Monday, September 3, 2018

Perempuan Berjilbab Antara Agama & Fashion

Perempuan Berjilbab Antara Agama & Fashion
Kasus:

Ketika berjilbab menjadi suatu animo fashion dikalangan warga.

Analisis:

Islam kepada dasarnya menganjurkan umatnya buat menjaga, memelihara & menutup auratnya terutama bagi kaum perempuan. Biasanya, menutup aurat dilakukan memakai memakai sandang yang sopan & layak serta sanggup menutupi seluruh bagian anggota tubuh dari ujung koordinator hingga ujung kaki terkecuali muka & ke 2 telapak tangan, memakai jilbab hingga menutupi dada & memakai sandang yang sanggup menutupi bentuk atau lekuk tubuh. Berjilbab adalah keliru satu karakteristik khas dari ajaran agama Islam yang dipakai khusus bagi kaum muslimah. Cara berpakaian misalnya ini lah yang membangun paparan diri Islam dalam warga & menjadikannya suatu karakteristik-karakteristik diri akan eksistentsi agama Islam dalam warga luas. Hal ini dilakukan selain buat menutup aurat jua bertujuan buat membangun ahlak yang mulia sesuai memakai ajaran Islam yang syari.

Namun, seiring memakai perkembangan zaman yang semakin terkini telah terjadi pergeseran makna akan penggunaan jilbab bagi kaum muslimah dalam Islam. Hal ini dikarenakan masuknya pengaruh modernisasi dari negara luar khususnya dari negara bagian Timur yang rata-rata penduduk muslim wanitanya memakai jilbab & kini menjadi kiblat bagi kaum muslimah yang memakai jilbab. Dimana tujuan primer berjilbab bukan lagi buat menutupi aurat, akan tetapi dijadikan suatu animo fashion baru dikalangan warga. Fashion adalah sebuah gaya atau tren yang meliputi penampilan.

Hal tadi sanggup terlihat dari cara penggunaan jilbab yang banyak dilakukan kini ini, dimana mengenakan jilbab hanyalah sebatas menutupi koordinator saja memakai bentuk-bentuk balutan kerudung yang unik bahkan rumit. Fenomena fashion misalnya ini menjadi sangat populer dikalangan para pengguna jilbab yang kini diklaim memakai hijabers. Hijabers misalnya yang dijelaskan sebelumnya adalah sebuah animo fashion terbaru yang waktu ini sangat poluler diberbagai kalangan. Hijabers terkenal memakai gayanya yang unik, memakai jilbab memakai berbagai jenis contoh & memodifikasikannya memakai mengenakan sandang, sepatu & aksesoris yang membuatnya terlihat semakin fashionable.

Hijabers menjadi begitu sangat terkenal & telah membangun suatu komunitas baru dalam warga yang diklaim Komunitas Hijab khususnya kepada Indonesia. Komunitas adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan & kepentingan yang sama, atau pun hobi atau selera yang sama. Komunitas hijab ini adalah suatu komunitas yang dimana didalamnya terdapat sekumpulan muslimah yang mengaplikasikan cara memakai hijab atau kerudung memakai gaya yang unik & mengikuti animo, agar terlihat lebih modis. Faktanya hampir kepada setiap kota kepada Indonesia apalagi kepada kota-kota besar misalnya Jakarta, Bandung, Semarang & Surabaya terdapat ratusan Komunitas Hijab yang terkumpul dalam satu kota. Belum lagi kepada kota-kota mini misalnya Purwokerto pun Komunitas Hijab telah menjamur membangun komunitas-komunitas hijaber tersendiri.

Karena keunikannya itu lah, hijab fashion ini menjadi begitu pesat perkembangannya. Hal ini sanggup terlihat jelas memakai adanya pertumbuhan toko-toko baju baru yang menyediakan berbagai macam jenis sandang & kerudung memakai motif-motif yang majemuk. Belum lagi para hijabers yang berkeliaran kepada jalan. Sebagai contoh kepada kampus FISIP Unsoed sendiri banyak perempuan berjilbab yang mengaplikasikan fashion hijab ini memakai gaya yang unik & modis.

