Tuesday, June 9, 2020

Demi Waktu dan Bulan Ramadhan (puasa hari ke-23)

Waktu adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia, terlebih lagi saat bulan ramadhan.

TakdirNnya sudah menunjuk waktu sebagai penentu atas apa-apa yang terjadi di jagat raya. Disadari atau tidak semua makhluk hidup berada dalam genggaman waktu. Waktulah yang menentukan jalan hidup manusia sampai akhir zaman. Waktu dalam pandangan Imam Ali bin Abi Thalib AS yang tertuang dalam kata mutiara ke 21 Nahjul Balaghah menyebutkan, ‘Kesempatan berlalu laksana awan, oleh karena itu kejarlah kesempatan-kesempatan baik.’

Waktu dalam tafsir Imam Ali AS adalah nikmat zatNya yang sangat mulia untuk manusia, tetapi sangat singkat kehadirannya. Saking cepatnya proses perjalanan waktu, Imam Ali menganalogikan waktu seperti awan-awan di langit yang cepat berlalu. Waktu hanya mampir sebentar dalam kehidupan. Tingginya derajat waktu wajib diapresiasi manusia dalam bentuk bersikap dan berperilaku baik terhadap seluruh CiptaanNya di jagat raya. Waktu atau masa sungguh sangat bernilai dibandingkan dengan apapun yang ada di muka bumi.

Waktu adalah mukjizatNya untuk manusia. Begitu pentingnya waktu, Allah SWT sampai bersumpah “Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan kesabaran"(Surah Al-Asr Ayat 1-3).

Filsuf Jerman Immanuel Kant menandaskan, waktu adalah bagian dari akal budi manusia. Ia tidak berada di alam melainkan di dalam pikiran manusia. Pada awal abad 20, ahli filsafat barat banyak menggali tentang waktu dari para filsuf timur, terutama dalam tradisi taoisme dan buddhisme yang berkembang di Cina dan India. Dalam filsafat timur, waktu dilihat sebagai persepsi manusia. Pandangan ini sudah lama mengakar dalam tradisi Cina dan India. Waktu tak bisa dilepaskan dari pikiran manusia. Jadi, waktulah penentu jalan hidup manusia.

Saat ini, mungkin sebagian besar dari kita telah menyia-nyiakan waktu. Manusia mengendalikan waktu dengan seenaknya. Sifat-sifat individualistik manusia dalam merekayasa waktu tercermin dari pernyataannya yang menyepelekan waktu seperti buang waktu, mengulur waktu, mengatur waktu, manajemen waktu, belum waktunya, sudah waktunya, tawar-menawar waktu, bermain waktu, dan semua kalimat dan kata yang merendahkan ekistensi waktu.

Di sisi lain, waktu sudah mendapat mandat kuasa dari Allah SWT untuk menurunkan takdirNya tentang apa yang akan terjadi di jagat raya. Ketika waktu sudah memutuskan, maka manusia dan makhluk apapun yang ada di alam semesta tak bisa lagi melawan waktu. Waktu punya hak penuh untuk bertindak seketika. Kalau waktu sudah jatuh tempo, maka sujud manusia sudah tak berarti lagi. Yuk kita isi bulan ramadhan ini dengan kegiatan yang mengandung nilai ibadah. Wassalam?

Selamat berbuka puasa bro... [ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Monday, June 8, 2020

Mukjizat Mulia Ramadhan (puasa hari ke-24)

Sesungguhnya hanya orang-orang beriman yang menunaikan puasa Ramadhan dengan ikhlas. Allah SWT berfirman, “Wahai orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(QS Al Baqarah 2:183).

Puasa Ramadhan bukan hanya menyucikan diri manusia secara lahir dan bathin, tetapi juga menjadi serum paling ampuh untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit. Kalangan nonmuslim yang mengakui mukjizat puasa, diantaranya ialah Napoleon Bonaparte yang mengatakan, “terapiku adalah puasa”. Prof. Nicholev Wanzlop, ilmuwan Rusia mengungkapkan, “lapar dapat berguna sebagai terapi kesehatan”. Tahun 1975, Allan Cott dalam artikelnya berjudul Fasting as A Way of Life menyebutkan, “Puasa memberikan istirahat fisiologis menyeluruh bagi sistem pencernaan, sistem saraf pusat dan menormalisasi metabolisme”.

