Showing posts with label Debat capres 2019. Show all posts
Showing posts with label Debat capres 2019. Show all posts

Wednesday, June 17, 2020

Debat Capres atau Dialog Capres, Pilih Mana?

Debat capres yang rencananya akan digelar KPU dan ditayangkan TV nasional 17 Januari mendatang, aromanya menyeruak tajam mengisi ruang-ruang publik. Komentar seasoned dan kontra soal debat capres, semakin kencang membelah fanatisme politik sejumlah politisi dan parpol pengusung dua pasangan capres dan cawapres yang ikut dalam kontestasi pilpres 2019.

Warganet juga tak mau kalah, ratusan argumen dari mulai yang logis sampai irasional menghiasi laman sosial media. Mengapa debat capres begitu menyedot emosi dan nalar bangsa ini? Apakah rakyat membutuhkan debat capres? Pertanyaan ini sangat menggelitik, sekaligus menjadi tinjauan kritis terhadap penting atau tidaknya debat capres.

Sesungguhnya, pemakaian kata debat sudah mengandung polemik dan friksi. Kata debat dalam bahasa Indonesia memiliki makna ?Perang? Kata atau argumentasi. Kata debat lebih berkonotasi konflik antara dua orang atau lebih saat mengupas sebuah persoalan sosial. Jadi, debat capres itu merupakan wujud konflik politik terbuka yang sengaja diciptakan diantara dua pasangan capres dan cawapres yang sedang berkontestasi. Apakah ini yang kita mau? Silahkan pikirkan baik-baik, sebelum bangsa ini pecah hanya karena gara-gara kekuasaan politik lima tahunan.

Rakyat tidak butuh debat capres, tapi butuh pilpres yang aman, nyaman dan damai. Rakyat tidak ingin negara chaos hanya karena gara-gara rebutan kursi presiden. Rakyat butuh bukti, bukan janji manis yang dibungkus dalam visi dan misi ekonomi, hukum, pemberantasan korupsi, terorisme dan HAM.

Debat Kusir Capres

Kalau saja bangsa ini memahami dengan baik bahwa kontestasi politik itu merupakan wujud demokrasi yang jujur, adil dan damai, maka pemakaian kata dialog capres akan lebih elegan dibandingkan dengan kata debat capres. Kata conversation lebih mengedepankan diskusi, berbagi pendapat dan ide dalam suasana kekeluargaan yang nyantai dan sejuk, paham khan?

Lantas, kalau debat capres tetap mau dilaksanakan, arahnya mau dibawa kemana? Setahu saya, sebuah perdebatan (apalagi debat capres) sangat sedikit sekali memberi manfaat bagi publik. Justru debat capres bisa menyulut konflik politik semakin memanas, baik secara terbuka maupun terselubung antarpaslon maupun antarpendukungnya (parpol, politisi dan rakyat).

Kemampuan bangsa ini dalam menilai debat capres sebagai salah satu bentuk demokrasi masih sangat rendah. Oleh karena itulah, dalam setiap perdebatan sering muncul istilah debat kusir. Saya khawatir, debat capres akan menjadi debat kusir yang bisa merusak perbedaan politik yang ada menjadi konflik terbuka. Lebih mengkhawatirkan lagi, bila ajang debat capres diskenariokan oleh sekelompok politisi rakus untuk merekayasa politik kotor. Mereka akan memanfaatkan debat capres untuk menebarkan hoaks (kebohongan), mengumbar janji-janji muluk, menjelek-jelekkan salah satu paslon dan membohongi rakyat.

Debat capres tak ubahnya seperti TV Shopping yaitu para paslon akan berperan seperti seorang salesman yang menjual obat kuat. Para paslon pasti akan melakukan pencitraan pribadi dan produknya (kebijakan politik), ngomong berapi-api soal membela kepentingan rakyat. Debat capres akan menjadi panggung terbuka bagi para paslon untuk mengelabui nalar rakyat. Debat capres menjelma menjadi virus yang mematikan bagi rakyat.

