Thursday, April 19, 2018

Hati-hati Diet Bebas Gluten

Hati-hati Diet Bebas Gluten
Kompas.com - Gluten adalah salah satu jenis protein dalam makanan olahan yang terbuat berasal tepung terigu & biji-bijian lainnya. Gluten wajib dihindari oleh mereka yang alergi tepung terigu atau menderita penyakit celiac, gangguan autoimun yang merusak usus.

Di Indonesia, diet bebas gluten umumnya disarankan bagi para penyandang autisme. Namun, sekarang berkembang pola makan yang menghindari seluruh makanan yang mengandung gluten. Diet bebas gluten ini umumnya dilakukan sesudah mereka mengalami gejala cepat lelah, kembung, atau perasaan tertekan (depresi).

Diet bebas gluten dilakukan berdasar diagnosis langsung, bukan berdasar pertimbangan dokter. Ahli nutrisi Katherine Tallmadge menulis dalam Livescience, Jumat (28/6), diet bebas gluten tak perlu dilakukan seluruh orang. Dari seluruh populasi, hanya sekitar 1 persen orang yang berisiko menderita penyakit celiac & wajib menghindari gluten. Bagi sebagian akbar orang, konsumsi gluten justru sangat dianjurkan.

Banyak orang sesudah melakukan diet bebas gluten merasa lebih baik atau berat badannya turun. Padahal, perasaan itu muncul karena mereka mengurangi kalori yang masuk bareng mengurangi makanan olahan berbahan tepung terigu. Tidak terdapat korelasi bareng gluten."

Tallmadge menulis, mereka yang melakukan diet bebas gluten, meski tak menderita penyakit celiac, bisa mengalami kekurangan sejumlah nutrisi vital, seperti zat besi, asam folat, niasin (vitamin B3), thiamin, riboflavin, kalsium, vitamin B12, & fosfor & seng (zinc).

Gluten-FreeCasein-Free Diet buat Autism

Gluten-FreeCasein-Free Diet buat
Autism spectrum disorders (ASD) artinya gangguan perkembangan yang mempengaruhi anak-anak bersama cara mengganggu kemampuan mereka untuk berkomunikasi berasal berinteraksi secara sosial.

Untuk mengurangi gejala-gejala autism berasal seseorang anak, para orang tua sering mencoba pengobatan-pengobatan alternatif misalnya diet-diet spesifik.

Belakangan ini, gluten-free/casein-free diet sebagai semakin terkenal. Sebagian orang tua melaporkan peningkatan kepada dalam gejala-gejala autism bersama aturan pola makan ini.

Akan namun, baru sedikit penelitian yang pernah dilakukan terhadap gluten-free/casein-free diet untuk autism.

Akibatnya, banyak orang tua yang bertanya-tanya apakah diet ini betul-betul bermanfaat, bahkan, memberikan suatu disparitas kepada dalam gejala-gejala berasal anak yang menderita autism.

Sebagian jua percaya bahwa anak-anak autism itu membatasi sendiri asupan mereka, lantaran mereka lebih menyukai makanan yang hambar misalnya roti putih.

Sehingga pertanyaannya sebagai Ayam dulu atau telur dulu. Apakah gluten yang menjadikan autism, atau, lebih mungkin, artinya autism yang membatasi variasi asupan makanan berasal sang anak?

Apa itu gluten-free/casein-free diet untuk autism?

Gluten-free/casein-free diet itu dikenal jua sebagai GFCF diet. Diet ini artinya keliru satu berasal beberapa pengobatan alternatif bagi anak autism.

Saat mengikuti diet eliminasi yang ketat ini, semua makanan yang mengandung gluten (ditemukan kepada dalam gandum, barley serta rye) serta casein (ditemukan kepada dalam susu serta produk dairy) itu dihilangkan berasal asupan makanan harian sang anak.

Sebagian orang tua berasal anak autism percaya bahwa anak mereka alergi atau sensitif terhadap komponen yang ditemukan kepada dalam makanan ini. Sebagian melakukan pengujian alergi untuk konfirmasi.

Namun, sekalipun tidak timbul alergi yang dikonfirmasi, banyak orang tua berasal anak autism yang permanen memilih untuk menunjukkan GFCF diet. Diantara berbagai manfaat yang mereka laporkan artinya perubahan kepada dalam konduite serta berbicara.

Bagaimana cara kerja gluten-free/casein-free diet untuk autism?

