Adakah yang masih ingat dengan impiannya sesaat setelah lulus kuliah? Biasanya saat itu ekspektasi tentang impian-impian masa depannya masih tinggi banget. Katakanlah usia 21 tahun lulus kuliah kemudian dapet kerjaan yang bagus sesuai passion, usia 25 tahun kerjaan aman dengan kondisi keuangan yang stabil, usia 30 tahun kerjaan makin aman bahkan udah punya jabatan dengan kondisi keuangan yang makin stabil (read: mulai kaya raya, haha) kemudian setelah itu udah mulai punya asset, dan seterusnya. Itu tadi contoh yang impiannya punya kerjaan bagus di perusahaan, nah kalo yang impiannya berbisnis? Mungkin ekspektasi tentang impiannya selulus kuliah adalah merintis bisnis kecil-kecilan yang sesuai dengan hobinya nan berjalan mulus kemudian makin lama bisnisnya makin berkembang dan menjadi besar.
Ya namanya juga ekspektasi, pasti mikirinnya yang indah-indahnya aja kan? Baik yang bekerja maupun yang berbisnis pengennya semua berjalan lancar tanpa hambatan seperti yang kamu mau. Namun pada kenyataannya nggak semua seindah dongeng Sleeping Beauty yang ketika buka mata langsung ketemu pangeran cakep, tapi begitu buka mata ketemu kerjaan yang mungkin belum sesuai dengan apa yang kita impikan, atau bisnis yang kita rintis yang belum juga berkembang.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sebelum melangkah lebih jauh berjuang mengejar impian kita, ada baiknya kita benahi terlebih dahulu apa yang sudah melekat pada kehidupan kita misalnya pengelolaan keuangan. Nah lho, kok tiba-tiba nyambung ke pengelolaan keuangan? Ya jelas nyambung dong! Dikehidupan sehari-hari, kita nggak akan lepas dari yang namanya masalah mengelola keuangan apapun profesi yang kita jalani baik sebagai karyawan sebuah perusahaan, freelancer, terlebih lagi buat yang punya bisnis sendiri. Terus gimana cara mulai membenahinya? Bisa praktekin ilmu yang aku dapet dari acara yang beberapa hari kebelakang aku hadiri, yaitu Talkshow FUNancial yang diselenggarakan oleh Home Credit Indonesia yang bertema “Start Up Smart : Financial Tips for Turning Your Hobby Into a Business” . Acara ini menghadirkan Kak Dipa Andika yang seorang Financial Planner sekaligus Co-Founder Hahaha Corp dan Kak Mohammad Takdis yang seorang Owner Whatravel Indonesia sebagai pemateri. Aku sama temen-temen blogger Indonesian Female Bloggers beruntung banget bisa dateng ke acara ini.
Kak Freya dari Home Credit |
Sebelumnya, aku mau ulas sedikit mengenai Home Credit Indonesia ya. Home Credit Indonesia merupakan perusahaan pembiayaan berbasis teknologi global yang menyediakan layanan pembiayaan baik secaraonline maupunoffline. Pembiayaan yang ditawarkan diantaranyasmartphone, furnitur,gadget, alat-alat elektornik hingga aksesoris mobil. Di samping itu Home Credit juga menawarkan pembiayaan multiguna untuk keperluan renovasi rumah, biaya pendidikan, atau bahkan berlibur.
Bicara mengenai cara memulai mengelola keuangan...
1. Pisahkan Rekening
Mengelola keuangan bisa dimulai dengan memisahkan rekening terlebih dahulu. Pisahkan rekening untuk tabungan, bisnis (kalo yg punya usaha), pengeluaran rutin, bahkan yang punya penghasilan dari asal tidak sinkron jua mampu banget dipisahin rekeningnya, & lain sebagainya diadaptasi dengan kebutuhan masing-masing.
Sedikit cerita, saya pernah ngalamin sendiri nih. Awal kerja beberapa tahun lalu aku masih menggabungkan seluruh pemasukan dan pengeluaran dalam satu rekening,. Alhasil ya gundah gak kentara berapa tabunganku, berapa laba berdasarkan usaha mini -kecilanku, & berapa total pengeluaran rutinku.
Sedikit tips dariku, kalo nggak mau keluar biaya admin yang makin gede karena punya beberapa rekening, mampu banget pilih jenis rekening tabungan yg punya biaya admin rendah atau bahkan tanpa biaya admin sama sekali. Ada gitu? Ada dong! Cari aja sendiri, hahaha.
2. Catat Setiap Transaksi Sedetail Mungkin
Setelah punya rekening terpisah, penting jua nih mencatat setiap transaksi dengan sedetail mungkin. Banyak banget keuntungannya mulai menurut kita jadi tahu riwayat transaksi keuangan kita, mampu jua membandingkan transaksi keuangan setiap bulannya apakah kita sudah semakin baik dalam mengelola keuangan atau malah makin nggak karuan. Nantinya dari catatan transaksi keuangan ini bisa dibikin laporannya, mau laporan harian, bulanan, atau tahunan.