Namun, yang perlu dipertanyakan mengenai hijabers ini adalah sesuai atau tidaknya cara penggunaan kerudung yang mereka pakai memakai nilai-nilai yang muncul dalam ajaran agama Islam & apa yang menjadi tujuan primer dalam penggunaan jilbab tadi. Aika ditinjau dari sudut pandang agama, Islam memang menganjurkan umat perempuannya buat memakai jilbab, namun penggunaan jilbab yang diajarkan dalam Islam yakni memakai jilbab hingga menutupi dada & nir menyerupai bentuk tubuh. Sedangkan apabila ditinjau dari cara berpakaian hijabers, jilbab yang dikenakan hanya sebatas menutupi koordinator saja hingga kehadiran para hijabers menerima respon negatif dari warga luas. Namun, mereka menyangkalnya memakai meyakini diri mereka sendiri bahwa apa yang mereka kenakan tetap menutupi aurat memakai gaya yang fashionable & tetap  sesuai memakai syariat agama.

Kini, jilbab bukan lagi sesuatu yang sanggup dikatakan sulit buat menggunakkannya sebab makna esensi dari penggunaan jilbab itu telah tergeser yakni telah menjadi animo fashion. Esensi penggunaan jilbab waktu ini nir hanya dipandang dari sudut agama saja, namun ditinjau dari sisi fashion yang unik & modis. Selain terjadi pergeseran dalam bentuk penggunaan akan jilbab, dampak lain yang terjadi dalam warga adalah mulai tergesernya paparan diri perempuan berjilbab. Saat ini perempuan berjilbab memakai gaya yang modis (hijabers) secara perlahan telah mengganti konstruk warga mengenai sikap atau norma yang dilakukan perempuan berjilbab & membedakan antara penggunaan jilbab yang sewajarnya atau biasa saja memakai yang bergaya modis. Hal ini sanggup terlihat dari bagaimana para perempuan berjilbab atau para hijabers berperilaku dalam lingkungan warga, ditambah lagi memakai adanya komunitas-komunitas hijab yang menyampaikan wadah bagi mereka agar tetap eksis didalam warga.

Dahulu, perempuan berjilbab lebih dipandang warga menjadi sosok yang rajin beribadah, namun kini nir lagi demikian. Sebagian besar warga waktu ini beranggapan bahwa hijabers hanyalah dampak dari mode fashion, mengenakan jilbab hanya buat mengikuti animo saja bukan lagi sebab alasan yang sesuai agama. Hal lain yang mendukung konstruk warga menjadi misalnya itu adalah dari sikap hijabers yang waktu ini lebih sering terlihat kepada mall-mall atau kepada cafe-cafe bukan lagi ditempat ibadah. Selain itu, sikap konsumtif yang menempel kepada hijabers jua semakin mendukung pergeseran makna akan perempuan berjilbab. Menghilangkan paparan perempuan berjilbab yang sederhana & nir melebih-lebihkan sesuatu.

Dari pembahasan contoh kasus diatas sanggup ditarik konklusi bahwa kini agama tidaklah menjadi hal yang begitu sakral, dalam artian waktu fashion telah merogoh alih simbol-simbol dalam agama yang seharusnya menjadi karakteristik-karakteristik dari penerapan nilai & ajaran agama itu sendiri, hakekat ajaran agama menjadi lebih udik. Dalam hal ini, agama membawa suatu perubahan sosial dalam warga baik bersifat positif atau negatif sekalipun. Karena kepada dasarnya agama memiliki beberapa fungsi yang dijalankan dalam warga. Fenomena hijab fashion ini apabila ditinjau dari perspektif fungsional adalah keliru satu dampak keagamaan yang diberikan ke sistem sosial yang muncul. Dan seharusnya agama bisa mempertinggi kontrol terhadap sikap individunya apalagi kepada kaum Islam yang begitu menerangkan karakteristik-karakteristik ke Islamannya atau bahkan fanatik.

Daftar Pustaka:

Baker, Abu. 1996. Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama. Titian Ilahi Press.

Achmad Zainal. 2008. Agama dalam Perspektif Sosiologis.

Damar Iradat. 2012. Perempuan Berjilbab dalam Balutan Agama & Fashion.

No comments:

Post a Comment