Mukjizat sosiologis dari puasa ialah meningkatkan toleransi sosial antarsesama makhluk hidup, memotivasi manusia untuk mempelajari, memahami dan mendalami ayat-ayat Al Quran, memperkokoh iman dan taqwa serta rasa syukur manusia kepada Allah SWT. Diantara banyaknya mukjizat ibadah puasa, Allah Ta’ ala memberikan predikat ‘mukjizat termulia’ untuk puasa Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah engkau melaksanakan puasa karena tidak ada yang semisal dengannya” (HR Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim).

Pahala orang yang berpuasa Ramadhan tidak terbatas dan mereka memiliki dua kebahagiaan. Rasulullah SAW bersabda, “Semua amalan bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk. Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, ia bergembira ketika berbuka, dan ia bergembira ketika bertemu dengan rabbnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Puasa dan Al Quran akan memberi syafaat kepada orang-orang beriman yang ikhlas menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat pada hari kiamat. Puasa mengatakan ‘Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari maka berilah ia syafaat karenaku.’ Al-Qur’an berkata, ‘Aku menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah ia syafaat karenanya.” Rasulullah mengatakan, “Maka keduanya akan memberikan syafaat” (HR Ahmad dan Hakim).

Tak ada satu pun makhluk di alam raya ini yang mengetahui mukzijat termulia yang akan diterima orang-orang beriman saat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, kecuali Allah Ta?Ala. Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro... [ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Islam ‘Rahmatan Lil Alamin’ [ Merespon Pernyataan Gus Nadir Tentang ‘Islam Wasathiyah itu Moderat’ ]

Pernyataan Nadirsyah Hosen atau biasa disapa Gus Nadir tentang ‘ Islam Wasathiyah itu Modera t’ yang dimuat media online Gatra.com (27 Mei 2019 - Baca: https://www.gatra.com/detail/news/418616/lifestyle/nadirsyah-hosen-islam-wasathiyah-itu-moderat-tanpa-kehilangan-prinsip) sangat menarik sekaligus menohok kelompok Islam radikal yang saat ini sedang bertebaran di sejumlah negara di Timur Tengah dan juga sedang terjadi di Indonesia.

Dalam pandangan saya, pernyataan itu merupakan respon Gus Nadir terhadap terjadinya kekisruhan politik di Indonesia yang mengatasnamakan Islam. Dosen di fakultas hukum Monash University Australia ini menegaskan, Islam Wasathiyah sebagai Islam moderat bisa menjadi pedoman bagi muslim Indonesia dan dunia agar terhindar dari kekisruhan politik yang selalu membawa-bawa Islam.

Menurut Gus Nadir yang juga Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Australia dan Selandia baru ini, Islam Wasathiyah menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Rahmat Islam itu berlaku bagi seluruh umat manusia sekaligus binatang.

Saya sependapat dengan Gus Nadir. Saya meyakini bahwa semua agama, termasuk Islam pasti mengajarkan kebaikan kepada penganutnya. Sejak puluhan tahun lalu, agama sudah menjadi panduan hidup bagi rakyat Indonesia yang tertuang dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Terjadinya kekisruhan politik yang menyeret Islam di negeri Garuda ini, semakin mencerminkan bahwa sebagian umat muslim Indonesia tidak mampu memahami Islam sebagai ‘Rahmatan Lil Alamin’, khususnya dalam konteks sosial atau kemanusiaan. Akibatnya, umat muslim gampang dibodohi oleh siapa saja, termasuk oleh para tokoh agamanya sendiri.

Dalam pandangan saya, Islam adalah ajaran cara berkehidupan yang menyejukan bagi umat muslim dan seluruh makhluk hidup di jagat raya. Jadi, ketika umat muslim melebur dalam kehidupan sosial, maka ajaran Islam otomatis akan mengalir mengikuti pergaulan sosial yang tentunya disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran agama secara umum yang bersifat universal.