Manfaat berasal gluten-free/casein-free diet itu kepada dasarkan kepada teori bahwa anak autism itu mungkin alergi atau sangat sensitif terhadap makanan yang mengandung gluten atau casein.

Anak autism, menurut teori tadi, memproses peptide serta protein kepada dalam makanan yang mengandung gluten serta casein bersama cara yang tidak sama dibanding orang lain. Secara hipotesa, disparitas kepada dalam memproses ini mungkin memperparah gejala-gejala autistic.

Sebagian percaya bahwa otak memperlakukan protein ini misalnya bahan kimia mirip opium palsu. Reaksi terhadap zat-zat kimia ini, menurut mereka, mengarahkan seseorang anak untuk bereaksi bersama suatu cara pribadi.

Ide dibelakang penggunaan diet artinya untuk mengurangi gejala-gejala serta meningkatkan konduite sosial serta kognitif serta kemampuan berbicara.

Mungkin timbul beberapa manfaat ilmiah untuk alasan dibelakang gluten-free/casein-free diet. Para peneliti sudah menemukan level peptide yang tidak normal kepada dalam cairan tubuh berasal sebagian orang yang memiliki gejala-gejala autism.

Akan namun, efektivitas berasal GFCF diet untuk autism belum kepada dukung sang penelitian medis; bahkan, sebuah review mutakhir serta studi-studi sebelumnya menyimpulkan bahwa masih kurang bukti ilmiah untuk mengungkapkan apakah diet ini bermanfaat atau tidak.

Sayangnya, untuk mengeliminasi semua asal gluten serta casein itu begitu sulit sebagai akibatnya untuk melakukan percobaan-percobaan klinis secara random kepada anak-anak itu mungkin terbukti sangat sulit.

Wednesday, April 18, 2018

Faktor Biologis Tentukan Keberhasilan Progam Diet

Faktor Biologis Tentukan
KOMPAS.com - Ada beberapa orang yg lebih sulit turun berat badan dibanding orang-orang lainnya & ini memang betul, dari studi yg dilakukan oleh Phoenix Epidemiology and Clinical Research Branch (PECRB), cabang asal National Institutes of Health.

Studi yg dipublikasikan dalam jurnal Diabetes itu memberi pandangan lebih mendalam wacana treapi obesitas yg lebih menjanjikan dalam masa depan.

"Ketika orang obesitas mengurangi asupan makannya, respon metabolik bisa sangat bervariasi. Metabolisme yg lambat kemungkinan berkontribusi terhadap sulitnya penurunan berat," jelas penulis peneltian Susanne Votruba, yg pula ialah penyelidik klinis PECRB.

"Faktor gaya hidup mirip pola diet pula memengaruhi kemampuan tubuh menurunkan bobotnya. Hasil studi kami menyarankan, citra yg lebih besar termasuk melihat fisiologis individual."

Para peneliti mengukur & memanipulasi jumlah kalori yg harus diasup oleh 12 pria & perempuan obesitas selama enam minggu. Setelah satu hari berpuasa, peneliti mencatat berukuran pertama para relawan lalu mengurangi asupan kalori mereka sebanyak 50 persen buat sisa masa studi.

Setelah memerhitungkan faktor usia, gender, ras & berat awal, mereka menemukan bahwa relawan yg turun berat badan paling sedikit mempunyai metabolisme yg paling lambat terutama dalam masa puasa.

Dugaan para dokter, bahwa faktor hidup individu memang mempunyai imbas terhadap kemampuan seseorang menurunkan berat badan, kini sudah terbukti.

Para peneliti memberi label peserta yg kehilangan paling sedikit berat badan sebagai orang-orang memakai metabolisme "ekonomis" & yg kehilangan paling banyak berat badan sebagai bermetabolisme "boros".

Namun, para peneliti masih tak konfiden apa yg berakibat disparitas kecepatan metabolisme tadi, apakah memang bawaan lahir atau akibat asal dampak lingkungan? Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan buat memecahkan rahasia ini.

Dua Program Diet Paling Efektif secara Ilmiah

Dua Program Diet Paling Efektif secara Ilmiah
KOMPAS.com - Ada poly metode diet yang dapat kita ikuti, dapat sesuai testimoni sahabat yang sudah berhasil, mengikuti cara diet ala selebriti, atau menentukan diet yang paling efektif secara ilmiah.

