Thursday, July 23, 2020

Sejuk Dalam Perbedaan

Usai menghadiri pesta perkawinan sahabat (pagi tadi), ada makna yang sungguh berkesan bagi saya. Dalam sebuah aula besar, ada tiga pasangan pengantin dengan corak ragam pakaian berbeda. Ada yang menonjolkan pakaian adat tradisional, ada yang bergaya fashion internasional, ada juga yang mengekspresikan simbol-simbol keagamaan. Semua pasangan pengantin tampak sumringah, berbahagia. Setiap pasangan pengantin tak henti-hentinya bersalaman sambil sebentar-sebentar berfoto bersama rombongan tamu undangannya.

Tamu yang datang jumlahnya cukup banyak. Penampilan para tamu juga aneka ragam. Saya lihat, dari setiap tamu yang datang dan berpapasan dengan tamu lainnya, mereka menebar senyum walaupun tidak saling kenal dan pengantin yang mereka kunjungi juga berbeda dengan pengantin yang saya sambangi. Semua tamu ikut larut berbahagia dan memberikan restu pada pasangan pengantinnya masing-masing.

Setelah berfoto dan bersalaman dengan pengantin, Saya bersama tamu-tamu lainnya, langsung ke meja prasmanan dan menikmati hidangan sambil ngobrol ngalor-ngidul dan bersejuk-sejuk ria merasakan dinginnya AC ruangan. Ohh…nikmatnya. Saya dengar hampir setiap tamu berseloroh dan berdecak kagum melihat kecantikan dan ketampanan setiap pasangan pengantin. Kalimat yang keluar dari mulut mereka begitu enak didengar dan friendly. Suasana kebersamaan dalam banyak perbedaan antar tamu mengkristal menjadi sebuah ikatan persaudaraan dan saling berbagi kebahagiaan.

Melihat kebahagiaan massal dalam pesta pernikahan itu, saya jadi ingat soal gemuruh pilkada dan Pilpres di Indonesia. Saya membayangkan, bila saja pilkada dan Pilpres itu sama dengan pesta perkawinan yang saya kunjungi pastilah sejuk dan damai. Cuma sayangnya, pilkada dan Pilpres ini malah kebalikkannya. Perbedaan yang ada justru malah menjadi ladang konflik. Semestinya, perbedaan apapun (SARA) hanya diberlakukan dalam ranah privasi bukan dalam ranah publik. Tak perlu ada paksaan apapun untuk menyamakan banyaknya perbedaan dalam memilih pemimpin. Justru perbedaan wajib dipelihara dengan baik oleh siapapun agar kedamaian tetap terjaga dan lestari hingga akhir zaman. Gimana menurut Anda?...Bersejuk-sejuklah dalam perbedaan. Ngerokok dulu ah... sebatang sebelum pulang....(Foto/Ilustrasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Urat Syahwat Sang Ustadz

EPISODE SATU : Ustadz Jimmi Abduloh yang beken dengan panggilan AA-Jim sangat popular di kalangan remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak [lebih banyak ibu-ibu sih penggemarnya]. AA-Jim kalo dakwah kalem, kata-katanya adem dan banyak lucunya. AA-Jim mubaligh idola kota Astina. Keterkenalan AA-Jim bermula dari pernikahannya dengan teh Nunung. Ayah teh Nunung, kyai Rozak sangat disegani di kota Astina karena kearifannya dalam berdakwah. Kyai Rozak berbaur dengan siapa saja, ngak pilih-pilih SARA. Kyai Rozak ngak pernah ikut campur urusan politik. Kerjanya cuma dakwah melulu dan selalu ngajak berbuat baik antar sesama umat beragama. Santri lulusan pesantren kyai Rozak bejibun dan banyak yang sudah ngetop.

