Memanasnya suhu politik berkepanjangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) kemungkinan besar bisa memicu pecahnya #PerangGlobal atau #PerangDuniaKetiga. Konflik nearby yang terjadi di sejumlah negara kawasan Timur Tengah berhasil memancing emosi beberapa pemimpin dunia untuk ikut teribat dalam mencari solusi perdamaian. Namun demikian, menyelesaikan konflik di Timur Tengah tidaklah mudah.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, konflik nearby di kawasan Timur Tengah bisa memicu perang worldwide. Putin menekankan perlu ada conversation soal keamanan dan stabilitas internasional, khususnya terhadap lima negara yang memproduksi senjata nuklir.
"Konflik regional dapat menjadi ancaman bagi keamanan internasional," ujar Putin seperti diberitakan Anadolu Agency, Rabu (15/1/2020).
Menurut Putin, lima negara produsen nuklir harus menghilangkan alasan yang dapat menyebabkan perang. Presiden Rusia ini juga mengungkapkan bahwa negaranya telah memiliki senjata pemusnah massal baru yang tidak dimiliki negara-negara lain. Namun, apa jenis senjata itu, Putin masih merahasiakannnya.
Sebelumnya, konflik antara Iran dan Amerika Serikat dipicu oleh tewasnya pimpinan militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Kemudian, Iran membalas dengan serangan rudal balistik ke pangkalan militer AS di Irak.
Merespon peristiwa serangan itu, Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan, negara-negara di Timur Tengah harus segera mengusir militer Amerika Serikat agar keluar dari kawasan Timur Tengah. Pernyatan ini, tentu saja bisa memicu konflik semakin melebar terhadap negara-negara yang menjadi sekutu Iran maupun AS.
"Negara-negara Timur Tengah harus mengusir militer Amerika Serikat di Timur Tengah. Mereka adalah penjajah," ujar Rouhani seperti dikutip Xinhua, Selasa (14/1/2020).
Menlu Iran, Javad Zarif menulis di Twitternya, “AS telah melakukan aksi terorisme internasional, menargetkan dan membunuh Jenderal Soleimani, kekuatan paling efektif dalam memerangi ISIS, Al Nusrah, Al Qaeda”.
Reaksi Trump
Konflik militer yang terjadi di sejumlah negara kawasan Timur Tengah, memang memungkinkan pecahnya perang global. Kalau ini sampai terjadi, maka eksodus manusia secara besar-besaran akan melanda sejumlah negara di dunia. Bencana besar yang diakibatkan oleh perang senjata pemusnah massal ini, tentu akan menghancurkan bumi. Bila perang international yang dikhawatirkan Putin pecah, maka Amerika Serikat adalah negara yang paling bertanggung jawab.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump sebelumnya pernah bersumpah untuk menomorsatukan Amerika Serikat lewat jargon "America first.".
Menurut kolomnis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, Trump telah membuat sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS menjadi campur aduk, tidak jelas, siapa musuh, siapa sekutu. "Ini dunia, di mana hubungan diplomasi yang sudah mapan diobrak-abrik oleh cepatnya cuitan Trump di Twitter," kata Goldberg.
Blok Timur dan Barat
Bila perang global pecah, kemungkinan besar akan melibatkan sejumlah negara-negara Blok Barat melawan negara-negara Blok Timur. Amerika Serikat akan memimpin Blok Barat bersama negara-negara yang tergabung dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization/Organisasi Pertahanan Atlantic Utara).
Sebanyak 12 negara akan berada dibawah komando AS, yaitu Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal dan Inggris. Ada juga negara yang bukan anggota NATO akan berkoalisi dengan AS. Selain itu, sebagian negara-negara Uni Eropa yang tergabung dalam G-20 dan Liga Arab juga akan berpihak ke AS.
Sedangkan Blok Timur akan dipimpin Rusia bersama negara-negara yang pernah tergabung dalam Fakta Pertahananan Atlantik Utara (Fakta Warsawa). Untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi Blok Barat, Rusia akan terus melakukan kerjasama militer dengan negara-negara Asia lainnya, diantaranya dengan aliansi militer yang melibatkan enam negara dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO). Aliansi ini pernah melakukan latihan militer bersama yang dipusatkan di wilayah Chelyabinsk.
Sebanyak 6.500 personel serta lebih one hundred Pesawat tempur terlibat dalam latihan militer ini. Rusia juga melakukan kerjasama militer Collective Security Treaty Organisation (CSTO) dengan melibatkan negara Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan. Sebagian negara non Liga Arab, terutama negara-negara Teluk mungkin akan berpihak kepada Rusia diantaranya Irak, Mesir, Yaman, Yordania, Libya, dan Tunisia.
LIHAT JUGA:
Indocomm.Blogspot.Co.Id
www.Fb.Com/INDONESIAComment/
plus.Google.Com/ INDONESIAComment
@wawanku86931157
#indonesiacommentofficial
ICTV Televisi Inspirasi Indonesia
THE WAWAN KUSWANDI FORUM
THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE
#INDONESIAComment
Foto: Ist