Debat Capres Mau Kemana?

Debat capres mau dibawa kemana? Kalau hanya sekadar menyampaikan visi dan misi, tidak perlu disiarkan di TV dengan memakai jargon debat capres. Debat capres akan membawa air of mystery politik nasional semakin tidak kondusif. Buktinya, acara talkshow di TV beberapa waktu lalu yang mengangkat tema diskusi pra debat capres, ada beberapa politisi dungu dari dua kubu paslon berdebat panas dan ngawur. Mereka ngotot dengan kebenaran politiknya masing-masing. Ini jelas memalukan dan membodohi rakyat. Sadarkah bangsa ini?

Saya menduga, para politisi pengusung paslon sudah mempunyai time table tersembunyi untuk saling ?Menjatuhkan? Lawan politiknya dalam debat capres. Misalnya, kubu paslon nomor urut 02 akan mengeritik seluruh kebijakan politik dan ekonomi yang dibuat paslon petahana (Jokowi) atau paslon nomor urut 01. Begitu juga dengan kubu paslon nomor urut 01, kemungkinan besar mereka akan membongkar rekam jejak paslon nomor urut 02 (Prabowo), terkait dengan kasus HAM, hukum dan korupsi. Sampai saat ini, saya masih belum tahu apa sih tujuan debat capres?

Elektabilitas Paslon

Sungguh sangat ngelantur, jika debat capres dinilai oleh sebagian pihak akan mampu mengatrol elektabilitas pasangan capres-cawapres. Elektabilitas tidak terkait langsung dengan debat capres. Sangat kecil kemungkinannya bahwa debat capres bisa menaikkan elektabilitas paslon.

Elektabilitas justru berkaitan erat dengan cara-cara kampanye paslon, kejujuran paslon, prestasi paslon, rekam jejak paslon serta manuver politik para politisi pengusung paslon. Peran para caleg dalam kampanye politik yang jujur dan bersih diri juga sangat penting untuk menaikkan elektabilitas paslon. Elektabilitas paslon akan semakin merosot tajam, bila mereka berkampanye tidak berbasis information alias bohong, tidak mau dikritik, menjelek-jelekkan paslon lain, tak mau mengakui prestasi paslon lain dan memecah belah bangsa dengan memakai isu SARA.

Sikap Politik Milenial

Kelompok milenial di pinggiran kota atau pedesaan yang kurang terdidik dan tidak melek politik mungkin saja akan terbawa arus oleh ‘ocehan-ocehan’ politik paslon dalam debat politik. Sekali lagi saya ingin menekankan bahwa peran para caleg sangat penting bagi elektabilitas paslon karena mereka merupakan jembatan komunikasi politik, sekaligus berperan sebagai opinion leaders bagi kelompok milenal. Bila para caleg parpol gagal ‘membimbing’ pemahaman politik kelompok milenial, maka suara politik milenial akan lenyap sia-sia. Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa suara milenial tidak akan berpengaruh bagi paslon yang berkontestasi dalam pilpres 2019.

Di sisi berbeda, generasi milenial terdidik dan melek politik di perkotaan, tidak akan pernah terpengaruh oleh debat capres karena mereka terus mengikuti perkembangan politik, melalui media massa dan sosial media. Namun, tidak dapat dipungkiri, kelompok milenial jenis ini rawan golput (menolak ikut nyoblos) karena mereka sudah muak dengan sejumlah politisi muka lama yang sudah bertahun-tahun bercokol di gedung DPR RI atau parpol. Parpol dinilai gagal dalam kaderisasi. Jadi, jangan salahkan kelompok milenial bila mereka golput. Justru parpol dan politisi harus berkaca diri soal kaderisasi. Parpol harus berani ?Membuang? Politisi tua alias muka lama dari panggung politik zaman now. Salam seruput kopi tubruknya bro?