Sebuah penelitian baru di Johns Hopkins University menawarkan bahwa hanya ada 2 acara diet komersil yang dinilai efektif, yakni Jenny Craig serta Weight Watchers. Berdasarkan data substansial ke 2 metode itu lebih efektif.

Berat badan berlebih waktu ini sebagai problem di poly negara, bukan hanya di negara maju, namun jua negara-negara berkembang. Keinginan untuk mencari metode diet yang paling efektif untuk melawan epidemi kegemukan pun terus dilakukan.

Para peneliti menguji 4.200 acara diet komersial untuk mencari bukti kuat terkait efektivitasnya. Program diet komersil berarti kita mendaftar pada satu acara, biasanya ke dokter ahli gizi atau klinik pelangsingan. Lewat acara ini kita akan diberikan sesi konsultasi, petunjuk pola makan, serta pemantauan acara yang dijalankan.

Di akhir tahun 2014, para peneliti hanya menemukan beberapa acara yang memenuhi 'baku emas' ilmiah dalam uji coba atau percobaan klinis secara acak.

Sebelumnya hanya ada sedikit bukti yang menawarkan acara penurunan berat badan mana yang lebih efektif dalam menjaga berat badan sehabis satu tahun dilakukan dibandingkan jikalau seseorang mencoba menurunkan berat badan sendiri atau bantuan di luar sesi diet.

Dalam sebuah penelitian, para periset bisa menguji output dari 39 percobaan yang meliputi 11 sistem diet tidak selaras: Weight Watchers, NutriSystem, HMR, Medifast, OPTIFAST, Atkins, SlimFast, Biggest Loser Club, eDiets, serta Lose It!.

Sementara beberapa acara, seperti NutriSystem, menawarkan output menjanjikan terkait potensi mempertahankan berat badan, data tindak lanjutnya tak ada. Hanya 2 acara yang memiliki dukungan 'baku emas', yakni Jenny Craig serta Weight Watchers.

"Setelah 12 bulan, homogen-homogen berat yang diturunkan bersama Weight Watchers yaitu setidaknya 3,6 kilogram, kemudian Jenny Craig sekitar 6,8 kilogram," tutur Kimberly Gudzune, spesialis penurunan berat badan dari Johns Hopkins University School of Medicine.

"Sementara poly orang mungkin mengira jumlah ini sedikit, namun sebenarnya memenuhi tujuan penurunan berat badan, yakni mencapai tiga hingga kehilangan 5 % dari berat awal Knda yang direkomendasikan sang panduan baru-baru ini," lanjutnya.

Dua acara diet tadi dianggap memiliki intensitas tinggi serta berimbang. Setara bersama NutriSystem, Jenny Craig serta Weights Watchers dinilai hampir sama, baik dalam dalam penetapan tujuan, kontrol diri, warta nutrisi, serta konseling.

Gudzune berharap, penelitian ini dapat memicu lebih poly penelitian terhadap sistem penurunan berat badan komersil, yang dapat membantu dokter serta ahli gizi untuk memberi saran lebih efektif dalam menangkal obesitas.

Ia menambahkan, penurunan berat badan yang efektif memerlukan saran ahli untuk mengetahui taktik terbaik sesuai kondisi tubuh serta kebutuhan masing-masing. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Tuesday, April 17, 2018

Ditemukan, Diet untuk yg Susah Menurunkan Berat Badan

Ditemukan, Diet untuk yg Susah Menurunkan Berat Badan
KOMPAS.com - Bagi sejumlah orang, diet dan olahraga tidak lantas menghasilkan berat badan turun. Ternyata tubuh kita bereaksi tidak sinkron terhadap kuliner.

Sebuah studi menemukan hal itu. Hasil riset menemukan, kita lebih baik menurunkan berat badan jikalau pola makan didesain sesuai tubuh kita daripada sekedar mengikuti saran umum mengenai kuliner yg dianjurkan dan dihindari.

Dalam sebuah studi baru yg diterbitkan dalam jurnal Cell, sebuah tim peneliti Israel mencermati sejumlah biomarker dalam 800 orang usia antara 18 dan 70. Selama satu pekan laki-laki dan wanita itu mengenakan alat yg mengukur kadar gula darah setiap lima menit.

Mereka juga memakai pelaksanaan berkecimpung buat mencatat asal dekat asupan kuliner, pola tidur dan olahraga. Mereka juga mengisi survey mengenai kesehatan, membagikan sampel darah dan tinja buat dites.