Tadinya sih, AA-Jim cuma ustadz biasa-biasa aja, dakwahnya juga ngak ada yang istimewa. Kebesaran nama kyai Rozak mendongkrak AA-Jim menjadi pendakwah ngetop di negeri Astina. Sejak saat itulah, rezeki AA-Jim mengalir deras. AA-Jim punya pesantren dan muridnya ratusan, punya stasiun TV & radio, punya perusahaan travel umroh, punya perusahaan air minum mineral dan puluhan perusahaan lainnya yang tersebar di kota Astina. Para pedagang asongan, langsung berkerumun mengais rezeki, ketika AA-Jim berdakwah di mesjid-mesjid sekitaran kota Astina. Tarif dakwah AA-Jim melesat mahal. Dalam kurun waktu tidak lebih dari tiga tahun, AA-Jim menjadi salah satu mubaligh kaya raya. AA-Jim ngisi dakwah dimana-mana, di beberapa stasiun televisi dan radio serta menulis artikel kecil untuk rubrik siraman rohani di koran. Hebatnya lagi AA-Jim juga menciptakan lagu untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Saya masih inget betul lagunya yang berjudul ‘Pilihan Hati’ sangat hafal dinyanyikan ibu-ibu pengajian. Kini, AA-Jim sudah menggenggam status mubaligh kondang dan berharta melimpah. Sungguh sebuah nikmat Tuhan yang layak disyukuri.

EPISODE DUA : Pagi-pagi, sekelompok ibu-ibu muda yang sedang pilah-pilih sayur di gerobak sayur mang Engkos ngerumpiin AA-Jim. Rumorsnya, katanya AA-Jim naksir berat teh Lilis, janda muda cantik, berbodi bahenol yang tinggal di sekitar pesantren. Kabarnya, teh Lilis itu sepupu mantan orang penting di kota Giriloka. Rumpian ibu-ibu, ternyata bukan gosip murahan, tapi fakta nyata. Sebenarnya [telah jadi rahasia umum], antara AA-Jim dan teh Lilis sudah pacaran, tapi backstreet. Hubungan asmara terlarang itu, akhirnya tembus ke kuping teh Nunung. Teh Nunung marah besar, tapi ditahan karena menjaga nama baik ayahnya kyai Rozak. Hati teh Nunung hancur melihat kelakuan AA-Jim. Teh Nunung lebih memilih diam. AA-Jim yang sudah tidak mampu lagi mengendalikan urat syahwatnya ini, bukannya istighfar [meminta ampun pada Tuhan dan teh Nunung], malah semakin lupa diri dan getol ngapelin teh LIlis dengan alasan ngajarin teh Lilis ngaji. AA-Jim cuek-bebek dengan omongan negatif warga sekitar pesantren. AA-Jim ngak malu-malu lagi merangkul pinggul teh Lilis di depan umum. Bahkan, di depan para jamaah wanita saat dakwah, AA-Jim ngomong, “Poligami boleh, asal ada izin dan disetujui istri. Saya kalo mau poligami, pasti minta izin ke teh Nunung,” kata AA-Jim. Ternyata, AA-Jim bukan hanya sekadar ngomong soal poligami. Faktanya, AA-Jim sudah minta izin ke teh Nunung untuk menikahi teh Lilis alias poligami. Inilah yang membuat teh Nunung marah besar. Teh Nunung, tak rela dimadu. Belum lagi omongan tetangga yang mencap AA-Jim sebagai ‘Ustadz Syahwat’. AA-Jim semakin lupa diri. Dalam hatinya, AA-Jim berkata “Peduli setan dengan teh Nunung, Kyai Rozak dan luka hati para jamaah”. Akhirnya, teh Nunung dengan sangat terpaksa mengizinkan AA-Jim menikah untuk menghapus omongan kotor masyarakat dan menjaga nama baik ayahnya kyai Rozak. Satu minggu sebelum pernikahan, teh Nunung ngomong kepada AA-Jim, “AA…kalo memang ini kehendak Tuhan, biarlah ini menjadi rezeki bersama. Tapi,… kalau memang ini ujian, AA…jangan kaget kalau ada sesuatu dibalik pernikahan ini yang tidak kita ketahui,” kata teh Nunung dengan suara lirih. AA-Jim hanya tersenyum.

