Monday, June 1, 2020

Bila Menolak Pancasila, Jokowi Harus Bubarkan FPI, Berani?

Presiden Jokowi kemungkinan tidak akan memperpanjang Surat Keterangan Terdaftar (SKT) ormas Front Pembela Islam (FPI). "Ya, tentu saja, sangat mungkin. Jika pemerintah meninjau dari sudut pandang keamanan dan ideologi, menunjukkan bahwa mereka tidak sejalan dengan negara," kata Jokowi kepada kantor berita AP Minggu (28/7/2019) lalu.

Jokowi ingin Indonesia dikenal sebagai negara yang moderat. Menurutnya, Jika sebuah organisasi membahayakan negara dalam ideologinya, tidak akan ada kompromi untuk segera membubarkannya.

FPI saat ini sedang menunggu rekomendasi dari Kementerian Agama sebagai salah satu syarat perpanjangan izin. Izin ormas FPI terdaftar dalam SKT 01-00-00/010/D.III.4/VI/2014. Adapun masa berlaku SKT FPI, yaitu dari tanggal 20 Juni 2014 sampai 20 Juni 2019. Izin SKT FPI masih tertahan karena kabarnya ormas ini belum melengkapi 20 syarat administratif yang harus diserahkan ke Kementerian Dalam Negeri.

Berikut hasil wawancara tim redaksi indonesiacomment.com dengan pemerhati komunikasi massa Wawan Kuswandi, Senin (5/8/2019) seputar polemik SKT FPI.

Kepada pers Asing Presiden Jokowi mengatakan, bila FPI menolak Pancasila, maka tak ada kompromi untuk membubarkannya, Menurut Anda?

Apa yang dikatakan Jokowi merupakan tanggung Jawabnya sebagai pemimpin negara dan pemimpin pemerintahan untuk melindungi dan menjaga Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Jokowi berhak mengambil keputusan ekstrim untuk menyelamatkan Pancasila dan NKRI dari kelompok-kelompok atau ormas apapun, termasuk Front Pembela Islam (FPI) yang dinilai negara dan publik mungkin sudah tidak sejalan lagi dengan Pancasila. Sebaliknya, Jokowi juga berkewajiban untuk memelihara hubungan baiknya dengan ormas-ormas yang sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945. Namun, tindakan Jokowi tidak cukup hanya dengan membubarkan FPI, Jokowi harus memberi sanksi hukum kepada oknum elite FPI dan para pengikutnya sesuai hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Jokowi harus bertindak cepat dan tepat dalam mengambil keputusan untuk membubarkan FPI, tanpa harus gembar-gembor kepada publik. Rakyat sebenarnya sudah lama menunggu keputusan Jokowi untuk membubarkan FPI yang dalam lima tahun terakhir ini, dinilai sudah meresahkan kenyamanan publik dan dituding mengancam toleransi nasional dengan serangkaian tindakan-tindakan yang berkonotasi anarkis dan intoleransi. Untuk melaksanakan keputusan ini, Jokowi harus mendapat dukungan penuh dari lembaga MPR RI, DPR RI, aparat hukum (yudikatif) serta aparat keamanan nasional dalam hal ini polisi dan TNI. Di sisi lain, sebelumnya rakyat juga sudah membuat petisi di media sosial yang isinya setuju dengan pembubaran FPI. Rakyat berharap pemerintah tidak lagi memperpanjang SKT (Surat Keterangan Terdaftar) terhadap ormas FPI. Pembubaran ormas ini juga berlaku bagi ormas-ormas lain atau lembaga-lembaga pemerintah yang dinilai sudah tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Lembaga MPR RI wajib mengeluarkan TAP MPR yang isinya menolak semua lembaga atau ormas yang anti Pancasila. Sedangkan DPR RI juga harus memperkuat dan melengkapi payung hukum yang sudah ada untuk membersihkan ormas-ormas yang dinilai tidak Pancasilais. Sedangkan untuk aparat hukum dalam hal ini polisi dan TNI tidak perlu ragu-ragu lagi dalam melakukan tindakan tegas terhadap ormas yang anti Pancasila. Persoalannya ialah apakah Jokowi berani membubarkan ormas-ormas yang tidak Pancasilais? Kita tunggu saja dalam waktu dekat ini.