Namun faktanya, akhir-akhir ini sebagian umat muslim di Indonesia merasa bahwa merekalah pemegang peran utama dalam kehidupan sosial, termasuk dalam ranah politik. Islam dinilai oleh mereka sebagai agama mayoritas sehingga muncul tindakan anarkisme melalui aksi massa dengan mengatasnamakan Islam.

Setahu saya (maaf kalau salah), tidak ada satu ayatpun dalam Al Qur’an yang menyebutkan bahwa Islam sebagai agama mayoritas dibandingkan dengan agama lain. Dari sini saja terlihat bahwa sebagian umat muslim di Indonesia sudah ‘mengkhianati’ ajaran Islam. Islam oleh sebagian umat muslim dipaksa untuk merusak ranah kemanusiaan dan politik dalam tatanan kehidupan sosial.

Nilai-nilai suci ajaran Islam dicemarkan secara transparan oleh sebagian umat muslim. Kalau semua masalah tata kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia terus-menerus dipaksa untuk ‘berislam ria’, maka lambat laun Pancasila akan musnah.

Saya menduga, sebagian umat muslim Indonesia memang benar-benar tidak memahami Islam dalam konteks sosial. Hampir semua problem sosial terus disudutkan kepada persoalan aqidah Islam. Padahal sesungguhnya, persoalan aqidah merupakan proses komunikasi spiritual antara manusia dengan Tuhan. Aqidah bukanlah ranah publik yang harus digembar-gemborkan oleh sebagian umat muslim yang berpikir kerdil terhadap ajaran Islam. Akibatnya, wajah sebagian kaum muslim Indonesia begitu mengerikan bagi kalangan nonmuslim yang pada akhirnya berujung dengan munculnya sebutan kafir, haram, anti Islam dan komunis.

Perspektif keislaman sebagian umat muslim Indonesia dalam pergaulan sosial sangat rendah dan sungguh tidak cerdas. Sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa sebagian umat muslim Indonesia benar-benar tidak mampu menerjemahkan Islam sebagai agama ‘Rahmatan Lil’ Alamin’.

Akhirnya, saya sangat setuju dengan Gus Nadir bahwa sudah saatnya bangsa ini menjadikan Islam Wasathiyah sebagai pedoman bagi kehidupan umat muslim di Indonesia yang tujuannya untuk menjaga kedamaian antarsesama penganut agama, sekaligus sebagai sarana penyejuk bagi seluruh makhluk hidup di alam semesta tanpa kecuali. Wassalam…

Salam seruput kopi angetnya bro... [ Wawan Kuswandi ]

Keterangan Foto:Foto (kiri-kanan) Nadirsyah Hosen, dosen di fakultas hukum Monash University Australia dan Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Australia dan Selandia. Wawan Kuswandi, pemerhati komunikasi massa dan mantan editor Newsnet Asia (NNA) Jepang.(foto:ist)

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV YouTube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.photogallery.com

Lima Hakekat Ibadah Ramadhan (puasa hari ke-28)

Tapi, percayalah kepadaNya, ibadah di hari-hari terakhir Ramadhan bisa membawa kita untuk mendapatkan hakekat mukjizat Ramadhan dariNya. Sesungguhnya ada lima hakekat ibadah Ramadhan bagi orang-orang beriman.

Pertama , kesabaran dalam menghadapi cobaanNya. Sang Maha Pencipta akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik dari amalnya & melipat gandakannya tanpa terhitung. “Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan” [QS An-Nahl:96]. Allah Ta‘ala dalam firmanNya menegaskan, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” [QS Az-Zumar:10].

Kedua , keikhlasan dalam menjalankan perintahNya. Dalam surat Al Bayyinah, Allah Ta’ala berfirman, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS Al-Bayyinah:5).

Menyangkut keikhlasan, Allah SWT mengingatkan tentang kebenaran Al Qur’an, “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)” (QS Az-Zumar:2-3).

Ketiga , bersyukur atas takdir baik & buruk yang diberikanNya. Salah satu tanda-tanda orang beriman adalah selalu bersyukur kepadaNya. Rasa syukur dapat dilakukan dengan mengucap Tahmid (Alhamdulillah). “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah” (QS Al-Baqarah:172).