Blaaarrr….weeessss…., satu minggu setelah pernikahan, ibu-ibu pengajian langsung menghujat AA-Jim dan menyebut AA-Jim sebagai ‘Ustadz Birahi’. Jamaah AA-Jim menyusut drastis. Sebagian besar santrinya ‘bedol desa’ ke pesantren lain, semua partner usaha perusahaan AA-Jim memutus kontrak kerjasama, pedagang asongan ogah mendatangi dakwah AA-Jim. Hampir semua stasiun TV dan radio tidak lagi mengundang AA-Jim untuk berdakwah karena ratingnya merosot tajam. Kepopuleran AA-Jim mendadak sirna. Kekayaan AA-Jim ludes. Status AA-Jim sebagai mubaligh kondang tenggelam ke dasar laut yang paling dalam. Sungguh sebuah akibat tidak mensyukuri nikmat.

EPISODE TIGA : Di kota Giriloka lagi ramai-ramainya beberapa ormas dan sejumlah tokoh islam berdemo dengan mengatasnamakan bela islam. Mereka menuntut presiden Baidowi segera menangkap kho Aseng karena dinilai menistakan ayat kitab suci. Diantara kerumunan massa dan tokoh agama yang sedang aksi demo, ada AA-Jim dengan sorban putih sedang berteriak lantang memotivasi para pendemo agar terus menyuarakan ‘penjarakan kho Aseng!!!’. Kontan saja, dalam beberapa detik, media online langsung memberitakan comeback-nya AA-Jim. Tapi, bukan untuk berdakwah, melainkan menuntut agar Kho Aseng segera ditangkap dan dipenjara. AA-Jim ngak sadar, kalo Jamaah sudah tidak percaya lagi dengannya, terlebih lagi, AA-Jim ikut aksi demo yang dinilai meresahkan rakyat karena menabrak undang-undang dan melanggar aturan hukum yang berlaku. Sebagian masyarakat lainnya menilai AA-Jim berupaya memanfaatkan aksi demo untuk meraih kembali popularitasnya di zaman baheula. Tapi sayangnya, jamaah sudah semakin cerdas. Usaha AA-Jim mubazir. Dakwah AA-Jim tidak lagi ditunggu-tunggu umat. AA-Jim cuma ustadz biasa-biasa saja. Sungguh sebuah akibat melupakan nikmatNya.[TAMAT].

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Jakarta

Jakarta memiliki ratusan juta kisah unik dan nyentrik  dalam frame obrolan pengunjung warung kopi (warkop) dan Kafe. Siapa saja boleh ngomongin pahit getirnya hidup  di kota Betawi alias Jakarta tanpa batas. Suasana dan irama hidup di kota Jakarta, kalau mau diumpamakan seperti secangkir kopi pahit yang bila diminum secara perlahan akan terasa nikmatnya.

Memotret  perilaku  sehari-hari warga Jakarta tidaklah sulit. Kita tidak perlu melakukan research panjang yang bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Setiap hari,  kejujuran dan kebohongan warga Jakarta bisa kita dengar melalui kongkow rileks pengunjung  warkop yang banyak tersebar pinggir  jalan raya kota Jakarta. Jakarta dalam frame obrolan warkop adalah kota yang  ribet, panas, macet dan segudang masalah sosial lainnya, namun Jakarta tetap  mengasyikkan bagi siapa saja.

Warkop menjadi zona ngobrol  bebas dan santai.  Di warkop, kita  bisa ngomong  seenaknya tanpa perlu disensor.  Bahan obrolan juga bisa beraneka ragam mulai dari tunggakan kreditan motor,  biaya sekolah anak yang semakin mahal, istri yang cerewet  dan mata duitan, update model HP terbaru, pembongkaran lokasi prostitusi,  berita pembunuhan dan kasus korupsi anggota DPR yang ditayangkan  TV,  pasar malam yang murah meriah,  pelecahan seks di angkutan umum, judi bola kecil-kecilan, dikecewain cewek selingkuhan, istri muda yang hobi belanja  dan masih banyak lagi cerita-cerita nyentrik lainnya  yang ada di Jakarta  (kalau diurai satu persatu,  artikel ini tidak  kelar-kelar).