Apa dampak dengan dibubarkannya FPI?

Dampaknya mungkin akan sangat baik bagi suasana toleransi keagamaan dan toleransi SARA di Indonesia. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pembubaran FPI. Toh, pemerintah pernah membubarkan HTI dan negara tetap aman-aman saja. Kalaupun ada protes dari FPI, pemerintah harus bertindak tegas, cepat dan tepat sesuai perundang-undangan atau payung hukum yang ada. Hukum harus ditegakan dan negara harus berani melakukan eksekusi. Negara sudah tegas-tegas menyebutkan bahwa Pancasila dan NKRI harga mati bagi Indonesia. Rakyat dari Sabang sampai Merauke pun mempunyai keyakinan yang sama bahwa Pancasila dan NKRI tidak dapat digantikan dengan ideologi lain. Jadi negara tidak perlu lagu sedikit pun untuk membubarkan FPI, bila mereka menolak Pancasila.

Pandangan Anda terhadap FPI?

FPI hanya ormas biasa-biasa saja. Namun, karena FPI dalam setiap melakukan aktivitasnya seperti aksi demo jalanan selalu mengatasnamakan agama dan tindakannya kontroversial, maka ormas ini jadi perhatian publik. FPI juga tidak mewakili agama mayoritas di Indonesia. Para penganut agama minoritas pun tidak melihat FPI sebagai perwakilan agama mayoritas di Indonesia. FPI pernah mengklaim di media massa bahwa pengikutnya mencapai 7 juta orang. Namun, faktanya tidak sebesar itu, paling hanya sekitar 500 ribu sampai satu jutaan lebih saja. Menurut data sensus penduduk yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam sebesar 87,18 persen. Dengan menggunakan data ini, maka pada tahun 2016 penduduk Indonesia yang beragama Islam berjumlah 223,18 juta jiwa. Angka yang beredar di media menyebutkan bahwa warga Nahdliyin berkisar di angka 60-120 juta jiwa. Dalam buku “NU dan Keindonesiaan” karya Mohammad Sobary, mantan Ketua Umum PBNU Almarhum KH Hasyim Muzadi pernah menyatakan jumlah warga NU sekitar 60 juta. Namun, Gus Dur menaksir lebih dari 50 persen orang Indonesia adalah warga NU atau sekitar 120 juta. Sedangkan survei yang dilakukan Alvara Research Center Oktober 2018 lalu menyebutkan, mayoritas muslim Indonesia atau 80 persen menyatakan mengikuti ritual keagamaan NU. Sedangkan pengikut Muhammadiyah sekitar 35 sampai 45 persen, sisanya ialah kelompok Islam moderat yang mendukung Pancasila. Jadi, FPI itu ormas biasa dan massanya sangat kecil dibandingkan dengan NU dan Muhammadiyah. FPI tidak ada pengaruhnya sedikitpun bagi kehidupan antarumat beragama di Indonesia. NU dan Muhammadiyah ormas yang menjadi acuan umat muslim Indonesia, bukan FPI atau ormas keagamaan lainnya. Lagi pula, tidak ada satu pun agama di Indonesia yang perlu dibela seperti yang disuarakan FPI. Semua agama yang ada dilindungi oleh negara. Kehidupan antarumat beragama di Indonesia sejak era Soeharto hingga Jokowi juga berjalan baik-baik saja dan penuh toleransi.

Selama ini tindakan FPI dituding negatif oleh publik, menurut Anda?

