Saturday, July 18, 2020

Pengemis Jakarta

Hampir sebagian besar warga Jakarta pasti pernah melihat pengemis anak-anak atau pengamen, entah di jalan raya, lampu merah, dalam angkutan umum atau trotoar.  Anak-anak yang mengemis di  jalanan berusia antara 5 sampai 13 tahun.

Hanya dengan bermodalkan tepuk tangan dan kantung plastik bekas bungkus gula-gula, mereka tak segan-segan memohon belas kasihan kepada para pejalan kaki, pengendara mobil dan motor serta warung tenda. Terkadang mereka bernyanyi  ala kadarnya. Tampilan fisik dan pakaian mereka dekil, tapi tubuhnya terlihat sehat.

Jakarta memang ladang rezeki. Siapa saja bisa menggali nafkah  di kota ini. Pertanyaannya ialah mengapa anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD)  itu mengais rezeki dengan  mengemis? Dimana orang tua mereka? Apakah mereka masuk dalam jaringan pengemis terorganisir?

Sekitar sepuluh tahun lalu, beberapa surat kabar ibu kota dan liputan media televisi nasional berhasil membongkar jaringan pengemis  di Jakarta.  Anak-anak yang mengemis di jalanan  mendapat imbalan uang dari kordinator jaringan  pengemis terorganisir.  Drama anak-anak Jakarta yang menangguk rezeki dengan selubung mengemis ini terus berlangsung sampai sekarang. Namun, banyak juga anak-anak yang mengemis karena dipaksa  oleh ibu dan bapaknya kandungnya sendiri.

Ada pengalaman menggelitik yang saya alami soal pengemis anak-anak jalanan di Jakarta. Tiga hari lalu, sekitar jam tiga sore, saya sedang santai ngopi bersama beberapa rekan di warung kopi (warkop) perempatan lampu merah, kawasan pusat perbelanjaan elit,  kota Tangerang.  Mata saya menangkap tiga anak (satu perempuan dan dua laki-laki,  usia sekitar antara 5 sampai 9 tahun) sedang menengadahkan tangan meminta uang kepada para pengendara mobil dan motor yang berhenti saat lampu merah.

Dari sudut warkop,  saya lihat seorang wanita muda (usianya sekitar 35 tahun) berperawakan agak gemuk sedang duduk nyantai di trotoar jalan sambil menggendong bayi. Pandangannya menebar dan memberi kode kedipan mata kepada tiga anak yang sedang mengemis di lampu merah.  Saya tidak tahu,  ada hubungan apa antara ibu dan tiga anak tersebut.

Lampu hijau menyala, kendaraan meluncur. Ketiga anak itu berlari ke trotoar dan langsung menghampiri  perempuan yang sedang nyantai bersama bayinya tadi. Ternyata, perempuan itu adalah ibu kandung mereka. Kemudian, sang ibu melihat satu per satu kantung bekas gula-gula tempat duit yang dipegang ketiga anaknya. Sang ibu marah (sambil mengeluarkan kata-kata kasar)  kepada salah satu anak laki-lakinya, karena tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan. Sedangkan  dua anak lainnya,  hasilnya cukup memuaskan.

Lalu apa yang terjadi? Dua anak yang hasil ngemisnya memuaskan  langsung dikasih minum dan  makan oleh sang ibu dan disuruh segera bergegas  main game di warnet (warung internet) yang ada di sebelah warkop. Sedangkan,  satu anaknya lagi  yang hasil ngemisnya mengecewakan  hanya diberi minum dan langsung disuruh ngemis sendirian sebagai bentuk hukuman. Ooohhh...sungguh memilukan.

Terus terang,  saya shock ketika tahu uang hasil ngemis mereka digunakan untuk main game di warnet dan membeli jajanan gerobak pinggir jalan. Sang ibu nampak tersenyum puas sambil ngobrol via HP. Bayinya yang sedang tidur pulas diletakkan seadanya di trotoar beralaskan tikar plastik.

Saya yakin, pengalaman ini  bukan cerita baru  bagi Anda.  Namun,  saya bertanya dalam hati, sampai kapan Jakarta akan terus-menerus dihuni manusia-manusia berperilaku manipulatif yang tidak peduli lagi dengan derajat mulianya yang diberikan Tuhan.[ Wawan Kuswandi ]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Friday, July 17, 2020

Ada Apa dengan Ahok?

Kabar soal gugat cerai Ahok terhadap istrinya Veronica Tan, menuai kontroversi berbagai pihak. Ada yang seasoned, kontra, tidak percaya, bahkan ada yang menyebutnya hoax. Sejumlah media massa, mulai dari majalah, koran, radio, televisi dan internet site terus menyoroti berita ini. Lagi-lagi Ahok menjadi fenomena berita nasional. Ada apa dengan Ahok?

