Saturday, July 25, 2020

@ Serpong

Kota Serpong  menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta yang berkarakter egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis. Kehidupan nyaman adalah pilihan, kenyamanan hidup adalah keputusan.

Lima belas tahun silam,  suasana alam kota Serpong begitu sejuk, damai dan tenang. Saya dan keluarga yang tinggal di sebuah rumah mungil  di salah satu kawasan kompleks perumahan Gading Serpong sejak tahun 1999, benar-benar betah karena dimanjakan oleh hijaunya  alam Serpong. Saya masih ingat  ketika gumpalan kabut selalu menepi di kebun halaman rumah menjelang  jam 9 malam. Hawa dinginnya begitu terasa.  Memasuki pagi, usai sholat subuh di sebuah surau kecil dalam  lingkungan kompleks, saya bisa menyentuh butiran bening embun yang membasahi dedaunan pohon-pohon  kecil yang tumbuh  di pinggir jalan.  Sekelompok petani perempuan muda  berjalan santai penuh canda  menuju  sawah  dan kebun. Nyanyian hewan-hewan liar  di sekitar rimbunnya kebun kelapa gading dan hamparan sawah menambah nikmatnya alam  serpong.

Kini,  lima belas tahun  berlalu,  saya dan keluarga tak pernah lagi merasakan nikmatnya  hidup di Serpong.  Kenyamanan, kedamaian dan ketenangan  Serpong  perlahan mulai lenyap. Kabut malam tak pernah lagi mampir di kebun halaman rumah, butiran bening embun pagi pun pergi entah kemana,  sawah-sawah berubah menjadi kompleks perumahan mewah, hewan-hewan liar bermigrasi tanpa pamit meninggalkan kebun kelapa gading.  Kota Serpong  bising dengan  suara mesin, klakson mobil dan motor.  Polusi udara  dimana-mana. Cuacanya semakin panas.

Serpong berubah menjadi kota modern dengan jejeran mall-mall elit, hotel-hotel  berbintang, apartemen dan perumahan mewah,   gedung-gedung  tinggi perkantoran,  deretan ruko warna-warni, papan billboard iklan yang bertebaran dimana-mana serta menjamurnya  kedai kuliner di sepanjang   jalan raya Serpong.  Serpong semakin padat, sesak dan macet. Penduduk asli serpong yang dulu  dikenal polos  dengan gaya  hidup  tradisionalnya,   perlahan mulai tersingkir.  Sekarang, kota Serpong  menjadi basis kehidupan kaum urban Jakarta  yang berkarakter  egois, individualis, oportunis, pragmatis dan hedonis.

Saya dan keluarga semakin cemas dengan kondisi alam serpong yang terus digerus pembangunan yang membabi-buta. Saya dan keluarga masih tetap berharap,  kenyamanan  kota  Serpong  bisa  hadir  kembali untuk kehidupan yang lebih sehat dan segar bagi semua makhluk hidup yang ada. Akankah harapan ini terwujud? Yaaa.... Tuhan dimana Kau simpan SerpongMu yang dulu? (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Friday, July 24, 2020

Mantra

Negeri Astina tanahnya sangat subur. Rakyatnya hidup damai dan sejahtera. Para pemimpinnya berlaku adil serta bijaksana. Namun, dalam satu tahun terakhir ini,  ketentraman dan kesejukkan negeri Astina terusik dengan hadirnya segerombolan penyihir busuk yang dipimpin mbah Yudo.

Mereka diam-diam ingin menjadi penguasa Astina.  Namanya juga penyihir,  mereka bisa menyamar menjadi apa saja untuk mengelabui rakyat. Melihat keberadaan rakyat Astina yang sangat religius, mbah Yudo and the Geng menyamar menjadi tokoh agama. Mereka mulai merusak mental dan moral rakyat serta sejumlah pemimpin negeri Astina dengan cara menyimpangkan tafsir beberapa ayat yang ada di kitab suci.