Dari sejumlah pemberitaan di media massa dan sosial media serta penelitian, pada umumnya publik kecewa dengan tindakan FPI yang sering melakukan aksi demo dengan mengatasnamakan agama serta serangkaian tindakan yang berbau anarkis. Ada kesan FPI berperan sebagai ‘polisi agama’ jalanan dengan berbagai tindakannya yang melebihi aparat hukum dalam hal ini kepolisian. Inilah yang membuat kenyamanan dan keamanan masyarakat menjadi terganggu. Seharusnya, polisi mengambil perannya sebagai lembaga yang memiliki otoritas dalam menjaga keamanan dan kenyamanan rakyat. Tapi sayang, peran polisi secara perlahan seolah-olah diambil oleh FPI dengan cara-cara yang justru meresahkan publik. Jadi, wajar saja kalau masyarakat menilai tindakan FPI berdampak negatif. Di sisi lain,  fenomena aksi demo FPI harus segera disikapi oleh polisi untuk segera mengambil perannya kembali dalam menjaga kenyamanan sosial. Beranikah polisi menindak tegas oknum-oknum FPI yang selama ini dinilai meresahkan publik? Kalau polisi tidak segera melakukan tindakan cepat dan tegas, maka diduga kuat FPI akan terus melakukan tindakan-tindakan yang bisa menjurus kepada konflik sosial.

Apa manfaat FPI bagi umat beragama di Indonesia?

FPI akan menjadi ormas yang bermanfaat bagi umat beragama di Indonesia, bila semua sikap dan tindakan mereka membawa kesejukan, kedamaian, kenyamanan sosial dan menjaga toleransi antarumat beragama di Indonesia dengan mengusung ideologi Pancasila. FPI tidak harus mengatasnamakan agama dalam setiap aksi demonya. Artinya FPI harus mereposisi tindakan aksi jalanannya dengan cara-cara bersahabat, tidak membawa-bawa agama dan menjaga kebersamaan antarumat beragama serta menghormati hak-hak azasi orang lain. FPI wajib menghindari aksi demo yang bisa menjurus kearah konflik sosial. Kalau FPI tidak mau melakukan itu semua, maka sudah sewajibnya FPI dibubarkan pemerintah dan masyarakat pantas untuk menolak dan menuntut FPI segera bubar.( red/IC )

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

foto: Istimewa

Pelajari Kenalan Sama Gamis Seply yang Lembutnya Sampai ke Hati

Beberapa tahun terakhir ini di Indonesia makin ngehitz para muslimah memakai busana syar?I. Alhamdulillah banget ya kalo semakin poly muslimah yang menutup aurat. Menurutku, itu jadi galat satu langkah kebaikan untuk para muslimah Indonesia. Step by step, bertahap, berproses, belajar sebagai lebih baik lagi. Diimbangi dengan meluruskan niat kembali bahwa menutup aurat bagi seseorang muslimah yang telah baligh adalah kewajiban bukan sekedar gaya-gayaan.

Ngomongin soal sandang, mau apapun contoh sandang tersebut niscaya yang jadi pertimbangan kita adalah pertama bahannya yang harus menyerap keringat, nggak kaku, nggak bikin kulit iritasi, nggak nerawang, dll,, kedua contoh pakaiannya yang wajib banget bikin si pemakai tetep bebas berkiprah apapun model pakaiannya apalagi kalo si pemakai terbiasa mobile kesana kemari,, dan kalo buat cewek-cewek pasti nggak bisa tanggal menurut motifnya ya, hehe... Yang girly niscaya suka banget milih motif bunga-bunga, ya kan???

Nah, kalo ngomongin busana syar?I, pasti deh ya yang pertama timbul dibenak kita ya gamis. Dan kalo ngomongin merk-nya sekarang udah poly banget brand-brand yg ngeluarin produk pakaian syar?I. Tapiii... Tau merk Ethica kan? Ethica punya lini merk yg namanya Seply. Yuk, kita kenalan sama gamis Seply ini...

