Monday, July 20, 2020

Hak Anak

Hasil penelitian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama lembaga pegiat eksploitasi seksual komersial anak (ECPAT) Indonesia, menyebutkan bahwa terdapat 10 wilayah kunjungan wisata di Indonesia yang masih menjadi lokasi praktik kekerasan dan eksploitasi seksual anak. (BBC 2 Januari 2018)

Sepuluh daerah tersebut ialah, daerah Karang Asem (Bali), Gunung Kidul (Yogyakarta), Garut (Jawa Barat), Toba Samosir (Sumatra Utara), Bukit Tinggi (Sumatra Barat), Lombok (Nusa Tenggara Barat), Kefamenanu (Nusa Tenggara Timur), Jakarta Barat serta Pulau Seribu (DKI Jakarta).

Ribuan kasus kejahatan disertai kekerasan seks terhadap anak terus terjadi setiap hari di Indonesia. Namun, sebagian besar kasus itu, luput dari liputan media massa. Pertanyaannya ialah, ada apa dengan moral bangsa ini?

Pernahkah Anda sebagai orang tua atau guru bertanya, apakah Anda sudah memenuhi hak-hak anak? Sudahkah Anda mendengarkan keluh-kesah anak? Sudah cukupkah Anda memberi perhatian lahir dan bathin kepada anak? Sudahkah Anda mengajarkan kepada anak tentang perilaku dan moral yang baik dan benar? Sudahkah Anda membekali anak, bagaimana cara melindungi diri dari bahaya kejahatan seks? Silahkan Anda renungkan.

Kejahatan disertai kekerasan seks terhadap anak, saat ini semakin marak di Indonesia. Kasus kejahatan dan kekerasan seks hampir terjadi secara serempak, baik di kota maupun di desa. Para pelakunya juga orang-orang terdekat, seperti orang tua kandung, orang tua tiri, abang atau kakak, kerabat keluarga, paman, guru, tetangga maupun teman sekolah.

Fenomena kejahatan kekerasan seks terhadap anak bagaikan sebuah teka-teki silang yang terkadang mudah dan juga sulit untuk menemukan solusinya. Umumnya, anak yang menjadi korban kejahatan kekerasan seks lebih memilih silent victim.

Bahkan, kasus kejahatan dan kekerasan seks tidak akan berlanjut ke proses hukum, bila ada perdamaian antara si korban dan si pelaku. Tentu saja, kondisi ini tidak akan memberikan efek jera bagi pelaku. Ancaman hukuman yang berat pun, bukan jaminan bisa mengurangi kejahatan kekerasan seks terhadap anak.

Kejahatan kekerasan seks membutuhkan penanganan secara menyeluruh. Jadi, bukan hanya aspek hukum saja. Bangsa ini harus melakukan refleksi, evaluasi dan koreksi total terhadap sistem pendidikan nasional dan pengajaran agama. Bangsa ini harus menjaga, memelihara dan melindungi hak-hak anak. Semua itu harus dilakukan secara integralistik. Saya melihat ada yang sesuatu yang salah dengan sistem pendidikan nasional dan pengajaran agama kepada anak-anak. Pengawasan dan bimbingan guru maupun orang tua di rumah juga belum maksimal. Bahkan, para orang tua sudah terlalu banyak melalaikan hak-hak anak.

Selama ini, penanganan kejahatan kekerasan seks terhadap anak, hanya sebatas menangkap pelaku dan memberi hukuman yang berat. Seharusnya, penanganan kejahatan kekerasan seks lebih difokuskan kepada tindak pencegahan dengan mengevaluasi berbagai perangkat sosial serta sistem pendidikan yang telah saya sebutkan diatas.

Orang tua dan guru harus secepatnya menyadari bahwa betapa pentingnya pendidikan seks kepada anak sejak awal dengan cara memberi pengajaran seks yang baik dan benar secara terbuka. Anak harus mengetahui arti penting hubungan seks. Selain itu, anak juga harus diajarkan untuk berani berbicara kepada orang tua, guru serta aparat hukum bila mengalami kejahatan kekerasan seksual. Di sinilah anak-anak Indonesia harus mendapatkan hak-haknya secara penuh. [ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Politik Indonesia 2018

Peta politik Indonesia tahun 2018, kemungkinan besar suhunya akan semakin meningkat tajam hingga mencapai puncaknya tahun 2019. Kemenangan Anies-Sandi dalam pilgub Jakarta, beberapa waktu lalu, menjadi salah satu faktor penting yang akan menghiasi kancah perpolitikan nasional di tahun 2018 hingga tahun 2019.