Rakyat Astina yang polos dan jujur percaya dengan ‘dakwah’ manis yang diumbar para penyihir. Rakyat pun yakin bahwa mbah Yudo Cs  adalah tokoh agama yang sangat suci. Mendapat reaksi positif rakyat, mbah Yudo dan konconya semakin bersemangat menyebarluaskan ayat-ayat yang ada di dalam  kitab suci yang telah disesatkan penafsirannya. Ayat-ayat suci diubah oleh mbah Yudo dan kawan-kawan menjadi mantra untuk merusak keimanan rakyat Astina.

Di desa Giriloka sebelah selatan negeri Astina, kyai Musa berzikir memohon petunjuk  Tuhan tentang masa depan negeri Astina.  Kyai Musa sudah mencium ada bahaya besar yang mengintai rakyat Astina yang dilakukan mbah Yudo Cs. Kyai Musa prihatin karena rakyat sudah terbujuk dengan ajaran sesat para penyihir busuk yang berujud tokoh agama. Kyai Musa menyadari,  bila dirinya langsung memberantas para penyihir secara terbuka, pasti banyak menelan korban jiwa, terutama rakyat.

Oleh karena itulah, kyai Musa menahan diri. Akhirnya, kyai Musa melakukan perlawanan dengan cara lemah lembut dan melakukan dialog dari hati ke hati kepada rakyat. Kyai Musa terus mengembalikan kebenaran ayat-ayat yang ada di kitab suci yang telah diselewengkan mbah Yudo cs kepada rakyat.

Gerakan kyai Musa akhirnya tercium gerombolan mbah Yudo Cs. Mereka langsung bereaksi dan  menyebar fitnah kepada rakyat bahwa kyai Musa adalah penyihir busuk yang berniat menghancurkan Astina.

Fitnah kejam yang dilancarkan mbah Yudo Cs,  dihadapi kyai Musa dengan  diam dan senyum. Kyai Musa berprinsip bahwa melawan kejahatan tidak harus dengan kejahatan atau kemarahan. Senjata ampuh yang dipakai kyai Musa adalah bersikap tenang. Kyai Musa terus berdoa dan berusaha sambil berserah diri kepada Tuhan. Kyai Musa percaya dan yakin, cepat atau lambat Tuhan akan menunjukkan kebenaran dengan caraNya yang maha ghaib untuk menenggelamkan gerombolan penyihir busuk mbah Yudo Cs. (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Bertutur Sopan, Bertindak Santun

Indonesia adalah negara hukum, bukan negara agama. Tidak ada agama mayoritas atau minoritas yang mendapat keistimewaan hukum di Indonesia. Siapapun Anda, wajib hukumnya untuk menaati hukum. Bila Anda mengalami kekecewaan atau persoalan yang berhubungan dengan hukum, silahkan melakukan tuntutan secara hukum ke pengadilan. Seluruh rakyat Indonesia derajatnya sama di hadapan hukum dan dijamin oleh Undang-Undang. Saya berharap kita semua memahami ini dengan baik dan benar.

Sosial media bukanlah sarana yang tepat untuk mengumbar kekecewan Anda dengan menyebarkan hoax, mengadu domba antar sesama, memfitnah, merusak tatanan kedamaian dan kenyamanan sosial serta menyebar kebencian. Sekali lagi saya sampaikan, pengadilanlah media yang paling tepat untuk mengajukan tuntutan hukum. Ayo kita bersama-sama menghindari bertutur kasar, menghina, menghujat, mengecam atau menjelek-jelekkan orang atau kelompok lain di sosial media.

Seperti kita ketahui dalam beberapa bulan terakhir ini, sebagian kecil masyarakat dengan mengatasnamakan agama tertentu melakukan aksi massa yang tidak lagi menghormati dan menghargai hukum.Tindakan aksi massa dengan mengatasnamakan agama atau mengumbar kebencian melalui sosial media akan merusak kerukunan antar umat beragama dan keutuhan bangsa Indonesia. Sungguh sebuah perilaku yang tidak manusiawi dan jauh dari ajaran kebaikan agama apapun.