Dengan mengusung tagline ?Lembutnya Sampai ke Hati? Seply menunjukkan majemuk produk kostum syar?I, keliru satunya gamis yang dinamai Gissel kayak yang saya punya ini. Gamis Gissel dari Seply ini punya bahan yg lembut dan ringan banget plus nggak nerawang juga. Didesain menggunakan memadukan 2 bahan tidak selaras jua dengan 2 motif tidak sinkron. Bahan pertama dengan motif bunga-bunga yang santai & cantik yang kalo nggak keliru itu semacam bahan katun kali ya, jadi tetep menyerap keringat, bahan kedua saya nggak tau namanya ini bahan apa tapi yang niscaya bahannya lembut, ringan tapi nggak nerawang. Gamis Gissel yang saya punya ini warnanya dusty ungu, warna kalem akan tetapi tetep cerah ya. Desain gamisnya juga unik ya, ada aksen pada bagian dada, bawah dan tangan. Buat para muslimah yg mobilitasnya tinggi jangan takut, gamis Seply ini punya desain lebar pada bagian bawahnya, line-A gitu jadi nggak akan ngehambat mobilitas kamu (cie bahasanya). Ukurannya? Jangan risi.. Gamis Seply punya majemuk berukuran yang detail kok.

Ah ya, gamis Gissel ini punya beragam contoh dengan angka seri yg berbeda. Bisa cek pada ethicafashion buat lebih tau model gamis yg lainnya. Harga yg ditawarkan pula bersaing lah ya dengan merk-brand ternama lainnya, jadi jangan takut kemahalan ya...

Masih ragu buat beli gamis dari Seply ini? Hayuuk pribadi datang ke store-nya Seply (Ethica) buat buktiin sendiri gimana nyamannya gamis Seply ini. Jangan lupa ajak teman-sahabat dan famili engkau ya...

Sunday, May 31, 2020

ICTV: Ngopi Sambil Silaturahim, Asyik Lho...!

Klik link ini:https://www.youtube.com/watch?v=B5f2ns8oY-Y

Yuk silaturahim sambil ngopi di mall?Tq sobat

Kontak ICTV: 081289349614

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Pelajari Tulisan Dipenghujung 22 Desember

Setelah beberapa bulan terakhir jarang banget sakit, Qodarullah hari ini aku sakit & saya putuskan full istirahat pada rumah. Tapi cita rasanya impian untuk nulis tetep ada ya, Alhamdulillah. Meski awalnya resah mau nulis apa tapi tetiba inget hari ini lepas 22 Desember yang bertepatan dengan Hari Ibu.

Mulai berdasarkan pagi sampe barusan hari udah malem, semua media sosial diramaikan dengan postingan ucapan selamat hari mak . Di satu sisi saya seneng bahwa betapa kedudukan seorang mak begitu tinggi sampai ditetapkan satu tanggal buat memperingatinya, tapi pada sisi lain aku amat sangat berharap bahwa hari bunda nggak cuma hari ini aja akan tetapi setiap hari.

Bicara tentang bunda nggak akan tanggal berdasarkan sosok perempuan . Bukan cuma tentang seorang wanita yg udah menikah dan jadi seseorang bunda buat anak-anaknya akan tetapi pula mengenai wanita yang suatu saat akan menikah & bakalan jadi seorang ibu juga.

Semua orang niscaya tau banget kalo jadi seorang bunda adalah hal yang nggak mudah. Untuk seorang mak yang jadi ibu rumah tangga sekaligus berkarir pada luar tempat tinggal , maka manajemen waktu, pikiran, tenaga & lain sebagainya pasti bener-bener wajib dipikirkan sesuai porsinya masing-masing. Tapi jangan jua ngeremehin seorang ibu yang full jadi bunda tempat tinggal tangga aja, 24 jam berada di rumah menggunakan segala syarat di dalamnya. Para bunda rumah tangga yang pula berkarir juga yang full pada rumah sama-sama hebat, mereka menghadapi segala tantangannya masing-masing menurutku.

Terkadang ada perasaan cemas dibenakku apakah suatu hari nanti aku sanggup sebagai ibu yg baik buat keluarga & anak-anakku ataukah tidak. Rasanya terlalu poly hal yang belum sanggup saya lakukan. Mungkin itulah kenapa akhirnya aku tersadar bahwa sebagai seorang mak merupakan posisi paling hebat berdasarkan pendapatku.