Keempat , istiqomah terhadap perintah & laranganNya. Abu Bakar Ash-Shiddiq, orang yang paling lurus dan jujur pernah ditanya tentang makna istiqamah. Dia menjawab, “janganlah engkau menyekutukan sesuatu pun dengan Allah”.  Makna istiqamah adalah hidup kita harus selalu berada dalam tauhid murni.

Kelima , berbuat baik kepada sesama manusia dan seluruh makhluk hidup ciptaanNya. Hendaknya kita berbagi kebaikan dan rezeki kepada semua makhluk hidup ciptaanNya. “Dan Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya” (QS Al-Isra:26-27).

Allah SWT juga berfirman, “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan” (QS An-An’am:6-38).

Semoga lima hakekat Ramadhan diatas menjadi pembimbing hidup saya dan Anda di dunia dan akherat. Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro... [ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.photogallery.com

Foto: Ist

Sunday, June 7, 2020

Berkah dan Derajat Puasa Ramadhan (puasa hari ke-25)

Yusuf Qardhawi menegaskan, puasa mempersiapkan manusia untuk naik tingkat ke derajat taqwa yang paling tinggi. Bulan ramadhan menjadi madrasah mutamayizah untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama yang tinggi. Barangsiapa menjalin hubungan baik dengan tuhan, menunaikan puasa, mengerjakan qiyaamul lail, maka manusia akan mendapatkan berkahNya.

Pernyataan Qardhawi di atas mengandung makna bahwa puasa adalah urusan orang beriman dengan Allah SWT. Inti kemuliaan puasa ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadist disebutkan, “Setiap amal manusia itu untuk dirinya, kecuali puasa, maka sesungguhnya itu untuk-Ku…” (HR Bukhari & Muslim).

Dalam Hadist lain dikatakan, “Meninggalkan makannya karenaKu, meninggalkan minumnya karenaKu, meninggalkan hawa nafsunya karenaKu dan meninggalkan hubungan suami istri karenaKu” (HR Ibn Khuzaimah).

Berkaca dari pernyataan Qardhawi dan dua hadist di atas, sesungguhnya sangatlah tidak pantas ketika segelintir umat muslim minta dihormati saat sedang berpuasa ramadhan. Bila itu terjadi, maka kaum muslim benar-benar sedang mengalami krisis iman.

Ada sebuah kisah menarik, ketika kaum muslim beriman yang sedang berpuasa mendapat undangan makan dari seorang temannya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk berkata “inni shaim”. Dalam sebuah hadist disebutkan, Apabila salah seorang dari kalian diundang makan, padahal sedang berpuasa, maka hendaklah mengatakan, “Sesungguhnya saya sedang berpuasa” (HS Muslim 1940). Wassalam…

Selamat berbuka puasa bro... [ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV YouTube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.photogallery.com

Foto: Ist

ICTV: Air Sungai Cisadane Desa Tamansari Bogor Bikin Wajah Bercahaya

https://www.youtube.com/watch?v=y_Fxr20p6qM

Liputan on the spot ICTV bersama Wawan Kuswandi

Selamat menyaksikan …

Air sungai Cisadane di Kampung Sanapati, Desa Tamansari, Rumpin, Bogor, Jawa Barat, konon katanya bila digunakan untuk cuci muka berkhasiat menyegarkan seluruh tubuh, membersihkan wajah dari berbagai kotoran dan penyakit di wajah serta membuat wajah bercahaya. Anda boleh percaya, boleh juga tidak. Saksikan liputannya dalam video di atas. Terima kasih.

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

Kontak ICTV: 081289349614

Wabah Jamaah Sampah [Fenomena Doktrin Agama]

“Wabah jamaah sampah sedang terjadi di Indonesia,” kata temanku membuka kongkow santai di warkop tenda tempat saya dan teman-teman biasa ngobrol ngalor-ngidul. Pagi ini hujan turun sangat deras, kopi pait plus uli bakar sesi pertama habis. Cuaca yang sejuk dan dingin, membuat obrolan terus memanjang tanpa batas. Sesi kedua berlanjut, dua gelas wedang jahe panas dan sepiring pisang rebus merapat di meja triplek kumel.

