="aligncenter" width="300" caption="dok pribadi"]

[/caption]

Menurut legenda mereka bahwa cincin kuningan melindungi perempuan-perempuan  itu dulunya asal gigitan harimau. Cincin tembaga yang dikenakan pada lengan dan kaki mungkin berat sekitar 30 kg, dengan pemberian cincin berulang-ulang dan pada saat tertentu seiring pertumbuhan tubuhnya maka cincin tadi dibubuhi, sampai pada saat tua cincin itu tidak dibubuhi. Tetapi sebenarnya alasan politisnya adalah untuk menjaga indentitas individu dan kesukuan.

Konon jaman dulu, perempuan-perempuan keturunan Burma ini terkenal dengan kecantikannya dengan kulitnya yang kuning halus dan rambut hitam tergerai, dan pada saat terjadi peperangan antar suku, maka perempuan-perempuan ini selalu diambil atau diculik sang lawan suku mereka karena kecantikannya untuk dijadikan budak nafsu lawan mereka. Untuk menjaga kelestarian kesukuan mereka,  supaya suku itu tidak musnah dan tidak dibawa lari suku yang lain, maka diwajibkan anak perempuan yang labhir disuku itu dikalungi cincin ke leher dan kakinya.

DEVISA HIDUP

[caption id="attachment_398324" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Pemukiman yang masih terpelihara keunikan dan kekunoannya, tetap dipelihara pemerintah Thailand dan menjadi komoditi wisata. Setiap hari ribuan wisatawan manca negara tiba ke pemukiman mereka, telah tentu menjadi devisa hidup bagi negara Thailand, namun pendapatan wisata itu kelihatannya tidak mensugesti dengan kehidupan mereka yang bercocok tanam dan produsen kerajinan tangan. Dengan celoteh lain pendapatan itu semata untuk untung pemerintahan Thailand, tapi tidak dirasakan suku ini.

Hal ini terlihat tidak adanya fasilitas apapun untuk penduduk setempat dan kehidupan mereka jauh asal hidup sejahterah. Untuk mendapatkan uang, maka para perempuan mengerjakan pernak-pernik hiasan kerajinan tangan untuk pada jual. Dan sesungguhnya perempuan-perempuan ini sangat cantik dengan kulit tanpa stigma pipi bersembur merah alami. Para laki-laki hanya beternak dan bercocok tanam dengan indera tani dan ternak seadanya.

KECANTIKAN LUHUR

[caption id="attachment_398319" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Perempuan identik dengan kecantikan dan keindahan, namun relakah perempuan-perempuan pada belahan bumi lain membarui kecantikan mereka dengan keabadian istiadat istiadat? Menjadi cantik adalah hibah, namun bila kecantikan itu membuahkan malapetaka, apakah kecantikan itu masih wajib terus dipelihara?

Sulit menjadi perempuan yang terpaksa wajib terpaku dengan istiadat istiadat dengan melepaskan keegoan diri menjadi perempuan. Ingat arti celoteh perempuan yaitu yang diempukan, artinya yang dihormati dan dijunjung tinggi. Bagi perempuan bangsa lain menjadi perempuan keturunan Burma merupakan penderitaan tiada akhir, namun tidak bagi perempuan Long Neck Karen, karena kecantikan mereka tidak lebih vital asal  menjaga kelangsungan kehidupan suku mereka asal kepunahan.

[caption id="attachment_398321" align="alignnone" width="640" caption="dok.pribadi"]

[/caption]

No comments:

Post a Comment