Menjadi seorang ibu di akhir zaman seperti waktu ini, menurutku seseorang bunda tidak cukup hanya mahir pada mengurusi segala keperluan rumah tangga saja, akan tetapi juga wajib mahir dalam mengokohkan aqidah putra-putrinya. Hanya itu? Enggak. Nyatanya pada cara mendidik pun harus berhati-hati karena seseorang ibu merupakan madrasah pertama bagi putra-putrinya.

Kilas pulang sejenak, mengenai perjalanan hayati yg aku lalui mungkin juga merupakan bagian menurut persiapan buat masa depanku. Dimulai dari saya yang pernah berprofesi sebagai pengajar yang terkadang betapa aku ngerasa lelah yang amat sangat karena selain tugasku mengelola kelas saya wajib merampungkan tugas-tugas lainnya. Bandingkan menggunakan seorang mak yang 24 jam mengurusi rumah menggunakan segala keadaannya, maka saya harus bersiap dengan itu. Lalu terkadang liat berbagai karakter anak sesuai menggunakan didikan orang tuanya atau liat cara orang tua memperlakukan anaknya di depan generik, ada yang bikin kita takjub ada pula yg bikin miris, menurut hal itu jua lah aku makin tersadar bahwa mendidik anak nggak bisa asal-asalan. Menjadi seorang mak diharapkan amat poly ilmu, terdapat ilmu yang bisa kita persiapkan jauh-jauh hari dari sebelum kita benar-benar jadi seseorang bunda, terdapat jua pengalaman yang mungkin akan dijadikan sebuah nasihat atau pelajaran saat kita sahih-benar sudah menjadi seseorang mak kelak.

Terakhir, mungkin ini lebih pada sebuah cita-cita. Betapa saya sangat berharap bisa menjadi seorang mak yg bisa meraih pendidikan dengan tinggi-tingginya apapun profesiku kelak, pun berharap semoga suatu hari nanti anak-anakku pun mampu memiliki pendidikan lebih tinggi dariku. Lantaran dari pandanganku, menuntut ilmu dan menjadi seorang ibu adalah 2 profesi yg amat sangat mulia, yg semoga dengan cara itu mampu semakin mendekatkanku pada Sang Maha Pencipta, & menjadi tabungan kebaikanku buat pada akhirat kelak. Aamiin...

Soal Politik Dinasti, Jokowi Harus Menahan Diri

Klik link ini:http://www.wartaonline.net/soal-politik-dinasti-jokowi-harus-menahan-diri/

Akankah Jokowi melakukan politik dinasti? Yuk simak pandangan pemerhati komunikasi massa Wawan Kuswandi sambil ngopi. Terima kasih guys?

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Pelajari Belajar Dandan (lagi)

Perhatikan sejenak percakapanku dengan oleh calon suami a.K.A Rangga AADC *lagihalu!

Aku : Rangga, telah berapa purnama saya nggak nulis blog?

Rangga : Ratuuusaaan...

Wkwkwkwk

Ternyata, sebulan kemarin saya nggak nge-blog sama sekali ya, hehe.. Yaa biasa lah, orang (sok) sibuk.

Setelah berpikir keras tentang apa yang mau aku tulis kali ini, lirik kanan kiri seisi kamar kali aja terdapat yang sanggup dijadiin bahan tulisan. Ternyata terdapat, aku mau cerita mengenai seperangkat indera make up yg bulan lalu aku beli dan kenapa pula aku beli.

Cerita dulu dikit, tetiba aja aku pengen belajar dandan (lagi). Kenapa (lagi)? Karena dulu pernah belajar dandan buat pertama kalinya, belajar pake skin care, eyeliner, maskara, dan temen-temennya. Tapi nggak dilanjutin lantaran keburu males lagi, cita rasanya ribet aja gitu ya kalo tiap hari wajib make up an. Kalo aku masuk kerja jam delapan jangan-jangan aku harus bangun jam 3 gegara dandanku usang, wkwk lebaaaayy. Ah pokoknya dulu tuh ya keburu males aja dah.