Pengunjung warkop bukan hanya  bebas ngomong, tetapi juga bebas  berpakaian dan bebas  duduk dengan cara semaunya. Pokoknya semuanya serba bebas.   Obrolan  di warkop  semakin seru dan  nikmat karena ditemani secangkir kopi panas, singkong rebus dan sebatang rokok kretek. Sayangnya, ngopi di warkop harus bayar cash alias tunai. Kartu kredit bank apapun,  tidak berlaku. Jakarta dalam frame obrolan warkop  adalah  kota multiproblem yang tidak pernah sepi 1X24 jam.

Semua kebebasan yang ada di warkop, tidak akan pernah bisa dinikmati, kalau kita ngopi di kafe dalam kawasan pusat perbelanjaan mewah dan  elit di   Jakarta.  Pengunjung setia kafe,  mau tak mau,  harus menjaga imagenya,  baik dalam gaya bicara, gaya berpakaian, gaya duduk dan  gaya bayar dengan berbagai pilihan kartu kredit.

Topik  obrolan di kafe tidak seperti di warkop. Obrolan di kafe lebih banyak didominasi tentang soal harga saham, beli mobil baru, nonton konser musik,  jalan-jalan ke Eropa, beli HP baru dan semua barang-barang branded.  Jakarta dalam frame  obrolan kafe adalah kota tempat pesta. Siapa saja bisa merasakan kemewahan Jakarta selama 1x24 jam.

Dari kaca mata pengunjung warkop dan kafe,  kita sudah bisa membedakan fakta kehidupan orang Jakarta.  Jakarta terbuka & netral bagi siapa saja. Jakarta tidak pilih kasih soal  suku, agama, golongan, status sosial ekonomi dan semacamnya.  Siapa saja bisa menikmati Jakarta dari pagi hingga dini hari dengan gayanya sendiri-sendiri. Salut  Jakarta! [Wawan Kuswandi]

(Foto/Ilustasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Wednesday, July 22, 2020

Sebuah Kesempatan

Kesempatan dalam hidup manusia tak akan pernah habis. Kesempatan bisa saja membuat hidup Anda  lebih berarti. Satu lagi,  umumnya, kesempatan bisa membawa Anda  memahami tafsir kehidupan dengan lebih baik dan jernih.

Terlalu  banyak hal-hal baru yang terjadi dalam kehidupan saya dan Anda dalam keseharian. Peristiwa unik, menarik,  menyedihkan dan menyenangkan  silih berganti mengisi ruang  pergaulan sosial. Terkadang ada kejadian dramatis yang menyentuh hati.  Kita pun menyadari  bahwa kehidupan  memang penuh  dinamika. Interaksi sosial antar sesama makhluk ciptaanNya  tak akan pernah  berhenti selama dunia masih berputar.

Dalam proses rutinitas kehidupan,  saya dan Anda  terus mendapat kesempatan dan  peluang yang diberikanNya.  Tidaklah benar,  bila ada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa kesempatan kedua tidak  pernah ada dalam kehidupan seseorang. Justru, kesempatan itu selalu ada dan  tidak terbatas. Kesempatan adalah milikNya.

Dibalik sebuah kesempatan bukan hanya ada peluang,  tetapi juga  terdapat pilihan hidup  yang di dalamnya mengandung risiko. Apakah Anda mau mengambil kesempatan sebagai  pilihan hidup dengan semua risikonya?  Semua itu hanya Anda yang bisa menjawabnya.  Kesempatan yang hadir dalam hidup Anda dan saya pun bermacam-macam. Misalnya soal pekerjaan, profesi, cinta, beribadah atau berbuat baik untuk lingkungan sosial. Kesempatan tidak pernah berhenti dan terus hadir dalam kehidupan. Dibalik sebuah kesempatan terselip sebuah makna.