Mungkin karena Ahok mantan birokrat kontroversial dalam memimpin Jakarta beberapa waktu lalu, maka semua sepak terjangnya menjadi sorotan publik. Ahok juga terus menjadi sasaran empuk berita di media massa untuk menyedot perhatian pembaca.

Sebenarnya, sangat banyak mantan birokrat di Indonesia yang juga memiliki kasus, mulai dari korupsi, pelecehan seksual hingga perceraian. Namun, beritanya tidak seheboh berita gugat cerai Ahok terhadap Veronica. Sekali lagi, Ahok benar-benar memiliki daya magnet yang luar biasa di Indonesia.

Uniknya lagi, sejumlah netizen di sosial media secara lantang mengeluarkan aneka ragam komentar. Ada yang lucu, ada yang marah, ada yang ngak percaya, namun ada juga yang mengecam Ahok dan istrinya.

Bagi saya, Ahok dan keluarganya sudah cukup menjadi sorotan media massa dan publik, saat dia dituduh menistakan agama Islam yang berujung penjara. Sejak Ahok berada di terali besi, berita tentang Ahok mulai tenang dan perlahan-lahan senyap.

Tapi kini, tiba-tiba nama Ahok muncul lagi. Namun, kasusnya bersifat privasi yaitu gugat cerai Ahok terhadap istrinya. Lantas pertanyaannya ialah mengapa kasus gugat cerai Ahok yang bersifat privasi ini ramai disorot media massa dan terus diperbincangan netizen di sosial media? Pantaskah media massa mengobok-obok privasi Ahok dan istrinya? Pantaskah netizen berkomentar macam-macam dalam persoalan rumah tangga Ahok dan istrinya? Mari kita renungkan baik-baik.

Mungkin kasus yang lalu (soal tuduhan penistaan agama), boleh-boleh saja media massa dan netizen berkomentar macam-macam, karena kasusnya bersifat publik. Tapi, kalau soal kasus gugat cerai Ahok terhadap istrinya, ini jelas merupakan kasus yang masuk dalam ranah privasi.

Rasanya, Saya dan Anda tidak perlu melontarkan komentar apapun, baik yang bernada simpati ataupun antipati terhadap Ahok dan istrinya. Biarkan Ahok, Veronica Tan dan anak-anaknya tenang dan damai dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga mereka. Dalam tulisan ini saya hanya ingin mengatakan ‘hormati dan hargailah hak privasi seseorang’ itu saja. [ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Politik Internasional 2018: AS dan Israel Poros Konflik Global

Peta politik dunia internasional memasuki tahun 2018 ini, akan sangat rawan dengan konflik worldwide. Amerika Serikat (AS) dan Israel akan menjadi poros konflik dunia. Hal ini terjadi akibat pengakuan sepihak Presiden AS, Donald Trump terhadap reputation Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Kebijakan Trump yang didukung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu itu, jelas-jelas akan memicu konflik dunia secara meluas dan berkepanjangan.

Pada tanggal 6 Desember 2017 lalu, Presiden AS, Donald Trump tiba-tiba mengumumkan keputusannya untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem.

Langkah Trump ini ditolak sejumlah negara. Sebanyak 128 negara menentang keputusan Trump dan mendesak agar menarik pengakuannya atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Di sisi lain, Trump mengancam, AS akan memutus bantuan keuangan kepada negara-negara yang mendukung resolusi PBB yang menolak kebijakan Trump soal reputation Jerusalem.

Kebijakan Trump soal Jerusalem, hanya mendapat dukungan sembilan negara dan 35 negara lainnya menyatakan abstain. Sedangkan, 21 negara lainya tidak memberikan suara. Di antara negara yang menyatakan abstain dalam pemungutan suara Resolusi PBB yaitu Australia, Kanada, Meksiko, Argentina, Kolombia, Republik Ceko, Hongaria, Polandia, Filipina, Rwanda, Uganda dan Sudan Selatan. Sedangkan negara-negara yang menolak resolusi PBB ialah Guatemala, Honduras, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Palau, Nauru dan Togo, Amerika Serikat dan Israel.

Konflik Kawasan Afrika

Sementara itu, konflik di kawasan benua Afrika masih terus berlangsung. Somalia hingga kini masih menjadi basis sejumlah kelompok teroris, salah satunya Al Qaeda. Hal serupa juga terjadi di negara Chad. Hasil pendapatan negara digunakan oleh kelompok politik anti pemerintah untuk mempersenjatai pasukan pemberontak. Perang saudara di Sudan masih terus berkecamuk di bawah pimpinan diktator Omar al-Bashir. Negara Sudah terpecah menjadi dua bagian yaitu Sudan dan Sudan Selatan. Kedua negara ini berperang memperebutkan batas wilayah yang memiliki kandungan minyak bumi di daerah Abyei.