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identification

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

Indonesiacommentofficial

@wawanku86931157

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

ICTV YouTube

foto: istimewa

Sunday, June 14, 2020

Politisi Dungu!

Tolak caleg dan politisi dungu...!!!

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identity

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@wawanku86931157

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Istimewa

Ganti Host TV Dungu...!!!

Ganti Host Talkshow TV dungu...!!!

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@wawanku86931157

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Istimewa

Thursday, June 11, 2020

Ini Tanda Capres Ideal

Yuk merenung....

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identity

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@wawanku86931157

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Wednesday, June 10, 2020

Jelang Nyoblos: Prabowo Mulai Rapuh, Jokowi Mulai Tegar

Jelang beberapa minggu lagi menuju masa pencoblosan 17 April 2019, air of mystery politik arus bawah terus mengencang mengisi ruang-ruang publik dan sosial media.

Di sisi lain, Prabowo terlihat mulai rapuh dalam setiap kali kampanye. Sedangkan Jokowi mulai terlihat tegar. Setidaknya hal ini tercermin dari hasil debat ke-four capres yang digelar Sabtu (30/three/2019) lalu. Akhirnya golputers dan milenial memutuskan mendukung Jokowi.

Tak akan pernah basi termakan oleh waktu, kalau kita ngomongin debat ke-4 capres yang belum lama ini digelar. Kenapa bisa begitu? Jawabannya gampang saja karena content debat ke-4 capres benar-benar luar biasa dan sangat menarik bila dibandingkan dengan tiga debat capres sebelumnya.

Ratusan berita, opini, esai, kolom serta meme-meme lucu mengalir deras dan menyebar luas di jagat sosial media dan media mainstream. Sayang banget kalau kita tidak menikmati dinamika percakapan publik seputar debat ke-4 capres yang berserakan di berbagai arena media massa. Apa yang membuat debat ke-4 capres ini begitu menarik? Lagi-lagi jawabannya mudah saja karena masing-masing paslon, baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama siap menjaga dan melindungi ideologi Pancasila dari khilafah yang disebut-sebut sudah semakin serius merongrong Pancasila. Kedua paslon juga sepakat dan tegas akan melindungi NKRI dari perpecahan sosial yang berbasis SARA.

Birokrasi Dilan

Berbicara soal kinerja pemerintahan, khususnya birokrasi, kedua paslon sama-sama setuju untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Jokowi sudah membuktikan bahwa pemerintahannya memang anti korupsi. Buktinya, Ketum parpol PPP Romahurmuziy ditangkap KPK dalam OTT. Padahal khan, Ketum PPP ini merupakan salah satu elite politik yang mengusung Jokowi.

Di sisi berbeda, Prabowo hanya bisa berjanji dan sekadar mengecam dan mengutuk para koruptor. Sampai di sini rakyat patut bersyukur karena kedua calon pemimpin negeri ini memiliki visi dan misi yang sama soal soal mempertahankan Pancasila, NKRI dan pemberantasan korupsi. Namun ada hal menarik yang disampaikan Jokowi ketika debat ke-four capres yaitu penyebutan istilah Dilan (Digital Melayani) dalam birokrasi pemerintahan yang tujuannya untuk melayani kepentingan rakyat dengan cepat dan tepat sekaligus memutus rantai korupsi.

Nah, saat memasuki sesi ketiga debat, barulah muncul hal-hal yang aneh bin ajaib yaitu ketika pertanyaan panelis soal bagaimana strategi para capres dalam proses memodernisasi alutsista TNI. Prabowo dengan lantang mengatakan bahwa TNI Indonesia sangat rapuh dalam persenjataan maupun SDM serta anggaran untuk militer dinilainya masih sangat minim. Prabowo tidak percaya dengan kekuatan TNI dalam menjaga NKRI. Sebaliknya, Jokowi justru menegaskan bahwa SDM TNI wajib menguasai teknologi alutsista sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan TNI dalam mengikuti pesatnya perkembangan teknologi persenjataan militer dunia. Jokowi percaya TNI sangat kuat dalam menjaga NRI. Sampai di sini, Prabowo yang mantan perwira TNI, terlihat tidak memahami peta persenjataan militer dunia yang sudah semakin canggih, contemporary yang berbasis teknologi digital.