Perbedaan SARA bukanlah lahan untuk menciptakan konflik, tapi jadikanlah perbedaan SARA sebagai anugerah Tuhan yang wajib kita syukuri bersama. Agama akan menjadi solusi terbaik bagi kehidupan manusia, bila dalam pelaksanaannya tetap menjaga dan menghormati perbedaan sosial dan tidak melanggar hukum. Agama akan menjadi alat penghancur manusia yang paling mengerikan, bila dalam penerapannya tidak lagi menghormati keberagaman SARA dan merusak sendi-sendi hukum.

Sekali lagi saya ingin mengingatkan, ayo kita bersama-sama bertutur sopan dan bertindak santun di sosial media maupun dalam realitas kehidupan beragama di Indonesia. Siapapun Anda [tokoh agama, politisi, guru, pejabat dan rakyat kecil sekalipun] jangan jadikan agama sebagai alat pembenaran untuk mendiskreditkan orang atau kelompok lain. Indonesia bukan negara agama, tetapi negara hukum.

Pisang goreng sudah matang tinggal disantap, rasanya nikmat bener kalo ditimpali dengan secangkir teh tubruk anget. Tea break dulu mas broo

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Percik Api di Negeri Ragunan

Alkisah di negeri Ragunan yang damai, kawanan sembilan naga sedang uring-uringan karena sebagian besar daerah kekuasaannya diobok-obok sang babi. Sebenarnya, popularity biologis sang babi ini masih satu keturunan dengan nenek moyang sembilan naga. Dalam kehidupan sehari-hari, kawanan sembilan naga suka foremost api. Sedangkan, sang babi lebih suka fundamental air. Sembilan naga hobi melanggar aturan dan curang. Sedangkan sang babi selalu tertib hukum dan jujur. Melihat semakin terancam posisinya, sembilan naga mulai mencari-cari dukungan untuk melawan sang babi. Keledai dungu yang sudah lama mengamati kepusingan sembilan naga, langsung menawarkan diri kepada kawanan sembilan naga untuk melawan sang babi. Agar tawarannya diterima sembilan naga, keledai dungu menyamar menjadi gerombolan onta untuk menutupi kebodohannya. Ketika melobi kawanan sembilan naga, Keledai dungu mengaku bahwa dirinya sangat kuat dan hebat karena mendapat dukungan dari sang sapi yang pernah menjadi raja preman di negeri Ragunan. Akhirnya, sembilan naga setuju dan mulailah mereka berkomplot melakukan perlawanan sengit terhadap sang babi.

Sang babi mulai kewalahan dikeroyok kawanan sembilan naga, gerombolan onta palsu dan sang sapi yang bersahabat dengan sang kuda. Sang babi mulai letih. Padahal, dalam duel maut itu, sang babi sudah mengeluarkan berbagai jurus sakti mandraguna, karena lawannya terlalu banyak, akhirnya sang babi lelah juga, tetapi ogah untuk menyerah. Melihat pertarungan yang tidak seimbang, kera putih yang menjadi pemimpin negeri Ragunan tak tinggal diam. Sesungguhnya, kera putih sudah lama ingin menghajar sembilan naga, kelompok keledai dungu dan pasukan sang sapi, namun momennya belum pas. Selama ini, kera putih sudah tahu, kalau negeri Ragunan selalu dibuat kacau-balau oleh mereka. Kolaborasi jahat sembilan naga, keledai dungu dan sang sapi sudah sangat meresahkan rakyat negeri Ragunan. Dalam menghadapi mereka, kera putih mengerahkan pasukan elitnya untuk berperang. Melihat ada dukungan spontan dari kera putih dan seluruh penghuni negeri Ragunan, semangat sang babi bangkit lagi untuk melakukan perlawanan, tetapi dengan cara yang lemah lembut, namun mematikan seperti yang dilakukan kera putih dan pasukan elitnya.