3. Dokumentasikan Bukti Transaksi
Siapa bilang mendokumentasikan bukti transaksi cuma diperlukan sang perusahaan aja? Dalam mengelola keuangan pribadi jua krusial lho. Jangan cuma mencatat setiap transaksi aja, tapi dokumentasikan juga setiap bukti transaksi yg kita miliki. Apa saja yang sanggup didokumentasikan? Bukti kontrak, quotation, invoice, kwitansi, bukti potong pajak, atau bahkan bukti komunikasi sekalipun wajib didokumentasikan.
4. Buat Alokasi Keuangan
Biar nggak galat kaprah dalam menggunakan uang yang kita miliki, terdapat baiknya kita bikin alokasi keuangan biar makin kentara uang yang kita gunakan buat apa aja. Menurutku pribadi, alokasi keuangan setiap orang akan tidak selaras tergantung kebutuhan orang tersebut. Jangankan alokasi keuangan orang yang masih single & yang sudah menikah yg jelas-kentara tidak selaras banget. Alokasi keuangan antara dua orang yang masih single aja sanggup tidak sama juga tergantung kebutuhan setiap orang tadi. Tapi secara umum aku punya model alokasi keuangan yg saya dapetin dari program keren kemarin nih.
Gaji 100% = 30% Hutang : 15% Investasi : 10% Pribadi : 45% Pengeluaran Rutin
Gaji 100% = 30% Hutang : 10% Dana Darurat/Asuransi : 10% Pribadi : 50% Pengeluaran Rutin
THR 100 % = 30% Kebutuhan Hari Raya : 70% Investasi/Melunasi Hutang
Bonus = 10% Pribadi : 90% Investasi/Melunasi Hutang
Alokasi tersebut bisa berlaku buat semua jenis profesi mulai dari karyawan, freelancer, bahkan pebisnis sekalipun. Lha kok pebisnis juga? Iya dong! Siapa bilang pebisnis nggak perlu alokasi keuangan? Punya usaha sendiri bukan berarti semua keuangan mampu jadi milik diri sendiri, akan tetapi tetap harus dipisahkan antara keuangan buat bisnis dan keuangan langsung.
5. Jangan Abaikan Dana Darurat
Pernah ngebayangin nggak sih andai saja tiba-tiba kita harus mengeluarkan uang pada jumlah tertentu buat keperluan yang nggak diduga-duga? Atau bahkan pernah mengalaminya? Gimana cita rasanya? Sakit ya! Yang sakit bukan cuma hati tapi juga seluruh isi dompet dan rekening, haha. Maka berdasarkan itu penting banget punya alokasi buat dana darurat.
Semakin besar tanggungan yang kita miliki, maka semakin besar pula dana darurat yang harus kita persiapkan. Berikut sebagai contoh yang aku dapatkan dari acara keren kemarin nih.
Single/Berdua : 3x Pengeluaran
Punya 1-2 Anak : 6x Pengeluaran
Punya 3 Anak : 9-12x Pengeluaran
Ada beberapa pilihan cara menyimpan dana darurat, misalnya pada tabungan, deposito, reksadana, ataupun emas. Tapi yang paling disarankan adalah menyimpan dana darurat pada tabungan lantaran tabungan mampu dicairkan kapan saja. Lantaran yang namanya dana darurat pasti dibutuhkan buat keperluan mendesak kan? Dan yg namanya keperluan mendesak harus diselesaikan secepat mungkin kan?
Jangan lupa, khusus buat dana darurat pilih rekening tabungan yg punya bank & mesin ATM nya udah banyak tersebar dimana-mana izin mudah dicari. Eits, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kalo nggak mendesak-mendesak amat jangan coba-coba buat menggunakan dana darurat tersebut ya! Sekalipun dengan alasan ?Ah nanti juga uangnya bakalan saya ganti?, pokoknya jangan!
6. Asuransi dan Investasi? Penting Juga Lho!
Dulu saya sempet mikir bahwa premi itu nggak penting-krusial banget. Aku mikirnya yang penting itu ya nabung di bank karena jumlah uangnya konkret keliatan dibuku tabungan, hehe. Tapi usang kelamaan mulai sadar juga bahwa asuransi itu penting. Jenis iuran pertanggungan yang paling fundamental yg wajib kita miliki adalah asuransi jiwa & premi kesehatan. Bukan hal yang nggak mungkin (tapi amit-amit) dimasa yg akan tiba kita mengalami peristiwa yang nggak kita inginkan. Setidaknya menggunakan mempunyai asuransi kita bisa meminimalisir porto yang kita keluarkan.