Politik Internasional

Prabowo mulai tampak ngawur ketika berbicara soal hubungan internasional. Capres nomor urut 02 ini hanya ngomongin senjata dan perang (tidak nyambung dengan tema debat). Prabowo sama sekali tidak paham soal politik internasional. Dia hanya berkutat dengan wacana perang dan membanggakan diri sebagai mantan perwira TNI, walaupun dirinya konon dipecat secara tidak hormat karena diduga terlibat dalam penculikan aktivis di era pemerintahan Soeharto.

Sedangkan Jokowi tetap fokus kepada sistem politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dengan memanfaatkan besarnya SDM muslim di Indonesia. Salah satunya contohnya ialah Indonesia dipercaya dan terlibat aktif sebagai mediator dalam proses perdamaian konflik di Afganistan.

Sesungguhnya, jika mau diruntut lebih jauh lagi tentang rekam jejak dan prestasi kedua paslon, Jokowi terbukti telah banyak berkarya untuk bangsa ini, walaupun masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Adapun hasil karya Jokowi untuk bangsa ini antara lain telah membubarkan PETRAL, mencabut subsidi BBM, membuat jalan tol Trans Papua sepanjang 4.320 km, membayar hutang warisan SBY sebesar Rp293 triliun, membuat enam rute Tol Laut dan melahirkan 15 Bandara baru di wilayah terluar Indonesia serta terlaksananya BBM satu harga di Papua.

Sedangkan Prabowo belum menghasilkan prestasi apapun. Namun, saya memaklumi hal ini karena memang Prabowo belum pernah menjadi presiden. Jadi, wajar saja kalau Prabowo hanya mengumbar janji kepada rakyat. Bila Prabowo jadi presiden, maka dia wajib menepati janjinya kepada rakyat. Adapun janji-janji Prabowo itu antara lain, akan menurunkan harga listrik dan harga pangan, menjamin ketersediaan pangan, meningkatkan penghasilan para petani, menegakkan law enforcement, mengembangkan biodiesel (B100), menolak impor serta utang luar negeri.

Sikap Politik Golputers

Tampilan Jokowi dalam debat ke-four capres menuai pujian, sanjungan dari sejumlah pengamat politik, akademisi, kalangan DPR dan rakyat jelata serta kelompok milenial dan kaum golputers. Tampaknya, kelompok milenial dan kaum golputers sudah mulai berani menentukan sikap politiknya setelah menyaksikan debat ke-four capres.

Kemungkinan besar, kelompok milenial maupun kaum golputers juga akan menentukan sikap politiknya untuk mendukung para caleg parpol yang mengusung Jokowi. Sebaliknya, mereka akan menolak dan tidak memilih para caleg dari parpol oposisi yang menentang kebijakan politik dan ekonomi Jokowi.

Adapun caleg dan parpol yang akan ditolak kelompok milenial dan kaum golputers yaitu Gerindra, PAN, PKS, Demokrat dan partai Berkarya besutan Tommy Soeharto. Sedangkan parpol baru seperti PSI dan Garuda masih belum signifikan menggoyahkan sikap politik milenial dan golputers.

Seburuk atau sebaik apapun pernyataan yang terlontar dari Jokowi dan Prabowo dalam debat ke-4 capres, saya tetap mengapresiasi mereka karena kedua paslon secara tegas, sadar dan terbuka menyebutkan bahwa Pancasila dan NKRI harga mati buat bangsa ini. Salam damai Indonesiaku, ngopi yuk?

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identity

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@wawanku86931157

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Istimewa