Eh bulan-bulan lalu tetiba pengen belajar dandan lagi. Keinginan belajar dandan ini disponsori oleh liat akun instagram merek-merek kosmetik menurut yg murah sampe mahal, liat olshop-olshop yg pada jual banyak sekali kosmetik, liat selebgram yg mukanya dalam kinclong, eeeh tapi pas liat cermin ini muka kok kusam bener ya? Akhirnya jadi pengen bisa dandan deeh... Aku jadi pengen tau gimana caranya riasan tetep stay walau seharian nggak touch up ditengah kilang minyak diwajahku, atau pengen tau jua gimana caranya make up glowing, flawless, matte, daaan lain-lain...

Dulu pernah ikutan beauty group, akan tetapi kayaknya ilmu per-make-up-an lebih bisa terserap otakku kalo aku liat beauty vlogger di youtube atau baca review beauty blogger ya, trus.. Udah gitu dipraktekin deh..

Akhirnya kulangkahkan kaki ini menuju toko kosmetik dan supermarket deket rumah, misi dimulai!!! Tapi kali ini terdapat yang beda, kalo dulu pas pertama kali belajar dandan aku pribadi beli kosmetik merek populer (yang artinya harganya pun tidak mengecewakan), kali ini aku beli kosmetik yg harganya murah-murah dulu. Kenapa? Karena pengalaman dahulu kala kosmetikku berakhir di tempat sampah pada kondisi kadaluarsa lantaran dah usang banget dianggurin, hiks hiks mubazir iiiih..

Setelah semuanya terkumpul, mulailah aku praktekkan ilmu-ilmu para beauty vlogger & beauty blogger yang selama ini kuarsipkan. Dimulai pake pelembab lancaar, foundation lancaar, bedak padat lancaar, lipstik lancaar, blush on lancaar (ini pertama kalinya aku pake blush on), eye shadow lancaar, eye liner lancaar, maskara lancaar, pensil alis kagak lancar dooong hiks (ternyata saya wajib ikut remedial ngalis).

Sebenernya lebih baik skin care ya daripada make up, karena skin care itu merawat dan melindungi wajah sedangkan make up mungkin cuma menutupi kekurangan di paras aja. Tapi yaudahlah ya namanya juga cewek, niscaya gemes aja kalo soal kosmetik, jangan tanya dulu soal kandungan kosmetiknya, liat packagingnya aja udah terpesona kan, wkwk...

Dan tadinya mau aku review dipostingan ini seluruh produknya, akan tetapi jadinya panjang bener... Akhirnya aku pecah jadi beberapa postingan. Beberapa postinganku sesudah ini isinya review seluruh ya.. Hehe..

Salam Seruput Kopi Pait Buat Ustadz Abdul Somad

Seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Abdul Somad (UAS), “Apa sebabnya ustadz, kalau saya menengok salib, menggigil hati saya?". UAS menjawab, "Setan".

Jawaban itu dilanjutkan UAS dengan menyebut salib didiami jin kafir karena patung yang tergantung di situ, begitu juga dengan simbol + di mobil ambulan yang merupakan lambang kafir. Itulah sepenggal tanya-jawab antara UAS dan seorang jamaah yang memicu polemik sengit.

Jawaban konyol Ustadz Abdul Somad (UAS) dituding bisa memicu konflik antarumat beragama di Indonesia. UAS diduga kuat telah melakukan penistakan agama. Sejumlah elemen masyarakat, akhirnya melaporkan UAS ke pihak Polri. Untuk menghindari agar isu konflik berbau agama ini tidak melebar luas, Polri jangan diam dan harus bertindak cepat. Sedikitnya ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi agar kasus ini mereda yaitu pertama, UAS harus mengklarifikasi dan minta maaf atas isi ceramahnya dihadapan publik. Kedua, Polri segera memeriksa dan mengamankan UAS untuk menghindari persekusi massa. Ketiga, semua kelompok ormas berbasis agama agar berusaha menahan diri untuk tidak melakukan aksi demo yang mungkin saja bisa memperkeruh suasana sehingga mengakibatkan kondisi keamaman dan kenyamanan sosial semakin tidak terkendali.