Begitu jua investasi, sama pentingnya dengan iuran pertanggungan. Ada banyak jenis investasi antara lain deposito, emas, saham, properti, reksadana, valas, dan sebagainya. Menurutku buat berinvestasi nggak wajib nunggu jadi kaya raya dulu kok, kita mampu mulai menurut sekarang. Kuncinya tentukan jenis deposito yg sanggup kita lakukan dan sahih-sahih kita pahami. Oh ya, sebenarnya investasi itu buat apa sih? Ya tergantung berdasarkan kebutuhan dan tujuan kita, kita pengennya berinvestasi untuk dana pensiun, porto sekolah anak, asset, liburan, ataupun hal lainnya. Kenapa kita wajib berinvestasi? Karena semakin hari porto hidup semakin mahal, jadi udah suatu keharusan banget kita mempersiapkan dana yg akan digunakan buat masa depan dari sekarang pula.
?Nilai Rp 1 saat ini lebih berarti dari nilai Rp 1 yg akan didapat dalam ketika yg akan tiba?
7. Jauhi Latte Factors
Wah apa tuh Latte Factors? Kenapa harus kita jauhi? Sementara dari namanya aja kok lezat banget ya kayak kopi, hehe. Jadi, Latte factors itu merupakan pengeluaran yg terlihat mini namun tanpa disadari hal tadi dilakukan berkali-kali. Contohnya seperti belanja online, jajan minuman kekinian, biaya admin bank, bahkan sampai biaya parkir. Hmm.. Bener jua ya, ketika belanja online atau jajan minuman kekinian aku lebih sering mikir ?Ya udah jajan mah gapapa toh sesekali ini dan nggak ngabisin tabungan juga?. Padahal hal-hal tersebut kalo dilakukan terus menerus sanggup ngabisin uang tabungan jua lantaran kalo dijumlahkan uang yang kita pakai untuk jajan bisa jadi akbar pula. Contohnya saat jajan minuman kekinian yang rata-rata harganya Rp 20.000, kalo pada sebulan jajannya sebesar 10 kali berarti dalam sebulan kita menghabiskan Rp 200.000, dan dalam setahun kita menghabiskan Rp 2.400.000, jumlah yang lumayan kan?
Kak Dipa, Kak Takdis, & Kak Uchiet |
Bicara mengenai hobi & virtual...
Nah kini kita ngomongin soal hobi nih. Dari mini niscaya kita seringkali banget ditanya apa hobi kita? Dan apa virtual kita? Bahkan mungkin sampe hari ini kita masih mendapat pertanyaan tadi. Sebenernya apa sih makna dari hobi dan impian?
Menurut Wikipedia, hobi merupakan...
Kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang buat menenangkan pikiran seorang.
Menurut website Psikoma, virtual adalah...
Nyawa yang tidak akan pernah mampu dipisahkan daripada kehidupan.
Biasanya sih, hobi & impian akan saling berkaitan. Asik banget ya andai saja kita bisa setiap waktu melakukan sesuatu yang jadi hobi kita, terlebih lagi jika hobi kita sanggup sebagai asal penghasilan baik buat ketika ini maupun dimasa yg akan datang. Impianku banget tuh, menjadikan hobi menjadi sumber penghasilan baik buat ketika ini juga buat masa yg akan datang. Jadi inget pemateri acara FUNancial, Kak Takdis yang punya hobi traveling sampe akhirnya berhasil mendirikan sebuah perusahaan bernama Whatrevel Indonesia meski wajib berawal jatuh bangun dulu waktu mendirikannya. Wajar ya, usaha nggak seru kalo nggak ngalamin jatuh bangun dulu. Lantaran menggunakan begitu kita mampu belajar lebih banyak & pengalaman kita semakin kaya.
Kalo udah ketemu sama hobi & virtual kita masing-masing, saatnya berjuang buat merealisasikannya. Menurutku setiap insan harus punya impian, nggak mampu kalo kita hayati sekadar mengikuti mengikuti arus aja bahkan sampe punya pemikiran ?Gimana nanti? Aja. Lantaran hidup wajib punya tujuan dan virtual yang jelas biar langkah-langkah yg akan kita ambil kedepannya makin jelas jua. Semakin kentara tujuan dan virtual kita, maka semakin kentara jua pengelolaan keuangan kita karena alokasi keuangan kita akan tepat sasaran.
Terakhir, karena hayati yang baik itu adalah hidup yang seimbang dan nir hanya hiperbola disatu aspek saja, maka diantara hobi dan virtual wajib diimbangi jua menggunakan do?A dan rasa syukur atas segala hal yg Allah SWT anugerahkan pada kita. Menjalani hidup yg sinkron menggunakan impian kita memang indah banget, akan tetapi andai kata takdir mengungkapkan lain, maka kita permanen harus bersyukur akan hal tersebut. Mengelola keuangan dengan baik jua bisa menjadi keliru satu bisnis buat bersyukur lho, lantaran menggunakan demikian nggak peduli akbar kecilnya harta yang kita miliki, kita tetap mempergunakan harta kita dengan sebaik-baiknya.
Indonesian Female Bloggers |
No comments:
Post a Comment