Tak bisa dipungkiri, Jakarta menjadi pusat kekuatan ekonomi dan politik Indonesia. Peran gubernur Jakarta akan sangat berpengaruh besar dalam irama politik nasional, terutama menjelang pemilihan presiden tahun 2019 mendatang. Kepemimpinan presiden Jokowi tentu akan banyak mendapatkan tantangan dari rivalnya yaitu Prabowo Subianto yang didukung penuh Anies-Sandi. Kekalahan Ahok dalam pilgub Jakarta, sedikitnya juga akan membawa pengaruh kuat bagi kepemimpinan presiden Jokowi dalam pilpres 2019.

Seperti diketahui, presiden Jokowi merupakan figur pemimpin Indonesia yang berhasil mendobrak budaya militerisme di Indonesia. Sosok Jokowi sebelum jadi presiden, dia bukan dari lembaga elit militer, elit agama dan elit politik. (Zaman Gus Dur, Megawati dan BJ Habibie, mereka merupakan presiden sipil yang berkiprah secara aktif sebagai elit partai politik).

Prabowo Subianto kemungkinan besar akan memanfaatkan peran gubernur Jakarta untuk mengendalikan kekuatan ekonomi dan politik nasional. Sejumlah skenario politik akan ?Dimainkan? Oleh pesaing presiden Jokowi dengan melakukan gerakan dan propaganda politik yang dibalut dengan isu agama (mengulangi propaganda yang membawa nilai-nilai agama islam, saat pemilihan gubernur Jakarta).

Sejumlah partai yang berseberangan dengan koalisi partai pendukung pemerintahan Jokowi, secara perlahan sudah mulai melakukan gerakan dan propaganda politik yang dibalut dengan isu agama untuk mendapatkan simpati rakyat, terutama di wilayah yang konstituennya besar, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pilpres 2019 yang diawali dengan pilkada2018, tentu akan banyak didominasi oleh propaganda isu agama dalam politik. Kelompok-kelompok Islam garis keras yang pro Prabowo Subianto dan Anies Baswedan akan semakin berani berperan aktif dalam peta politik nasional.

Anies Sandi juga akan ikut berperan besar dalam mendukung Prabowo Subianto. Kemungkinan besar, Anies-Sandi akan memperluas foundation dukungannya ke kelompok-kelompok demokrat dan nasionalis, tanpa melupakan basis islam garis keras yang menjadi pendukung utamanya.

Propaganda politik dengan isu agama dalam pilkada 2018 dan pilpres 2019 akan menjadi tantangan terbesar yang akan dihadapi presiden Jokowi. Untuk menghadapi tantangan ini, Presiden Jokowi harus tetap konsisten memperkuat komitmennya terhadap kelompok islam konservatif dan moderat serta non muslim, tanpa melalaikan kelompok sekular yang selama ini juga ikut berperan mendukungnya.

Selain persoalan agama, Presiden Jokowi juga harus berjuang keras mengatasi masalah ekonomi dan kendala investasi dalam negeri serta berperan aktif untuk memberikan solusi terbaik terhadap berbagai persoalan keamanan regional.[foto:ist] [ Wawan Kuswandi ]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Sunday, July 19, 2020

PKS versus GERINDRA

Aroma friksi antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tampak semakin tajam. PKS diduga kuat tetap konsisten ingin menerapkan hukum syariat islam di Indonesia. Sedangkan sejumlah elit politik Gerindra ingin menjadikan Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis.

Setelah Anies-Sandi memang dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, sejumlah elit politik PKS mengklaim kemenangan Anies-Sandi merupakan kontribusi terbesar PKS. Sedangkan, beberapa elit politik Gerindra membantah bahwa partai yang diketuai Prabowo Subianto ini, kontribusinya sangat kecil dalam memenangkan Anies-Sandi.

Berdasarkan dua tujuan politik berbeda inilah, akhirnya ?Kemesraan? Gerindra dan PKS mulai retak. Keretakan ini akan sangat berpengaruh bagi Anies-Sandi dalam memegang kendali Jakarta.

Tidak lama lagi, publik Jakarta akan menyaksikan drama politik beraroma islam (PKS) dan nasionalis (Gerindra) dalam sejumlah regulasi Jakarta yang akan dikeluarkan Anies-Sandi. Kepemimpinan Anies-Sandi seperti boneka yang mudah diatur oleh elit politik PKS dan Gerindra.