Perkelahian berdarah ini berlangsung berbulan-bulan dan banyak memakan korban jiwa, harta dan benda. Seluruh penghuni negeri Ragunan pun ikut berjuang membantu kera putih dan sang babi melawan gerombolan sembilan naga dan onta palsu Cs. Perlahan tetapi pasti, satu in step with satu penyamaran keledai dungu terbongkar dan mereka berhasil ditangkap dan dihukum mati. Begitu juga kawanan sembilan naga, usaha mereka mulai surut. Kekuatan serta kekuasaan kawanan sembilan naga semakin menipis. Perlawanan sang sapi juga mulai goyah karena para pendukungnya sudah banyak yang diringkus dan menyerah. Sang sapi pun bersiap-siap untuk menyerah, tapi masih gengsi. Sang sapi menyadari, kalau dia menyerah kalah, risikonya semua keluarga sang sapi akan dibabat habis oleh pasukan elit kera putih. Gerombolan onta palsu Cs dan sang sapi sangat takut dengan kehebatan pasukan elit kera putih yang selalu setia kepada negeri Ragunan. Pasukan elit kera putih juga siap berjihad dengan siapapun untuk membela rakyat dan bangsa negeri Ragunan. Perjuangan sang babi dalam memberantas kejahatan tidak sia-sia. Antara kera putih dan sang babi memang mempunyai tujuan hidup yang sama yaitu menjaga rakyat dan bangsa negeri Ragunan agar aman, nyaman, sejahtera dan terhindar dari kejahatan. Tuhan telah mempertemukan keduanya untuk menyelamatkan negeri Ragunan yang hampir saja terancam hancur. Berkat perjuangan kera putih, sang babi, pasukan elit serta seluruh rakyat, negeri Ragunan berangsur-angsur kembali tenang dan damai [tamat].

Www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Thursday, July 23, 2020

Sejuk Dalam Perbedaan

Usai menghadiri pesta perkawinan sahabat (pagi tadi), ada makna yang sungguh berkesan bagi saya. Dalam sebuah aula besar, ada tiga pasangan pengantin dengan corak ragam pakaian berbeda. Ada yang menonjolkan pakaian adat tradisional, ada yang bergaya fashion internasional, ada juga yang mengekspresikan simbol-simbol keagamaan. Semua pasangan pengantin tampak sumringah, berbahagia. Setiap pasangan pengantin tak henti-hentinya bersalaman sambil sebentar-sebentar berfoto bersama rombongan tamu undangannya.

Tamu yang datang jumlahnya cukup banyak. Penampilan para tamu juga aneka ragam. Saya lihat, dari setiap tamu yang datang dan berpapasan dengan tamu lainnya, mereka menebar senyum walaupun tidak saling kenal dan pengantin yang mereka kunjungi juga berbeda dengan pengantin yang saya sambangi. Semua tamu ikut larut berbahagia dan memberikan restu pada pasangan pengantinnya masing-masing.

Setelah berfoto dan bersalaman dengan pengantin, Saya bersama tamu-tamu lainnya, langsung ke meja prasmanan dan menikmati hidangan sambil ngobrol ngalor-ngidul dan bersejuk-sejuk ria merasakan dinginnya AC ruangan. Ohh…nikmatnya. Saya dengar hampir setiap tamu berseloroh dan berdecak kagum melihat kecantikan dan ketampanan setiap pasangan pengantin. Kalimat yang keluar dari mulut mereka begitu enak didengar dan friendly. Suasana kebersamaan dalam banyak perbedaan antar tamu mengkristal menjadi sebuah ikatan persaudaraan dan saling berbagi kebahagiaan.