Periset menemukan kadar gula darah amat bervariasi dalam antara peserta penelitian selesainya mereka makan, dan kadar itu sangat bervariasi bahkan ketika mereka menyantap kuliner yg sama.

Kadang kuliner yg bakal menurunkan gula darah dalam satu orang akan menaikkan gula darah orang lain. Informasi itu menemukan, rekomendasi pola diet tertentu nir berhasil buat semua orang.

"Selama bertahun-tahun pemikiran kami adalah orang mengalami kegemukan, diabetes dan penyakit pola makan lain, sebab nir mengikuti anjuran pola makan," istilah pemimpin penelitian Eran Segal dan Eran Elinav asal Weizmann Institute of Science Israel. "Namun asal studi kami, timbul kemungkinan lain faktanya pola makan yg dianjurkan ternyata nir sesuai.

"Kami percaya pesan yg dibawa pula adalah jikalau diet nir berhasil, bukan galat Knda tetapi galat si program diet," katanya.

Hal yg diyakini peneliti mungkin bertanggung jawab terhadap disparitas milyaran bakteri yg hayati dalam perut dan amat tidak sinkron asal satu orang ke orang lain.

Riset lain asal studi yg diterbitkan dalam jurnal Obesity Research & Clinical Practice menemukan, bahkan ketika mereka olahraga dan mengonsumsi kuliner yg sama, orang dewasa dalam 2006 lebih berat asal orang dalam 1988.

Peneliti studi itu jug amenemukan perubahan mikrobiome dalam perut mungkin berperan dalam antara kemungkinan lain.

"Kita baru dalam permulaan dalam mengeksplorasi bagaimana mikrobiome kompleks menghipnotis fisiologi dan kesehatan kami," istilah peneliti Jennifer Kuk, profesor Kinesiologi dan ilmu kesehatan dalam York University.

"Penelitian baru ini hal menjanjikan mikrobiome mungkin berperan krusial bagaimana kita mengatur berat badan dan bisa menjadi sasaran baru buat intervensi penurunan berat badan," katanya.

Segal dan Elinav membicarakan, mereka telah memajukan ilmu pengetahuan. Dalam studi itu, mereka juga mengambil semua data yg dikumpulkan dan menciptakan algoritme yg bisa memprediksi bagaimana kadar gula darah seseorang merespon kuliner yg dimakan.

Mereka membicarakan, algoritme itu bisa digunakan buat menciptakan diet yg sifatnya personal buat masing-masing orang.

"Kami tanda profil komprehensif yg kami ukur bisa digunakan buat mencapai dan mendisain diet yg diadaptasi keperluan seseorang," katanya.

"Visi kami adalah bisa menurunkan prediksi dan diet personal memakai satu set input yg bisa diisi orang dalam sebuah survey dan satu sampel mikrobiome dalam ketika dekat. Itu bakal berbiaya efektif," tambahnya.

Dietary Intake Monitoring Application (DIMA) Untuk Evaluasi Asupan Cairan & Diet Bagi Pasien Hemodialisa

Dietary Intake Monitoring


Disusun Oleh

Epi Rustiawati

NPM. 1106122455

Program Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah FIK UI

I.Abstrak

Pasien gagal ginjal termin akhir yang menjalani hemodialisis hanya boleh minum 1 liter & 2 gram garam setiap harinya. Bots dkk. (2005), pasien penyakit ginjal termin akhir yang menjalani dialisa beserta hemodialisis (HD) wajib menjaga cairan yang dibatasi diet buat mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa berakibat hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, & kematian. Prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% hingga 60%, ketidakpatuhan diet 2% hingga 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Linberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet. Saat ini telah dikembangankanaplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) yaitu Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), perangkat lunak ini didesain menjadi informasi yang interaktif buat membantu pasien memonitoring berdikari asupan cairan & diet. Berdasarkan hasil penelitian dari Seik (2006), diperoleh hasil lebih saksama buat memonitor asupan cairan & diet secara berdikari.

Kata kunci: pasien gagal ginjal termin akhir, hemodialisa, monitoring berdikari, Dietary Intake Monitoring Application (DIMA)

II.Latar Belakang

Manajemen dalam pasien gagal ginjal galat satu terapinya adalah hemodialisia Pasien yang menjalani terapi hemodialisa lebih dari 300.000 orang Amerika (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and Suddart, 2007). Di Australia tahun 2008 tercatat 986,825 pasien gagal ginjal kronis menjalani terapi dialisa, & 99,5% adalah terapi hemodialis, baik di rumah sakit taupun di rumah (Reid, 2011). Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dalam tahun 2008 jumlah pasien dialisa beserta hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang . Menurut Prof Dr HM RachmatSeolaeman dr Sp PD-KGH, Pasien hemodialisis baru tahun 2008 naik menjadi 2260 orang dari 2148 orang dalam tahun 2007 (www.antarsumut.com).