Menurut temanku, jamaah sampah itu lahir dari tokoh agama sampah. Umumnya, para jamaah sampah kalau dengar ceramah tokoh agama sampah ditelan bulat-bulat dan tidak mau dikritisi atau sangat malas membaca referensi lain. Jamaah sampah sangat yakin bahwa dirinyalah yang paling suci, benar, taat serta merasa paling beriman kepada Tuhan. Jamaah sampah acapkali menganggap tokoh agama sampah seperti Tuhan yang tidak boleh dibantah. Tokoh agama sampah dinilai oleh mereka selalu benar dan tidak pernah salah. Jamaah sampah mudah sekali mengatasnamakan agama dalam mengatasi segala persoalan sosial yang sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Bagi Jamaah sampah, agama adalah doktrin hidup sesuai penafsiran mereka.

Lebih jauh teman saya menuturkan, kewajiban seorang jamaah bukan hanya sekadar sholat wajib 5 waktu dan sholat sunnah, bukan hanya khatam Al Qur’an, bukan hanya menunaikan ibadah haji serta berqurban, bukan hanya berzakat dan bersedekah, bukan hanya puasa Ramadhan dan puasa sunnah, bukan hanya ngedengerin ceramah ustadz di televisi, radio, majelis ta’lim serta membaca artikel rohani di koran, bukan hanya bersimpati kepada sesama umat beragama yang tertindas di negara lain, bukan hanya sekadar berdo’a siang dan malam, bukan hanya sekadar menafsirkan ayat-ayat kitab suci menurut versinya sendiri, bukan hanya bersorban dan bercelana cingkrang serta berjenggot, bukan hanya berjilbab dan bersorban, bukan hanya memutar-mutar butir-butir tasbih dijari-jari tangan, bukan hanya memakai wewangian minyak misik, bukan hanya memberi makan anak yatim piatu, bukan hanya berdzikir menyebut nama Tuhan ratusan kali, bukan hanya memasrahkan nasib kepada Tuhan, bukan hanya aksi demo bela agama, bukan hanya bergelar habib, ustadz, kyai atau ulama, bukan hanya berdakwah, bukan hanya meneriakkan takbir dengan lantang saat aksi demo, bukan juga mencap kafir penganut agama lain.

Sejenak temanku terdiam dan menyeruput wedang jahe anget. Agar terhindar dari sebutan jamaah sampah, maka seorang jamaah harus mampu dan berani menerjemahkan nilai-nilai dan ajaran agama melalui sikap dan perilaku yang baik dan berkualitas dalam kehidupan sosialnya, wajib saling menghormati dan menghargai antarsesama makhluk hidup ciptaan Tuhan di jagat raya, berbicara dan berperilaku santun, mengapresiasi segala perbedaan SARA yang ada dengan tulus dan ikhlas, berpikir cerdas dan kritis, berhati bersih, bermoral baik, menjaga kedamaian hidup, memperbanyak referensi dan guru dalam belajar agama, tidak mengklaim diri paling benar serta terus-menerus menebarkan kesejukkan dalam pergaulan sosial.

Banyak jamaah yang rajin sholat, membayar zakat, khatam Al Qur’an dan sejumlah pemimpin umat bergelar habib, ustadz, kyai dan ulama, tapi sayangnya sebagian besar sikap dan perilaku mereka masih seperti sampah yang baunya sangat menyengat dan terus menebarkan penyakit sosial.

Dalam agama apapun, bersikap dan berperilaku baik antar sesama makhluk ciptaan Tuhan sangat utama karena akan menjaga kedamaian hidup di alam raya sampai hari akhir yang ditentukan olehNya. Itulah yang disebut Islam ‘Rahmatan Lil ‘Alamin’. Islam adalah agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Anbiya ayat 107 menyebutkan, “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”.

Sungguh begitu indahnya ajaran agama. Bayangkan, jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran agama yang sebenar-benarnya, maka sungguh nyaman dan damainya jagat raya. Adzan Maghrib mas broo, sholat dulu yaaa, Wassalam…

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Foto: Istimewa