Melihat kebahagiaan massal dalam pesta pernikahan itu, saya jadi ingat soal gemuruh pilkada dan Pilpres di Indonesia. Saya membayangkan, bila saja pilkada dan Pilpres itu sama dengan pesta perkawinan yang saya kunjungi pastilah sejuk dan damai. Cuma sayangnya, pilkada dan Pilpres ini malah kebalikkannya. Perbedaan yang ada justru malah menjadi ladang konflik. Semestinya, perbedaan apapun (SARA) hanya diberlakukan dalam ranah privasi bukan dalam ranah publik. Tak perlu ada paksaan apapun untuk menyamakan banyaknya perbedaan dalam memilih pemimpin. Justru perbedaan wajib dipelihara dengan baik oleh siapapun agar kedamaian tetap terjaga dan lestari hingga akhir zaman. Gimana menurut Anda?...Bersejuk-sejuklah dalam perbedaan. Ngerokok dulu ah... sebatang sebelum pulang....(Foto/Ilustrasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Urat Syahwat Sang Ustadz

EPISODE SATU : Ustadz Jimmi Abduloh yang beken dengan panggilan AA-Jim sangat popular di kalangan remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak [lebih banyak ibu-ibu sih penggemarnya]. AA-Jim kalo dakwah kalem, kata-katanya adem dan banyak lucunya. AA-Jim mubaligh idola kota Astina. Keterkenalan AA-Jim bermula dari pernikahannya dengan teh Nunung. Ayah teh Nunung, kyai Rozak sangat disegani di kota Astina karena kearifannya dalam berdakwah. Kyai Rozak berbaur dengan siapa saja, ngak pilih-pilih SARA. Kyai Rozak ngak pernah ikut campur urusan politik. Kerjanya cuma dakwah melulu dan selalu ngajak berbuat baik antar sesama umat beragama. Santri lulusan pesantren kyai Rozak bejibun dan banyak yang sudah ngetop.

Tadinya sih, AA-Jim cuma ustadz biasa-biasa aja, dakwahnya juga ngak ada yang istimewa. Kebesaran nama kyai Rozak mendongkrak AA-Jim menjadi pendakwah ngetop di negeri Astina. Sejak saat itulah, rezeki AA-Jim mengalir deras. AA-Jim punya pesantren dan muridnya ratusan, punya stasiun TV & radio, punya perusahaan travel umroh, punya perusahaan air minum mineral dan puluhan perusahaan lainnya yang tersebar di kota Astina. Para pedagang asongan, langsung berkerumun mengais rezeki, ketika AA-Jim berdakwah di mesjid-mesjid sekitaran kota Astina. Tarif dakwah AA-Jim melesat mahal. Dalam kurun waktu tidak lebih dari tiga tahun, AA-Jim menjadi salah satu mubaligh kaya raya. AA-Jim ngisi dakwah dimana-mana, di beberapa stasiun televisi dan radio serta menulis artikel kecil untuk rubrik siraman rohani di koran. Hebatnya lagi AA-Jim juga menciptakan lagu untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Saya masih inget betul lagunya yang berjudul ‘Pilihan Hati’ sangat hafal dinyanyikan ibu-ibu pengajian. Kini, AA-Jim sudah menggenggam status mubaligh kondang dan berharta melimpah. Sungguh sebuah nikmat Tuhan yang layak disyukuri.