Seperti diberitakan sejumlah media sosial dan media massa, ceramah UAS dalam video yang sudah viral di media sosial, dinilai telah menistakan agama. Namun UAS membantah, dia merasa tidak bersalah atas ceramahnya. Menurutnya, ceramah itu disampaikan untuk kepentingan menjawab pertanyaan jamaah yang hadir dalam forum pengajian tentang patung dan kedudukan Nabi Isa AS. UAS mengatakan bahwa pengajian itu dilakukan tahun 2016 lalu di Masjid An-Nur, Pekanbaru. Dia juga secara tegas menolak meminta maaf kepada publik.

Benar atau tidaknya dugaan UAS melakukan penistaan agama, semestinya Polri segera menindaklanjuti insiden polemik bernuansa agama ini, bila kasus ini tidak diselesaikan dengan cepat, maka benih-benih perpecahan antarumat beragama bisa mencapai klimaksnya .

Adanya sejumlah elemen sosial yang melaporkan UAS ke kepolisian menjadi diskresi bagi Polri, apakah akan meneruskan proses hukumnya atau tidak? Namun, Polri wajib untuk melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap UAS, terutama menyangkut motif ceramah UAS serta dampaknya terhadap kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Polisi harus berani menyelesaikan kasus ini secara terbuka dan profesional.

Citra Buruk

Sesungguhnya, ceramah UAS sudah masuk dalam kategori konsep pencitraan ilmu psikologi politik. UAS mencoba memasukan eleman agama dalam psikologi politik. Sebagai penceramah, UAS secara terbuka sudah mengarahkan ideologinya kepada publik agar massa tertarik untuk mengikuti cara berpikirnya. Dalam kasus ini, UAS sudah membangun citra buruk terhadap penganut agama non muslim. Di sisi lain, gambaran citra buruk terhadap penganut non muslim yang disampaikan UAS mungkin saja salah dan bertentangan dengan pemikiran penganut agama non muslim. Sudah dapat dipastikan bahwa ada perbedaan cara pandang antara UAS dengan penganut agama non muslim ketika melihat sebuah peristiwa, benda atau perilaku tertentu.

Manipulasi Ceramah

Selain memainkan perannya sebagai penceramah agama, UAS juga terkesan sedang melakukan propaganda agama dengan cara-cara sangat buruk yang bisa mengakibatkan perang antaragama. Meminjam pernyataan pakar komunikasi Harold Laswell, apa yang dilakukan UAS merupakan teknik untuk mempengaruhi cara berpikir manusia dengan memanipulasi representasinya. Dalam teori Laswell, propaganda agama yang dilakoni UAS bertujuan untuk mengontrol opini publik melalui simbol-simbol religius.

Bila ditinjau dari sudut pandang Jacques Ellul, seorang filsuf dan sosiolog asal negeri Perancis, UAS telah menciptakan partisipasi aktif maupun pasif kepada publik secara psikologis melalui ceramah yang telah dimanipulasi.

Name Calling merupakan teknik propaganda agama yang dilakukan UAS. UAS menjelek-jelekan simbol penganut agama non muslim dengan cara Name Calling. Padahal, kebenaran isi ceramah UAS masih wajib diuji lebih dalam. Pemberian label buruk terhadap simbol agama (salib) yang dilakukan UAS, kemungkinan besar ditujukan untuk menurunkan derajat penganut agama non muslim. Sebagai umat muslim saya kecewa dengan UAS. Sebagai muslim saya muak dengan UAS. Bagi saya, dia tak layak menjadi bahan referensi ilmu agama. Salam seruput kopi paitnya bro UAS….

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Foto: Ist