Mungkin saja di antara Anda pernah mendapat  kesempatan untuk mengambil keputusan sulit dalam hidup sehingga Anda tidak bisa melupakan kesempatan itu. Kesempatan  terkadang memaksa seseorang untuk bertindak cepat.  Contohnya ialah soal pekerjaan atau  profesi. Ketika Anda sudah bekerja dalam zona aman di sebuah perusahaan,  Anda pasti  enggan untuk pindah kerja ke perusahaan lain. Namun,  pada suatu saat ada sebuah pekerjaan atau profesi baru yang secara finansial lebih besar dari kantor lama tempat Anda bekerja,  apakah Anda akan mengambil kesempatan itu walaupun penuh risiko? Bila Anda mengambil kesempatan itu, maka Anda siap meninggalkan  zona aman yang telah Anda nikmati selama ini. Beranikah Anda? Jawabannya hanya Anda yang tahu.

Contoh lain yang tidak kalah menariknya ialah ketika Anda jatuh cinta untuk kali kedua kepada seseorang yang pernah menjadi cinta pertama (first love) Anda, namun dia telah menghilang puluhan tahun lalu.  Beranikah Anda mengambil kesempatan cinta pertama Anda di masa lalu yang terlewatkan? Lagi-lagi hanya Anda yang bisa menjawab.

Kesempatan hanya sebuah kata sederhana, tapi mengandung  makna  sangat dalam. Mungkin saja Anda termasuk orang yang siap menghadapi  risiko, ketika memutuskan untuk mengambil  sebuah kesempatan. Sesungguhnya,  kesempatan yang ada dalam kehidupan manusia  sudah menjadi takdirNya.  Itu artinya,  Dia telah menentukan secara mutlak siapa-siapa saja yang dipilih untuk menerima kesempatan yang tak berbatas. [Wawan Kuswandi]

(Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Mudik, Perjalanan Spiritual di Akhir Ramadhan (puasa hari ke-20)

Mudik alias pulang kampung menjelang hari raya Idul Fitri, Natal dan Imlek sudah menjadi pemandangan biasa di Indonesia. Bejibunnya warga pendatang di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, menjadikan mudik sebagai tradisi massif yang hampir menjadi sebuah kewajiban.

Tradisi mudik juga terjadi di negara-negara lain di dunia. Momen mudik di Indonesia identik dengan perjalanan fisik seseorang menuju daerah tujuan tertentu, baik yang berjarak jauh maupun dekat. Pertanyaannya ialah pentingkah mudik bagi kita?

Penting atau tidaknya mudik tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Mudik menjadi sangat tidak penting ketika mudik dimaknai sebagai bentuk menyombongkan diri saat bertemu keluarga dan para tetangga di kampung. Mudik menjadi tidak penting ketika kita melalaikan kewajiban ibadah dalam perjalanan. Mudik menjadi tidak penting ketika kita melalaikan keselamatan dalam perjalanan pulang kampung. Mudik menjadi tidak penting ketika kita berfoya-foya dengan berbagai kemewahan di kampung. Mudik menjadi tidak penting ketika kita tidak saling berbagi rezeki kepada keluarga dan sanak saudara yang ada di kampung. Mudik menjadi tidak penting lagi, ketika kita menjadikan mudik hanya sebagai simbol status sebagai seorang perantau sukses dan masih banyak lagi cerita-cerita mudik yang tidak penting. Ujung-ujungnya, mudik alias pulang kampung tidak lebih hanya sekadar euphoria fisik secara massal.

Namun, mudik akan menjadi sangat penting ketika kita memaknai pulang kampung sebagai perjalanan spiritual dalam menjalankan ibadah puasa sebelum merayakan hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Mudik menjadi sangat penting bila didasari oleh niat tulus kita untuk bertemu dengan keluarga, orang tua dan sanak saudara. Mudik menjadi sangat penting ketika bathin kita mengucap rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat perjalanan rohani dan jasmani selama menjalankan ibadah.