Kesuksesan hemodialisa tergantung dalam kepatuhan buat pasien. Pada populasi hemodialysisdisebut pasien dialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% hingga 60%, ketidakpatuhan diet 2% hingga 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Menurut Lindberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), Pace (2007), Sagawa dkk. (2003), Sharp et al. ( 2005), pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam pengelolaan kontrol pembatasanasupan cairan & diet.

Pasien hemodialisa memerlukan monoton perawatan. Perawatan sehari-hari adalah tanggung jawab klien.Pasien dialisamempunyai kemampuan alami dalamperawatan diri(self care) sehari-hari, & perawat wajib penekanan dalam kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam Simmons, 2009). Perawat dalam memberikan perawatan dalam pasien , membentuk nursing system yang effisien & efektif dalam menentukkan cara-cara yang betul dalam membantu self care pasien (Simmons, 2009) dalam monitoring cairan & diet.

Perawat di Universitas Indiana-Purdue berbagi perangkat lunak elektronik PDA buat membantu pasien dialisa dalam memonitor asupan cairan & diet & hasilnya lebih saksama terhadap kepatuhan cairan & diet dibandingkan dengankertas catatan harian dalam tahun 2003(Dowell and Welch, 2006). Pada tahun 2005, universitas Indiana mengembangakan perangkat lunak PDA DIMA, menjadi alat bantu pasien hemodialisa dalam memonitoring asupan cairan & diet beserta informasi interaktif & umpan kembaliyang cepat, menjadi akibatnya lebih memudahkan pasien hemodialisa dalam memonitor asupan cairan & diet menjadi media buat kontol diri dalamperawatan diri sehari-hari (Seik, 2006). Pasien hemodialisa akan beserta praktis mengkonversi & menghitung asupan cairan & diet setiap hari , perangkat lunak yang menyediakan berbagai macam informasi interaktif & umpan kembaliuntuk membantu pasien memantau cairan & asupan kuliner.

III.Kajian Literatur.

Gagal Ginjal Kronis & Hemodialisa

Penyakit gagal ginjal kronis keadaan terjadi penurunan fungsi jaringan ginjal secara progresif menjadi akibatnya massa ginjal yang masih terdapat nir dapat lagi mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black & Hawks, 2005).Saat penurunan fungsi jaringan ginjal, ginjal mengalami kesulitan & membuang & meyaring racun & cairan.

Manajemen dalam pasien gagal ginjal termin akhir galat satu terapinya adalah hemodialisia. Haemodialisa adalah metode yang paling generik dipergunakan dialisis: lebih dari 300.000 orang Amerika waktu ini mendapatkan hemodialisis (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and suddart, 2007). Kesuksesannya tergantung dalam kepatuhan pasien.

Kesuksesan hemodialisa tergantung dalam kepatuhan pasien. Pada populasi hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan 60%, ketidakpatuhan diet 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Menurut Lindberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), Pace (2007), Sagawa dkk. (2003), Sharp et al. pasien hemodilisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet.

Pasien hemodialisa wajib membatasi asupan cairan buat mencegah overload cairan sebab. Sebuah studi baru registri nasional (Lindberg et al, 2009) indikasi, bahwa poly pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet. Bots dkk. (2005) Pasien dialisis wajib menjaga cairan yang dibatasi diet buat mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa berakibat hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, & prematur kematian.

Pasien hemodialisa memerlukan monoton perawatan. Perawatan diri sehari-hari termasuk mengelola perawatan yang rumit rejimen restriksi diet, keterbatasan cairan, obat, & akses vaskular perawatan (Richard, 2006). Ini perawatan sehari-hari adalah tanggung jawab klien. Pasien hemodialisa memiliki kemampuan alami dalamperawatan diri(self care) sehari-hari, & perawat wajib penekanan dalam kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam Simmons, 2009). Perawat dalam memberikan perawatan dalam pasien , membentuk nursing system yang effisien & efektif dalam menentukkan cara-cara yang betul dalam membantu self care pasien dalam monitoring berdikari terutama mengenai asupan cairan & diet (Simmons, 2009).