Ada dua kemungkinan besar yang bisa menyebabkan koalisi PKS dan Gerindra pecah yaitu pertama, PKS diduga kuat tetap ngotot agar semua kebijakan yang dikeluarkan Anies-Sandi mengacu pada syariat islam. Kedua, Gerindra menolak keras ambisi PKS untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang memakai hukum syariat islam.

Akibat nyata dari friksi kedua partai politik ini ialah kepemimpinan Anies-Sandi menjadi tidak efektif dan produktif dalam membangun kota Jakarta. Partai Gerindra dan PKS juga dipastikan akan mengalami kesulitan dalam menentukan calon presiden (capres) dan wakil calon presiden (wacapres) dalam Pemilihan Umum tahun 2019 mendatang. [ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Renungan Akhir Tahun

Saya percaya setiap manusia memiliki  perkataan baik, pikiran baik dan perbuatan baik. Kebaikan  pasti mempunyai jalannya  sendiri di alam semesta.

Malam pergantian tahun, selalu menjadi momen penting untuk mengevaluasi seluruh perkataan,  pikiran dan perbuatan yang telah saya lakukan,  baik terhadap diri sendiri  maupun  kepada seluruh  makhluk hidup ciptaan Tuhan.

Saya ingin hidup lebih baik lagi dan bermanfaat  bagi semua penghuni jagat raya.  Dalam konteks yang sama, saya juga bermimpi agar seluruh pejabat negara ini memberi kebaikan dan kebermanfaatan hidupnya untuk rakyat.

Sepanjang tahun 2017 lalu, perilaku korup oknum pejabat  legislatif, eksekutif maupun yudikatif, silih berganti diekspos media massa.  Sebagai salah satu bagian dari rakyat,  saya  ‘kecewa’  melihat  kejahatan  pejabat negeri ini.   Rasa kecewa yang saya alami setiap hari,  tidak bisa disetarakan dengan penyakit kanker stadium empat.  Saking  kecewanya, akhirnya saya terbiasa dengan rasa kecewa. Kini,  saya tidak lagi mempedulikan kekecewaan itu.

Saya  berpikir, biarlah kejahatan  itu menemui  takdirnya  kelak.  Saya sangat yakin, ketika hukum terus berkolusi dengan  kejahatan dan ketika rakyat semakin tidak berdaya,  Tuhan akan menurunkan mukjizatNya  ke bumi.

Seperti dalam cerita-cerita film action Amerika atau sinetron ‘sabun’ di TV nasional,  biasanya para penjahat memiliki kehebatan yang luar biasa.  Disisi lain ‘jagoan’ pembela kebenaran  selalu kalah di babak awal. Tetapi akhirnya menjadi ‘the winner’ di babak akhir.

Disaat-saat kritis ketika kebenaran  mulai tenggelam, Tuhan pasti akan membalikkan keadaan.  Tanpa kita sadari, kejahatan justru akan tenggelam.  Menangnya kebenaran saat berduel dengan kejahatan tidak lepas dari campur tangan Tuhan  yang tidak kita ketahui modus operandinya.

Jujur saja,  saya sebenarnya tidak mau  Tuhan  ikut campur dalam menghukum para koruptor,   karena ‘senjata’  Tuhan yang  maha gaib  dampaknya  bersifat massal.  Hal inilah yang membuat saya takut.  Oleh karena itulah, sebelum hukuman Sang P emilik Jagat raya menukik  ke bumi,  Saya menjadikan momen pergantian waktu (tahun, bulan,  hari, jam, menit dan detik)  sebagai dasar  untuk ‘bersih-bersih’ diri.

Semoga ‘makhluk’ yang bernama kebaikan selalu menjaga alam semesta  sepanjang masa. Dalam tulisan kecil ini,  izinkan saya berdoa,  ‘Semoga  seluruh penghuni alam semesta  selalu  menjaga kebersihan dan kesucian diri hingga akhir zaman, Aamiin…’ [ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Negeri Palsu

Hebohnya kasus makam palsu dan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) palsu, beberapa waktu lalu, sempat membuat pemerintah Indonesia sedikit repot. Padahal, sebenarnya, skandal palsu-memalsu di Indonesia sudah ada sejak zaman Soeharto.

Jadi, masyarakat tak perlu panik soal barang palsu. Belum lama rasanya, kasus vaksin palsu menggegerkan sejumlah stake holder negeri ini. Sejumlah masyarakat jadi korban. Pemerintah pun dituntut untuk bertanggungjawab.