Republik Demokratis Kongo juga masih terlibat perang saudara dengan milisi pemberontak di wilayah timur. Kondisi keamanan Kongo sejak Perang Dunia II berakhir semakin memprihatinkan. Konflik bersenjata selama 12 tahun di negara ini, telah banyak membunuh aktivis hak asasi manusia. Sementara itu, di Nigeria, pertempuran antara kelompok Boko Haram dengan pasukan Pemerintah Nigeria sudah menewaskan 11.529 orang.

Konflik Kawasan Eropa

Perang saudara di Georgia pecah karena dua negara yaitu Abkhazia dan Ossetia Selatan yang ingin melepaskan diri dari Georgia sejak tahun 1920. Setelah perang tahun 1920, Abkhazia dan Ossetia Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya tahun 1922 dan 1923. Masalah kedaulatan kedua negara baru ini semakin tak menentu ketika Uni Soviet jatuh dan Georgia pun mendeklarasikan independensinya yang akhirnya berujung perang di tahun 1992 dan 2008.

Sementara itu, negara Kosovo terlibat konflik dengan Republik Serbia. Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 17 Februari 2008 dengan memilih Pristina sebagai ibukota. Kosovo diakui secara resmi sebagai negara oleh eighty negara anggota PBB plus Taiwan. Meski telah menjadi anggota IMF dan Bank Dunia, reputation Kosovo sampai saat ini masih belum diakui sebagai negara berdaulat secara penuh.

Konflik Kawasan Asia

Tibet masih terlibat konflik dengan China karena China menilai Tibet sebagai bagian tak terpisahkan sejak Dinasti Yuan. Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan Perancis mengakui Tibet sebagai bagian dari China. Akar konflik terjadi saat Invasi China ke Tibet tahun 1950, ketika pemerintahan baru komunis memulai "Pembebasan Seluruh Wilayah China" sehingga menimbulkan perang. Hal yang sama juga terjadi antara China dengan Taiwan. Namun, Taiwan memperoleh dukungan internasional atas keputusannya memisahkan diri dari Republik Rakyat China (RRC). Perang diplomasi juga masih terjadi antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang didukung AS dan sekutunya.

Konflik Kawasan Timur Tengah

1. Palestina

Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung lama. Konflik kedua negara di era moderen di mulai pasca Peran Dunia ke II dan genosida yang dilakukan Nazi terhadap bangsa Yahudi. Ketika kamp-kamp konsentrasi Yahudi dibebaskan, ribuan orang Yahudi yang memerlukan tempat tinggal berbondong-bondong secara massal ke Palestina yang ketika itu populasinya didominasi bangsa Arab. Konflik pun mulai pecah dan PBB mencoba menengahi dengan mengajukan Rencana Pembagian Palestina menjadi dua negara terpisah, masing-masing satu untuk bangsa Arab dan Yahudi dengan Yerusalem sebagai kawasan netral yang berada di bawah pengawasan PBB.

Pada 14 Mei 1948 bangsa Yahudi mendeklarasikan kemerdekaan sekaligus mendirikan negara Israel. Keesokan harinya, Mesir, Syria, Lebanon, dan Iran menggempur Israel yang menandakan dimulainya Perang Arab-Israel. Setahun kemudian diberlakukan gencatan senjata dan perbatasan sementara ditetapkan. Yordania mengambil alih wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur sedangkan Mesir menguasai Jalur Gaza.

Masalah berikutnya muncul pada tahun 1956 saat Krisis Terusan Suez ketika Israel yang dibantu Spanyol dan Inggris menginvasi Semenanjung Sinai. Pada tahun 1966, hubungan Dunia Arab dengan Israel semakin memburuk yang berujung pada pecahnya Perang Enam Hari pada tahun 1967. Setelah perang usai, Israel berhasil mengambil alih Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania serta Dataran Tinggi Golan dari Syria. Enam tahun kemudian, Perang Yom Kippur pecah dan hubungan Israel dengan negara-negara Arab semakin memburuk. Tahun 1988, Palestine Liberation Organization (PLO) mendeklarasikan berdirinya negara Palestina, namun mereka tidak memegang kontrol wilayah Palestina. Sejak saat itu, PLO terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina berdasarkan perbatasan yang pernah ditetapkan di tahun 1967. Saat ini, Liga Arab, dan sebagian besar negara-negara di Amerika Selatan, Afrika dan Asia mengakui negara Palestina. Sedangkan negara-negara Eropa dan Amerika Utara bersikap sebaliknya. Perang antara pasukan Israel dengan Palestina sejak tahun 2014, tercatat telah menewaskan sekitar 2.365 orang.