Monitoring berdikari pasien dalam asupan cairan & diet menjadi galat satu cara yang efektif bagi pasien dialisa dalam menjaga kesehatannya. Hasil penelitian monitoring berdikari bagi pasien hemodialisa dapat menurunkan asupan cairan & diet. Pasien umumnya memakai kertas buku harian kertas & merecall seharian asupan cairan & diet waktu monitoring berdikari. Hasil penelitian monitoring diri beserta memakai kertas catatan harian terhadap kepatuhan asupan cairan & diet 11% dalam beberapa perkara. Jila pasien memakai buku harian elektronik, misalnya dalam PDA, taraf kepatuhan dengan tinggi 94% (Stone et al, 2002; Batu et al, 2003 dalam Siek, 2006; Burkee, 2005), hal ini indikasi bahwa monitoring berdikari beserta elektronik adalah cara yang lebih saksama & lebih baik bagi individu buat monitor berdikari.Pada tahun 2005, universitas Indiana mengembangakan DIMA, menjadi perangkat lunak PDA yang menjadi alat bantu pasien hemodialisa dalam memonitoring asupan cairan & diet beserta informasi interaktif & umpan balik, menjadi akibatnya lebih memudahkan pasien hemodialisa dalam memonitor asupan cairan & diet menjadi media untukkontol diri dalamperawatan diri sehari-hari (Seik, 2006). Pasien hemodialisa akan beserta praktis mengkonversi & menghitung asupan cairan & diet setiap hari.

Kesehatan seorang pasien nir penghalang buat memakai teknologi misalnya yang telah ditunjukkan dalam beberapa studi realitas (Brennan et al, 1992;. Brennan et al, 1995;.. Gustafson et al, 1999). PDA menjadi galat satu alat elektronik telah dipergunakan buat membantu pasien hemodialisa dalam pemantauan buat melaporkan tanda-tanda berbagai konteks kesehatan (Affleck et al, 1998;.. Affleck et al, 1996; Broers et al, 2002;.. Newman et al, 1997 dalam Siek, 2006).

Dietary Intake Monitoring Application (DIMA)

Aplikasi DIMA adalah upaya kerja sama antara kepatuhan pasien hemodialisis, ilmu komputer & informatika, nutrisi, biostatistik, & peneliti nefrologi. Aplikasi ini akan memungkinkan pasien buat masukan kuliner atau cairan item beserta menentukan ikon atau memindai barcode dalam item kuliner/minuman atau beserta merekam bunyi bila kuliner/minuman yang dikonsumsi tersebut item yangtidak memilikiada barcode. Sehingga pasien akan bisa melihat taraf konsumsi mereka buat kalium, fosfor, kalori, protein & cairan perhari (Seik,2006).

Gambar 1: Alur perangkat lunak DIMA

Software yang dipergunakan DietMatePro yang dipergunakan buat program PDAuntuk informasi diet atau cairan yang dikonsumsi pasien hemodilisa dalam catatan elektronik. Pasien akan memasukan jenis & jumlah yang dikonsumsi setip hari.

Hardware yang dipergunakan off-the-shelf Palm OS Tungsten T3 PDA. Tungsten T3 memiliki layar yang lebar, tombol yang luas, rekam bunyi, memory & bluetooth. Socket in-hand SDIO scarnner dipergunakan buat scan barcode kuliner atau minuman yang telah tercantum.

Gamabar 2: Cara pasien hemodialiasa melakukan scanner kuliner

Sumber: An Evaluation of Food Items Input into an Electronic Food Monitoring Application, Katie A. Siek. 2006

Aplikasi disain DIMA yang dipergunakan beserta cara menscan kuliner yang tercantum barcode atau pasien bisa merekan bunyi pasien mengenai jenis & porsi kuliner atau minuman yang nir memiliki barcode misalnya kuliner di rumah atau restauran.

Gambar 3: Disain Aplikasi DIMA

Setelah pasien memasukan data jenis, porsi kuliner baik beserta cara menscan kuliner yang tercantum barcode ataupun pasien merekam bunyi jenis kuliner yang nir memiliki barcode, makan layar secara cepat akan memunculkan umpan kembaliinteraktif segara mengenai jumlah taraf konsumsi mereka buat kalium, fosfor, kalori, protein & cairan perhari.

