Pernyataan Nadirsyah Hosen atau biasa disapa Gus Nadir tentang ‘ Islam Wasathiyah itu Modera t’ yang dimuat media online Gatra.com (27 Mei 2019 - Baca: https://www.gatra.com/detail/news/418616/lifestyle/nadirsyah-hosen-islam-wasathiyah-itu-moderat-tanpa-kehilangan-prinsip) sangat menarik sekaligus menohok kelompok Islam radikal yang saat ini sedang bertebaran di sejumlah negara di Timur Tengah dan juga sedang terjadi di Indonesia.
Dalam pandangan saya, pernyataan itu merupakan respon Gus Nadir terhadap terjadinya kekisruhan politik di Indonesia yang mengatasnamakan Islam. Dosen di fakultas hukum Monash University Australia ini menegaskan, Islam Wasathiyah sebagai Islam moderat bisa menjadi pedoman bagi muslim Indonesia dan dunia agar terhindar dari kekisruhan politik yang selalu membawa-bawa Islam.
Menurut Gus Nadir yang juga Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Australia dan Selandia baru ini, Islam Wasathiyah menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Rahmat Islam itu berlaku bagi seluruh umat manusia sekaligus binatang.
Saya sependapat dengan Gus Nadir. Saya meyakini bahwa semua agama, termasuk Islam pasti mengajarkan kebaikan kepada penganutnya. Sejak puluhan tahun lalu, agama sudah menjadi panduan hidup bagi rakyat Indonesia yang tertuang dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Terjadinya kekisruhan politik yang menyeret Islam di negeri Garuda ini, semakin mencerminkan bahwa sebagian umat muslim Indonesia tidak mampu memahami Islam sebagai ‘Rahmatan Lil Alamin’, khususnya dalam konteks sosial atau kemanusiaan. Akibatnya, umat muslim gampang dibodohi oleh siapa saja, termasuk oleh para tokoh agamanya sendiri.
Dalam pandangan saya, Islam adalah ajaran cara berkehidupan yang menyejukan bagi umat muslim dan seluruh makhluk hidup di jagat raya. Jadi, ketika umat muslim melebur dalam kehidupan sosial, maka ajaran Islam otomatis akan mengalir mengikuti pergaulan sosial yang tentunya disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran agama secara umum yang bersifat universal.
Namun faktanya, akhir-akhir ini sebagian umat muslim di Indonesia merasa bahwa merekalah pemegang peran utama dalam kehidupan sosial, termasuk dalam ranah politik. Islam dinilai oleh mereka sebagai agama mayoritas sehingga muncul tindakan anarkisme melalui aksi massa dengan mengatasnamakan Islam.
Setahu saya (maaf kalau salah), tidak ada satu ayatpun dalam Al Qur’an yang menyebutkan bahwa Islam sebagai agama mayoritas dibandingkan dengan agama lain. Dari sini saja terlihat bahwa sebagian umat muslim di Indonesia sudah ‘mengkhianati’ ajaran Islam. Islam oleh sebagian umat muslim dipaksa untuk merusak ranah kemanusiaan dan politik dalam tatanan kehidupan sosial.
Nilai-nilai suci ajaran Islam dicemarkan secara transparan oleh sebagian umat muslim. Kalau semua masalah tata kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia terus-menerus dipaksa untuk ‘berislam ria’, maka lambat laun Pancasila akan musnah.
Saya menduga, sebagian umat muslim Indonesia memang benar-benar tidak memahami Islam dalam konteks sosial. Hampir semua problem sosial terus disudutkan kepada persoalan aqidah Islam. Padahal sesungguhnya, persoalan aqidah merupakan proses komunikasi spiritual antara manusia dengan Tuhan. Aqidah bukanlah ranah publik yang harus digembar-gemborkan oleh sebagian umat muslim yang berpikir kerdil terhadap ajaran Islam. Akibatnya, wajah sebagian kaum muslim Indonesia begitu mengerikan bagi kalangan nonmuslim yang pada akhirnya berujung dengan munculnya sebutan kafir, haram, anti Islam dan komunis.
Perspektif keislaman sebagian umat muslim Indonesia dalam pergaulan sosial sangat rendah dan sungguh tidak cerdas. Sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa sebagian umat muslim Indonesia benar-benar tidak mampu menerjemahkan Islam sebagai agama ‘Rahmatan Lil’ Alamin’.
Akhirnya, saya sangat setuju dengan Gus Nadir bahwa sudah saatnya bangsa ini menjadikan Islam Wasathiyah sebagai pedoman bagi kehidupan umat muslim di Indonesia yang tujuannya untuk menjaga kedamaian antarsesama penganut agama, sekaligus sebagai sarana penyejuk bagi seluruh makhluk hidup di alam semesta tanpa kecuali. Wassalam…
Salam seruput kopi angetnya bro... [ Wawan Kuswandi ]
Keterangan Foto:Foto (kiri-kanan) Nadirsyah Hosen, dosen di fakultas hukum Monash University Australia dan Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Australia dan Selandia. Wawan Kuswandi, pemerhati komunikasi massa dan mantan editor Newsnet Asia (NNA) Jepang.(foto:ist)
LIHAT JUGA:
Indocomm.blogspot.co.id
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
@wawan_kuswandi
#INDONESIAComment
@wawankuswandi
@indonesiacommentofficial
ICTV YouTube Channel
THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE
Deenwawan.photogallery.com
No comments:
Post a Comment