EPISODE DUA : Pagi-pagi, sekelompok ibu-ibu muda yang sedang pilah-pilih sayur di gerobak sayur mang Engkos ngerumpiin AA-Jim. Rumorsnya, katanya AA-Jim naksir berat teh Lilis, janda muda cantik, berbodi bahenol yang tinggal di sekitar pesantren. Kabarnya, teh Lilis itu sepupu mantan orang penting di kota Giriloka. Rumpian ibu-ibu, ternyata bukan gosip murahan, tapi fakta nyata. Sebenarnya [telah jadi rahasia umum], antara AA-Jim dan teh Lilis sudah pacaran, tapi backstreet. Hubungan asmara terlarang itu, akhirnya tembus ke kuping teh Nunung. Teh Nunung marah besar, tapi ditahan karena menjaga nama baik ayahnya kyai Rozak. Hati teh Nunung hancur melihat kelakuan AA-Jim. Teh Nunung lebih memilih diam. AA-Jim yang sudah tidak mampu lagi mengendalikan urat syahwatnya ini, bukannya istighfar [meminta ampun pada Tuhan dan teh Nunung], malah semakin lupa diri dan getol ngapelin teh LIlis dengan alasan ngajarin teh Lilis ngaji. AA-Jim cuek-bebek dengan omongan negatif warga sekitar pesantren. AA-Jim ngak malu-malu lagi merangkul pinggul teh Lilis di depan umum. Bahkan, di depan para jamaah wanita saat dakwah, AA-Jim ngomong, “Poligami boleh, asal ada izin dan disetujui istri. Saya kalo mau poligami, pasti minta izin ke teh Nunung,” kata AA-Jim. Ternyata, AA-Jim bukan hanya sekadar ngomong soal poligami. Faktanya, AA-Jim sudah minta izin ke teh Nunung untuk menikahi teh Lilis alias poligami. Inilah yang membuat teh Nunung marah besar. Teh Nunung, tak rela dimadu. Belum lagi omongan tetangga yang mencap AA-Jim sebagai ‘Ustadz Syahwat’. AA-Jim semakin lupa diri. Dalam hatinya, AA-Jim berkata “Peduli setan dengan teh Nunung, Kyai Rozak dan luka hati para jamaah”. Akhirnya, teh Nunung dengan sangat terpaksa mengizinkan AA-Jim menikah untuk menghapus omongan kotor masyarakat dan menjaga nama baik ayahnya kyai Rozak. Satu minggu sebelum pernikahan, teh Nunung ngomong kepada AA-Jim, “AA…kalo memang ini kehendak Tuhan, biarlah ini menjadi rezeki bersama. Tapi,… kalau memang ini ujian, AA…jangan kaget kalau ada sesuatu dibalik pernikahan ini yang tidak kita ketahui,” kata teh Nunung dengan suara lirih. AA-Jim hanya tersenyum.

Blaaarrr….weeessss…., satu minggu setelah pernikahan, ibu-ibu pengajian langsung menghujat AA-Jim dan menyebut AA-Jim sebagai ‘Ustadz Birahi’. Jamaah AA-Jim menyusut drastis. Sebagian besar santrinya ‘bedol desa’ ke pesantren lain, semua partner usaha perusahaan AA-Jim memutus kontrak kerjasama, pedagang asongan ogah mendatangi dakwah AA-Jim. Hampir semua stasiun TV dan radio tidak lagi mengundang AA-Jim untuk berdakwah karena ratingnya merosot tajam. Kepopuleran AA-Jim mendadak sirna. Kekayaan AA-Jim ludes. Status AA-Jim sebagai mubaligh kondang tenggelam ke dasar laut yang paling dalam. Sungguh sebuah akibat tidak mensyukuri nikmat.

EPISODE TIGA : Di kota Giriloka lagi ramai-ramainya beberapa ormas dan sejumlah tokoh islam berdemo dengan mengatasnamakan bela islam. Mereka menuntut presiden Baidowi segera menangkap kho Aseng karena dinilai menistakan ayat kitab suci. Diantara kerumunan massa dan tokoh agama yang sedang aksi demo, ada AA-Jim dengan sorban putih sedang berteriak lantang memotivasi para pendemo agar terus menyuarakan ‘penjarakan kho Aseng!!!’. Kontan saja, dalam beberapa detik, media online langsung memberitakan comeback-nya AA-Jim. Tapi, bukan untuk berdakwah, melainkan menuntut agar Kho Aseng segera ditangkap dan dipenjara. AA-Jim ngak sadar, kalo Jamaah sudah tidak percaya lagi dengannya, terlebih lagi, AA-Jim ikut aksi demo yang dinilai meresahkan rakyat karena menabrak undang-undang dan melanggar aturan hukum yang berlaku. Sebagian masyarakat lainnya menilai AA-Jim berupaya memanfaatkan aksi demo untuk meraih kembali popularitasnya di zaman baheula. Tapi sayangnya, jamaah sudah semakin cerdas. Usaha AA-Jim mubazir. Dakwah AA-Jim tidak lagi ditunggu-tunggu umat. AA-Jim cuma ustadz biasa-biasa saja. Sungguh sebuah akibat melupakan nikmatNya.[TAMAT].