IV.Kesimpulan & Rekomendasi

Manajemen dalam pasien gagal ginjal termin akhir galat satu terapinya adalah hemodialisia. Haemodialisa adalah metode yang paling generik dipergunakan dialisis: lebih dari 300.000 orang Amerika waktu ini mendapatkan hemodialisis (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and suddart, 2007). Kesuksesannya tergantung dalam kepatuhan.

Pasien gagal ginjal termin akhir yang menjalani hemodialisis hanya boleh minum 1 liter & 2 gram garam setiap harinya. Bots dkk. (2005), pasien penyakit ginjal termin akhir yang menjalani dialisa beserta hemodialisis (HD) wajib menjaga cairan yang dibatasi diet buat mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa berakibat hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, & kematian.

Pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet. Saat ini telah dikembangankanaplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) yaitu Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), perangkat lunak ini didesain menjadi informasi yang interaktif buat membantu pasien memonitoring berdikari asupan cairan & diet. Berdasarkan hasil penelitian dari Seik (2006), diperoleh hasil lebih saksama buat memonitor asupan cairan & diet secara berdikari.

Aplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), memiliki implikasi positif terhadap perkembangan ilmu keperawatan dalam membantu self care pasien buat monitoring mandiriterutama mengenai asupan cairan & diet.

Monitoring berdikari pasien dalam asupan cairan & diet menjadi galat satu cara yang efektif bagi pasien hemodialisa buat menaikkan taraf kepatuhan pasien dalam menjaga taraf kepatuhandan menaikkan kualitas hidup pasien.

Berdasarkan analisa diatas, perangkat lunak elektronik Personal Digital Assist (PDA) Dietary Intake Monitoring Application (DIMA),memungkinkan bisa dipergunakan menjadi alat bantu pasien hemodialisa di indonesia buat menjaga kepatuhan diet & cairan di Indonesia,khususnya bagi pasien hemodialisa di rumah sakit akbar atau swasta di kota-kota akbar yang yang memiliki aspek porto & didukung sang ahli ilmu komputer & informatika & perawat nefrologi.

Peran perawat di unit hemodialisa berperan dalam mencegah terjadinya ketidakpatuhan pasien, diantaranya kelebihan cairan menjadi duduk perkara yang generik. Menurut (Yokohama, 2006), adanya hubungna support dari tenaga kesehatan dengam kepatuhan pasien mengontrol cairan & diet. Sehingga kiprah perawat membantu,mengarahkan , mengkontrolsistem kegiatan terencanamengembangkan kemampuanpasien memonitoring berdikari asupan cairan & diet beserta perangkat lunak PDA DIMA.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M. & Hawks, J.H.. (2005). Medical-surgical nursing. Clinical management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis. Missouri. Elsevier Saunders.

Bots C.P, et al. (2005). Chewing gum and a saliva substitute alleviate thirst and

xerostomia in patients on haemodialysis, http://ndt.oxfordjournals.org/cgi/content/full/ghh675?ijkey=14NzgzcLTwzU&keytype=ref diunduh lepas 23 Maret 2012

Brunner LS, Suddharth (2002). DS. Text book of Medical Surgical Nursing. 6th ed. London: Mosby. Lora E.

Burkee, Lora,E. (2005). Self-Monitoring Dietary Intake: Current and Future Practices. Journal of Renal Nutrition, Vol 15, No 3 ( July), 2005:Hal. 281-290.

Dowell, Shannon,A. (2006).Use of Self Electronic Monitoring for Food and Fluid Intake: Pilot project. Nephrology Nursing Journal; May/Jun 2006; 33, 3; ProQuest Hal. 271

Griva, K., et all (2011). The NFK-NUS Haemodyalisis Trial Protocol-a Randomized Controlled Trial to Detetmine The effectiveness of a Self Management Intervention for Haemodyalisis Patients.Biomed Central, Ltd. Http://www.biomedcentral.com/1471-2369/12/4 diunduh lepas 27 maret 2012.

Lindberg, M.(2010). Excessive Fluid Overload Among Haemodyalisis Patient: Prevalence, Individual Characteristics and Self Regulation of Fluid Intake. Universitas Uppsala. http://urn.kb.se/resolve?urn:nbn;uu:diva-121983 diunduh lepas 23 maret 2012.