Kasus palsu-memalsu di Indonesia bukan barang baru. Dalam dua puluh tahun terakhir ini, beberapa media massa pernah memberitakan tentang ijazah palsu, dokter palsu, obat palsu, gelar palsu, hukum palsu, pejabat palsu, hadiah palsu, CD palsu, HP palsu, alat elektronik palsu dan ribuan produk palsu lainnya yang kalau disebutkan satu in keeping with satu, artikel kecil ini tak akan pernah kelar ditulis. Bahkan, belum lama ini ada oknum yang memalsukan jenis kelamin dan menikah.

Soal kuliner (makanan dan minuman) juga banyak yang palsu. Mulai dari makanan kemasan dan masakan warung tenda yang berserakan dipinggir jalan. Anda pasti sering menjumpai spanduk warung tenda yang bertuliskan kata-kata ?Soto Ayam Asli Lamongan?, ?Ayam Bakar Asli Bumbu Bali?, ?Gudeg Jogya Asli?, ?Soto Betawi Asli? Dan masih banyak lagi klaim kuliner asli-asli lainnya. Kata Asli menjadi begitu penting untuk menutupi sebuah kepalsuan.

Salah satu brand yaitu produk T-Shirt dan sepatu yang cukup famous di dunia juga dipalsukan di Indonesia. Produk style dan aksesoris palsu juga ratusan jumlahnya. Khusus untuk produk kosmetik dan obat-obatan palsu, akibatnya bisa berbahaya bagi kesehatan fisik manusia (kecuali gigi palsu).

Hebatnya lagi, produk-produk palsu ini menguasai pasar domestik (mungkin karena harganya murah). Produk palsu juga memainkan peran penting dalam menggerakkan sektor riil perekonomian sosial kelas menengah ke bawah.

Menjamurnya produk palsu di Indonesia berkaitan erat dengan fame sosial ekonomi (SES) masyarakat yang masih rendah. Umumnya, produk palsu harganya murah dan peminatnya pun bejibun. Disisi lain, tingkat kepuasan manusia Indonesia yang menggunakan produk palsu semakin tinggi.

Menyangkut sanksi hukum terhadap para produsen barang-barang palsu, Pemerintah sangat lamban. Pemerintah juga lalai mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memakai produk asli. Di sisi lain, pemerintah tidak mampu menekan produsen yang memproduksi barang-barang asli untuk menjual produknya dengan harga yang terjangkau publik.

Menurut saya, penggunaan produk palsu atau asli adalah hak publik selama tidak membahayakan secara fisik dan mental. Tetapi, bila produk palsu itu sudah membahayakan dan menimbulkan keresahan sosial, maka negara perlu menindak tegas pelakunya. Sekarang, Mana yang Anda pilih, produk asli atau palsu? [ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Saturday, July 18, 2020

Agama Tutur

Daya kritis dan pengetahuan agama orang Indonesia, terutama kaum muslim sangat lemah dan kropos,  bahkan terbilang tidak cerdas. Mengapa ini bisa terjadi? Pertanyaan ini wajib kita renungkan bersama.

Apa itu agama tutur? Agama tutur adalah panduan cara bersikap dan berperilaku yang dilakukan seseorang atau sekelompok masyarakat, setelah mereka mendapat ajaran dari sejumlah tokoh agama melalui tutur kata alias lisan.

Penganut agama di Indonesia sangat beragam. Setiap warga negara Indonesia berhak memilih agama yang diyakininya dan dijamin oleh Undang-Undang (UU).  Umumnya, semua agama, baik di dunia maupun di Indonesia,  mengajarkan kebaikan berdasarkan petunjuk Tuhan melalui kitab suci dan hadist nabi.

Kalau setiap agama mengajarkan kebaikan, lantas mengapa di Indonesia  sering terjadi konflik berbau agama? Bahkan, ada salah satu agama di Indonesia dicap sebagai agama radikal yang terus-menerus merusak sendi-sendi perdamaian antarumat beragama? Bukankah ini bertentangan dengan ajaran agama? Mengapa ini bisa terjadi? Pertanyaan kritis ini cukup menguras pikiran saya untuk mencari jawabannya.

Konflik berbau agama di Indonesia terjadi karena sebagian besar masyarakat, terutama kaum muslim, dalam mempelajari agama hanya mendengarkan omongan atau  tutur kata seorang tokoh agama. Sebenarnya,  setiap pernyataan seorang tokoh agama, wajib kita kritisi. Namun faktanya, khususnya kaum muslim, mereka sangat malas dan tidak mau mendalami agama melalui kitab suci (Al Qur’an) dan membaca berbagai buku tentang ajaran agama islam.