Mudik menjadi sangat penting ketika kita berniat mempererat dan menyambung tali silaturahim yang pernah terputus dengan keluarga. Mudik bukan hanya sebatas perjalanan fisik semata, tetapi merupakan wujud hijrah bathin seseorang.

Mudik, menurut sosiolog Emile Durkheim (1859-1917) disebut dengan solidaritas organik. Mudik bisa menjadi salah satu jalan melanggengkan solidaritas organik, ketika masyarakat sebelum dan sesudah hari raya kadang sibuk dengan urusan masing-masing yang bisa saling melupakan silaturahim antarsesama.

Dengan mudik akan terjalin proses interaksi sosial (social contact), dengan itu kita bisa meluangkan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Mudik merupakan sebuah nilai sosial yang kemudian kembali terjalin terhadap sesama keluarga, tetangga, maupun sahabat. Sudahkah Anda menjadikan mudik sebagai perjalanan religious pribadi secara lahir dan bathin? Jawabannya hanya Anda yang tahu.

Selamat berbuka puasa bro...[Wawan kuswandi]

LIHAT JUGA:

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

@indonesiacommentofficial

@INDONESIAComment

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWANAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: ist

Gerindra

Kancah politik nasional jelang pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019, tak pernah sepi dari polemik. Setiap hari ada saja pro dan kontra antar tokoh politik nasional. Diantara banyaknya polemik  politik itu,  terkadang rakyat hanyut terbawa arus ‘debat kusir’ para politisi. Salah satu parpol yang jelas-jelas diduga kuat penuh dengan intrik dan siasat  adalah  Gerindra.  Faktanya, manuver politik Gerindra tak mampu mempengaruhi sikap politik rakyat karena rakyat sudah semakin cerdas. Rakyat memiliki empat alasan kuat untuk tidak mendukung aktivitas politik Gerindra. Adapun empat alasan itu ialah :

1.     Wakil Ketua DPR Fadli Zon membela ‘mati-matian’ ketua DPR RI Setya Novanto yang disebut Menteri ESDM Sudirman Said mencatut nama presiden Jokowi dan wapres Jusuf Kalla terkait perpanjangan kontrak PT Freeport (Jakarta, Kompas.com Senin, 16 Nopember 2015).

2.  Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto mendukung Sandiaga Uno melaju di Pilgub DKI 2017. Itu disampaikan Prabowo dalam video yang diunggah di akun Instagram terverifikasi milik Sandiaga Uno, @sandiuno (16/08/2016). Dalam video selama 45 detik itu, Prabowo menyebut para kadernya antek asing bila tidak mendukung Sandiaga. "Yang tidak dukung Sandiaga Uno, antek asing," tegas Prabowo (Merdeka.com, Selasa 16 Agustus 2016.

3.   Mendagri Cahyo Kumolo  menyayangkan doa kader  parpol Gerindra, DPR RI,  Muhammad Syafi’i  saat sidang Paripurna tahunan & RUU RAPBN Tahun Anggaran 2017, Selasa (16/8/2016). Kumolo mengatakan, sangat disayangkan kalau doa kepada Tuhan diputarbalikan. Adapun bunyi doa itu diantaranya ialah  “Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat,” (Editorindonesia. com,  19 Agustus 2016).

4.   Mendikbud kabinet kerja I Jokowi-JK, yang sekarang menjadi calon gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Anies Baswedan meminta maaf kepada Prabowo Subianto. Permohonan maaf itu berkaitan dengan ketika Anies menyebutkan, pasangan calon presiden dan wakil presiden 2014 yaitu Prabowo-Hatta didukung mafia. Pernyataan itu dilontarkan Anies pada masa kampanye pemilihan umum tahun 2014 yang ketika itu Anies menjadi juru bicara Jokowi-Jk di Pilpres 2014. (Suratkabar.id, 02 Oktober 2016).