Richard, C.,J. (2006). Self Care Management in Adults Undergoing Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 33. No. 4

Reid, C.(2011).Self management of haemodialysis for End Stage Renal Disease: a systematic review.JBI Library of Systematic Reviews.Vol 9. No (3):69-103

Simmons, L. (2009). Dorthea Orems Self Care Theory as Related to Nursing Practice in Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 36. No. 4

Siek, K.,A.(2006). The Food We Eat: An Evaluation of Food Items Input into an

Electronic Food Monitoring Application. Indiana: NSF

Seik, K.,A. (2006). The Design and Evaluation of an for Dialysis Patient. ProQuest Information and Learning Company

Yokohama, Y., et all (2009). Dialysis Staff Encouragement and Fluid Control Adherence in Patients on Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 36. No. 3

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/03/11/22385189/Awas.Hipertensi.Rusak.Ginjal.Knda. Diunduh lepas 29Oktober 2012 jam 01.00.

Monday, April 16, 2018

Diet; Konsumsi Makanan Penunda Lapar Berikut!

Diet; Konsumsi Makanan Penunda Lapar Berikut!
GoDok  Memiliki tubuh yang ideal telah niscaya merupakan cita-cita setiap orang. Selain lezat ditinjau, tubuh yang ideal pula dapat meminimalisir kemungkinan munculnya beberapa penyakit yang berkaitan bersama kegemukan, misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan sebagainya. Namun, kepada kenyataannya, menurunkan berat badan bukanlah perkara mudah. Rasa lapar yang sering muncul mengakibatkan beberapa orang menunjuk buat menyerah di tengah-tengah proses diet. Lalu, adakah cara mudah buat menunda lapar? Ini dia beberapa bahan masakan yang harus masuk ke dalam daftar konsumsi harian Enda agar program diet berjalan lancar tanpa resistor:

1. Alpukat

Bagi Enda yang sedang menjalankan program diet, konsumsi buah jenis ini sangat disarankan. Hal ini dikarenakan kandungan lemak baik, vitamin E, dan potassiumnya memiliki kegunaan buat melindungi kesehatan tubuh serta memproduksi rasa kenyang yang lebih lama. Hal ini senada bersama dampak penelitian yang dipublikasikan oleh Loma Linda University yang menyatakan bahwa konsumsi rutin alpukat terbukti dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh.

dua. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan merupakan bahan pangan yang berguna bagi tubuh alasannya adalah kandungan protein,magnesium,vitamin E, serta lemak tidak jenuhnya yang tinggi. Selain itu, serat yang ada dalam kacang-kacangan, misalnya kacang hijau dan kacang almond, terbukti bisa menyampaikan rasa kenyang lebih lama bagi perut sehingga menjadikannya ideal buat dikonsumsi oleh Enda yang sedang menjalani program diet.

tiga. Telur panaskan

Telur merupakan masakan yang paling sering disarankan bagi Enda yang sedang menjalani program diet. Meskipun berkalori rendah, sebutir telur yang kaya akan protein, vitamin, zat besi, folat, asam lemak omega-tiga, serta mineral lainnya terbukti bisa menunda rasa lapar bersama efektif. Untuk mendapatkan manfaat telur yang optimal, masak telur bersama cara direbus, bukan digoreng. Ini ditujukan agar kolesterol yang masuk ke dalam tubuh dapat diminimalisir.

4. Oatmeal

Bingung mencari sumber karbohidrat bagi program diet? Cobalah memngonsumsi oatmeal.  Kandungan serat dan protein didalamnya ternyata sangat efektif dalam menunda lapar. Berbeda halnya bersama sumber karbohidrat lainnya, misalnya nasi atau jagung, kalori yang masih ada dalam oatmeal tergolong rendah sehingga nir akan menganggu program diet Enda.

lima.  Apel

Siapa yang nir senang bersama buah yang satu ini? Buah yang satu ini sering disangkut pautkan bersama kesehatan dan program pengurusan badan. Kandungan serat serta vitamin C dalamapelterbukti bisa menyampaikan rasa kenyang serta mencegah penumpukan kolesterol dalam tubuh sehingga Enda akan terhindar berasal poly sekali penyakit, misalnya jantung koroner dan stroke.

6. Pisang

Selain alasannya adalah kandungan kalium dan magnesium yang masih ada kepada buah pisang terbukti bisa memperbaiki proses transmisi saraf di otak, rutin mengonsumsi buah ini dikala sarapan pula terbukti bisa menyampaikan rasa kenyang lebih lama. Hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat dan potassium kepada pisang yang lebih tinggi seandainya dibandingkan bersama buah-buahan lainnya.

Jadi, masih mau menahan lapar demi menguruskan badan?