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Jakarta

Jakarta memiliki ratusan juta kisah unik dan nyentrik  dalam frame obrolan pengunjung warung kopi (warkop) dan Kafe. Siapa saja boleh ngomongin pahit getirnya hidup  di kota Betawi alias Jakarta tanpa batas. Suasana dan irama hidup di kota Jakarta, kalau mau diumpamakan seperti secangkir kopi pahit yang bila diminum secara perlahan akan terasa nikmatnya.

Memotret  perilaku  sehari-hari warga Jakarta tidaklah sulit. Kita tidak perlu melakukan research panjang yang bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Setiap hari,  kejujuran dan kebohongan warga Jakarta bisa kita dengar melalui kongkow rileks pengunjung  warkop yang banyak tersebar pinggir  jalan raya kota Jakarta. Jakarta dalam frame obrolan warkop adalah kota yang  ribet, panas, macet dan segudang masalah sosial lainnya, namun Jakarta tetap  mengasyikkan bagi siapa saja.

Warkop menjadi zona ngobrol  bebas dan santai.  Di warkop, kita  bisa ngomong  seenaknya tanpa perlu disensor.  Bahan obrolan juga bisa beraneka ragam mulai dari tunggakan kreditan motor,  biaya sekolah anak yang semakin mahal, istri yang cerewet  dan mata duitan, update model HP terbaru, pembongkaran lokasi prostitusi,  berita pembunuhan dan kasus korupsi anggota DPR yang ditayangkan  TV,  pasar malam yang murah meriah,  pelecahan seks di angkutan umum, judi bola kecil-kecilan, dikecewain cewek selingkuhan, istri muda yang hobi belanja  dan masih banyak lagi cerita-cerita nyentrik lainnya  yang ada di Jakarta  (kalau diurai satu persatu,  artikel ini tidak  kelar-kelar).

Pengunjung warkop bukan hanya  bebas ngomong, tetapi juga bebas  berpakaian dan bebas  duduk dengan cara semaunya. Pokoknya semuanya serba bebas.   Obrolan  di warkop  semakin seru dan  nikmat karena ditemani secangkir kopi panas, singkong rebus dan sebatang rokok kretek. Sayangnya, ngopi di warkop harus bayar cash alias tunai. Kartu kredit bank apapun,  tidak berlaku. Jakarta dalam frame obrolan warkop  adalah  kota multiproblem yang tidak pernah sepi 1X24 jam.

Semua kebebasan yang ada di warkop, tidak akan pernah bisa dinikmati, kalau kita ngopi di kafe dalam kawasan pusat perbelanjaan mewah dan  elit di   Jakarta.  Pengunjung setia kafe,  mau tak mau,  harus menjaga imagenya,  baik dalam gaya bicara, gaya berpakaian, gaya duduk dan  gaya bayar dengan berbagai pilihan kartu kredit.

Topik  obrolan di kafe tidak seperti di warkop. Obrolan di kafe lebih banyak didominasi tentang soal harga saham, beli mobil baru, nonton konser musik,  jalan-jalan ke Eropa, beli HP baru dan semua barang-barang branded.  Jakarta dalam frame  obrolan kafe adalah kota tempat pesta. Siapa saja bisa merasakan kemewahan Jakarta selama 1x24 jam.

Dari kaca mata pengunjung warkop dan kafe,  kita sudah bisa membedakan fakta kehidupan orang Jakarta.  Jakarta terbuka & netral bagi siapa saja. Jakarta tidak pilih kasih soal  suku, agama, golongan, status sosial ekonomi dan semacamnya.  Siapa saja bisa menikmati Jakarta dari pagi hingga dini hari dengan gayanya sendiri-sendiri. Salut  Jakarta! [Wawan Kuswandi]

(Foto/Ilustasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com