5.   Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-72, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak ikut upacara di Istana Negara dan memilih untuk merayakannya di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta Pusat. "Benar pak Prabowo hadir disini memenuhi undangan dari Universitas Bung Karno dalam rangka memperingati detik-detik proklamasi," kata Ferry Juliantono Wakil Ketua Umum DPP Gerinda saat ditemui Okezonedi UBK. (Okezon.com 17 agustus 2017)

Nah sekarang Anda sudah tahu khan, tentang sikap politik rakyat terhadap parpol Gerindra. Namun, biar bagaimanapun faktanya, saya mencoba untuk tetap berpikir positif terhadap parpol Gerindra. Kalau Anda bagaimana?... Ngemil gorengan sambil menikmati angetnya teh tubruk, kayaknya enak nih brooo.. [ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Tuesday, July 21, 2020

Transgender

Saat ini LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) sedang heboh di dunia. Salah satunya negara Australia yang sudah melegalkan perkawinan antarsesama jenis dan sejumlah negara lainnya akan ikut menyusul.

LGBT juga  pernah membuat Indonesia kalang kabut. Sebenarnya, ada Apa dengan LGBT? Yang pasti, kita tak perlu panik melihat eksistensi komunitas LGBT.  Istilah LGBT sudah digunakan sejak tahun 1990-an untuk menggantikan frasa komunitas gay.

Sebenarnya, saya  tidak tertarik  untuk menulis tentang hebohnya LGBT di kalangan masyarakat. Bagi saya, LGBT tidak memiliki makna apapun. Justru,  gaung LGBT semakin nyaring karena banyaknya polemik dan pendapat tentang seluk-beluk LGBT yang diliput  media massa. LGBT  sangat tidak signifikan untuk merusak  bangsa ini. Bangsa Indonesia sudah semakin cerdas dalam melihat isu-isu marginal yang terjadi di lingkungan sosial.

Beberapa hari lalu, sekumpulan kolega  saya menginginkan  agar saya menulis tentang LGBT. Mereka ingin tahu apa pendapat saya tentang isu transgender yang lagi hangat dibicarakan. Akhirnya saya bersedia menulisnya. Namun, saya mengingatkan kepada kolega saya bahwa tulisan ini bukan bermaksud memprovokasi, mempropaganda, mempromosikan atau mengintimidasi LGBT,  tulisan ini murni hanya sebagai opini pribadi.

Dalam tataran hak azasi manusia, para penganut LGBT tentu saja  mempunyai hak yang sama dengan masyarakat lainnya sebagai warga negara di republik ini yang dijamin UU.

Dalam konteks agama, para tokoh agama bertanggung jawab untuk menjelaskan secara tepat dan benar tentang LGBT, bila  dikaitkan dengan hukum-hukum agama yang termaktub dalam kitab suci.  Hal ini  penting agar umat beragama tidak salah tafsir terhadap   LGBT,  sehingga komunitas LGBT tidak terjerumus dalam isu ‘sentimenisme’ agama (para penganut LGBT juga memiliki agama).

Dari segi hukum, aparat hukum berwenang untuk memonitor apakah LGBT sudah melakukan penyimpangan sosial yang bisa mengganggu kenyamanan dan keamanan sosial?

LGBT bukanlah sebuah ideologi atau kebudayaan massal. LGBT hanyalah komunitas kecil orang-orang yang 'dituding' melakukan ?Penyimpangan? Orientasi seks.

Di Indonesia, berbagai persoalan yang menyangkut urusan seks memang sangat sensitif. Namun, saya tidak mau gegabah dengan mengatakan bahwa  penyimpangan seks yang dilakukan para aktivis  LGBT di tengah-tengah masyarakat sudah merusak moral bangsa.

Selama penganut LGBT tidak melakukan propaganda yang bersifat agitatif, provokatif dan konfrontatif, maka  kita cukup mengantisipasinya dengan cara menjaga jarak dengan LGBT dan tidak memutus hubungan silaturrahim dengan para penganutnya.

Terus terang, LGBT bukan apa-apa buat saya. Namun, dengan kencangnya berita-berita seputar LGBT di media massa dan sosial media, tentu saja kita perlu mengantisipasinya dengan cara-cara yang tepat dan benar. [ Wawan Kuswandi ]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com