Akibatnya, daya kritis dan pengetahuan agama islam kaum muslim  Indonesia sangat lemah,  bahkan terbilang tidak cerdas. Mereka lebih percaya kepada tutur kata tokoh agama, dibandingkan dengan banyak membaca buku-buku agama dan mendalami ayat-ayat yang ada di dalam kitab suci. Efek yang terjadi adalah kaum muslim di Indonesia seringkali  meyakini sejumlah mitos dan kebudayaan sebagai ajaran agama.

Yang lebih mengerikan lagi ialah banyak ‘penjahat’ yang berkedok tokoh agama memanipulasi tafsir ayat-ayat yang ada di dalam kitab suci  untuk kepentingan pribadinya atau kelompoknya. Disinilah terjadi penyesatan. Fakta yang lebih mengenaskan lagi ialah sebagian besar umat muslim di Indonesia, umumnya langsung percaya dengan tutur kata seorang tokoh agama tanpa mau mengkritisinya. Semoga kaum muslim  menyadari hal ini. Aamiin….Wassalam.[ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

“Kami Tunggu Laporan Keluarga Korban”

Suasana duka begitu kental menyelimuti rumah adik saya  di kompleks perumahan Melati Mas, Serpong. Hawa pagi yang teramat dingin dan tenang menjadi semakin sempurna dengan merdunya lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an yang disuarakan perlahan oleh para pelayat yang datang.

Yaaah…  kalau takdir sudah jatuh tempo, maka tak ada lagi tawar-menawar waktu untuk mengulur kematian. Sekitar pukul 12.15 WIB, telepon selular berbunyi  berulang-ulang. Saya  yang baru saja tertidur langsung terbangun. Terdengar suara kecil diiringi isak tangis. Adik saya mengatakan bahwa mertua lelakinya telah berpulang ke pangkuanNya. Innalillahi…. saya kaget. “Kata saksi yang berada di tempat kejadian, papa ditabrak motor yang melaju kencang sekitar pukul sebelas malam,” ucapnya terisak.

Dari rangkaian fakta yang disampaikan beberapa saksi mata yang diceritakan adik di tempat kejadian, saya menganalisis ada tiga hal tragis seputar kasus kecelakaan  ini. Pertama ialah saat korban (mertua lelaki adik saya)  tergeletak tak berkutik,  justru orang-orang  yang berada di tempat kejadian hanya berkerumun  melihat korban yang bersimbah darah di tubuhnya. Tak ada satu orang pun dari mereka yang berinisiatif untuk  menolong dan membawa korban ke rumah sakit terdekat. Sungguh-sungguh tak ada lagi hati nurani mereka. Untunglah,  masih ada satu makhluk Tuhan yang  mau berbaik hati yaitu seorang supir angkutan umum yang langsung bergegas membawa korban ke rumah sakit.

Kedua, coba Anda bayangkan,  korban yang dalam keadaan kritis, saku celana dan bajunya digerayangi oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan  dalih mencari kartu identitas korban. Lantas, apa yang terjadi?!!  Ternyata mereka mencuri  telepon genggam dan dompet korban. Setelah  itu, mereka berpura-pura mencari pertolongan untuk mengelabui orang-orang disekitarnya. Kemudian, mereka pergi entah kemana.  Mereka tak punya lagi rasa perikemanusiaan

Ketiga, saat kejadian tak ada satu pun polisi  yang datang. Padahal, di sekitar  TKP terdapat pos polisi. Seorang saksi mata mengatakan bahwa ada  pengemudi motor lain  yang memberitahukan kepada polisi di pos jaga terdekat tentang peristiwa  kecelakaan itu,  namun polisi bertubuh gendut itu terlihat santai  dan tidak bergerak cepat. Justru,  polisi itu hanya bilang “KAMI MENUNGGU LAPORAN KELUARGA KORBAN”. Yaaa…ampuuuuunnn...

Berdasarkan uraian  ketiga fakta memilukan diatas, saya jadi semakin memahami karakter bangsa ini. Berperilaku maling dan bersikap apatis bukan hanya dilakukan  pejabat negara,  rakyat pun juga bisa jadi maling dan bersikap masa bodoh terhadap seseorang  yang sedang  membutuhkan pertolongan. Di sisi lain, aparat hukum seperti polisi,  hanya akan  bertindak cepat kalau kasusnya menimpa pejabat, orang kaya  atau anak menteri. Tapi kalau untuk rakyat, mereka cukup hanya berkata  “KAMI MENUNGGU LAPORAN’.  Sungguh-sungguh memilukan. [ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com