Saat ini, keberadaan telepon seluler (ponsel) menjadi begitu penting bagi kehidupan manusia. Saking pentingnya, manusia tidak lagi percaya diri atas statusnya sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia. Apa yang ada dalam pikiran Anda, bila saya menyebut angka dan huruf? Sebagian besar dari Anda mungkin menjawab ponsel.
Ponsel merupakan alat komunikasi sosial di abad ini yang paling sukses mendikte pola interaksi antar manusia di alam semesta. Jarak, ruang dan waktu tak lagi menjadi hambatan seseorang untuk kongkow dengan siapa saja. Cukup hanya dengan memencet tuts angka dan huruf, obrolan langsung terjadi.
Kecanggihan berbagai fitur ponsel menjadi showroom bergengsi bagi seseorang untuk unjuk harta, benda, wanita, pacar, teman, aktivitas, foto keluarga, jabatan, kuliner, status sosial, bahkan aurat. Disadari atau tidak, seseorang telah membongkar sisi privasinya sendiri ke publik.
Memanfaatkan ponsel untuk berbagai kepentingan pribadi adalah hak seseorang. Jadi, siapa pun tak punya hak untuk ikut campur. Namun, sampai sebegitu besarkah kekuasaan hak merasuki hati dan pikiran manusia? Jawabannya hanya Anda yang tahu. Bahkan, para penggila ponsel menjustifikasi bahwa ponsel adalah salah satu medium silaturahim terbaik saat ini. Benarkah?
Saya pernah mengalami kejadian ‘nyeleneh’ menyangkut eksistensi ponsel. Pertama, seorang jamaah di sebelah saya tidak mendengarkan khotbah khotib saat menunaikan sholat Jumat. Dia lebih asyik bermain ponsel dengan jari-jarinya. Kedua, salah satu teman saya ‘nyengir’ sendiri dengan ponselnya, saat teman-teman lain ngobrol santai ngalor-ngidul di teras rumah. Ketiga, saya menegur keponakan saya yang matanya fokus ke ponsel, ketika sedang berlangsung rapat keluarga. Keempat, beberapa pengendara motor yang saya tolong saat kecelakaan di jalan, mengaku mereka keasyikan ngobrol via ponsel sambil mengendarai motor. Berita-berita di TV juga banyak menginformasikan tentang konflik antar sesama selebritis atau politisi gara-gara saling hujat melalui ponsel. Bocah kelas 6 SD asyik bermain game online dengan ponsel hingga lupa waktu untuk makan, minum dan belajar. Kejahatan kekerasan seks ABG terjadi akibat berkenalan dengan orang asing melalui ponsel. Sebenarnya, masih banyak lagi ‘skandal kriminal’ lainnya akibat dari pemakaian ponsel yang tidak proporsional.
Ponsel telah membuat derajat seorang manusia begitu rendah. Manusia tidak mau lagi menjalankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang lebih mengutamakan komunikasi tatap muka, berbicara langsung dan bersilaturahim. Cepat atau lambat, manusia telah meninggalkan kodratnya sebagai makhluk sosial. Manusia lebih takut kehilangan ponsel daripada kehilangan jati dirinya. Sangat sedikit sekali ponsel dimanfaatkan untuk bertutur sopan, berbagi kebaikan, berbagi do’a, berbagi kasih sayang, mengingatkan kejujuran atau memberikan inspirasi positif bagi kehidupan antar sesama di jagat raya. Sadarkah kita? [Wawan Kuswandi]
www.Facebook.Com/INDONESIAComment/
plus.Google.Com/ INDONESIAComment
#INDONESIAComment
Deenwawan.Photogallery.Com
No comments:
Post a Comment