1. Irak

Perang Irak terjadi sejak tahun 2003 sampai 2011. Perang dimulai dari invasi tentara koalisi beberapa negara yang dipimpin Amerika Serikat untuk menjatuhkan rezim Saddam Husein. Invasi ini mengacaukan kehidupan rakyat sipil di Irak. Tercatat dalam perang itu, sekitar 500 ribu orang tewas.

2. Afghanistan

Afghanistan juga menjadi salah satu sasaran invasi Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden George W Bush. Perang ini berlangsung selama thirteen tahun, dari tahun 2001 hingga 2014. Invasi Amerika Serikat ini bertujuan untuk menangkap orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas aksi terorisme 9-11, termasuk pemimpin Al-Qaeda, Osama Bin Laden. Kurang lebih sekitar forty ribu orang tewas.

3. Yaman

Perang Yaman berawal dari fenomena Arab Spring yaitu sejumlah negara-negara arab melakukan revolusi dan menggulingkan rezim yang berkuasa. Krisis di Yaman bermula dari gerakan revolusi tahun 2011 hingga 2012 untuk menjatuhkan presiden Ali Abdullah Saleh yang telah memerintah di Yaman selama dua dekade. Namun selepas turunnya Ali Abdullah Saleh dari tampuk kekuasaan, kekacauan dan pemberontakan terjadi di Yaman. Fraksi-fraksi politik dan kelompok milisi terus berusaha saling berebut kekuasaan. Pertempuran sipil di Yaman antara milisi Houti dukungan Iran melawan pasukan koalisi Arab Saudi sejak tahun 2014 lalu juga telah mengakibatkan sekitar 9000 orang tewas.

Four. Suriah

Perang Suriah juga terjadi akibat fenomena Arab Spring. Masyarakat Suriah menuntut turunnya rezim Bashar Al-Assad. Namun, gerakan protes dan demonstrasi rakyat sipil ini justru mendapatkan aksi represif dari Al-Assad. Perang sipil tak dapat dihindari antara pemerintahan Assad dan berbagai kelompok pemberontak, termasuk ISIS. Amerika Serikat dan Rusia ikut terlibat dalam perang sipil di Suriah. Perang sipil di Suriah telah menewaskan sekitar four hundred ribu orang.

6. Turki

Turki mengalami konflik berkepanjangan dengan kelompok pemberontak Kurdi yang menyatakan diri sebagai Kurdistan Workers Party (PKK) dan menuntut kemerdekaan wilayah Kurdishtan dari Turki. Tuntutan ini berujung pada peperangan. Konflik yang berlangsung sejak tahun 1978 itu telah membunuh sebanyak kurang lebih 30 ribu jiwa.

7. Libya

Perang di Libya sejak tahun 2014 lalu, telah menewaskan sekitar 2.825 orang. Kelompok militan Libya yang bersekutu dengan ISIS berperang melawan pasukan pemerintah. [ Wawan Kuswandi ]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Ramadhan Momentum Hijrah Menuju Muslim Cerdas Berkualitas (puasa hari ke-13)

Agama sangat penting bagi kehidupan manusia. Tetapi, akan jauh lebih sempurna lagi, bila manusia dalam menjalankan ajaran agamanya selalu memegang prinsip kedamaian di tengah-tengah banyaknya perbedaan agama. Umat muslim Indonesia wajib mengkritisi banyaknya pernyataan oknum yang mengaku sebagai tokoh agama, pemimpin ormas atau politisi yang cenderung bersifat menghujat, memecah-belah dan menciptakan konflik antarumat beragama.

Siapapun yang mengaku tokoh agama, pemimpin ormas atau politisi,  tetapi bila dalam setiap pernyataannya selalu menyebar ujaran kebencian, maka mereka bukanlah termasuk dalam golongan umat muslim cerdas berkualitas. Umat muslim Indonesia adalah manusia yang cinta damai. Kecerdasan dan kualitas umat muslim Indonesia wajib diwujudkan melalui pemikiran-pemikiran yang bersifat komprehensif dan universal.

Islam menjadi rahmat bagi alam semesta dan semua makhluk hidup dijagat raya. Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al Anbiya 21:107).

Umat muslim wajib menyadari bahwa hidup adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Umat muslim harus menanamkan pemikiran yang jernih, jujur dan bersih. Islam telah menempatkan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan pada derajat yang lebih tinggi, sebagaimana firman Allah SWT, “...Niscaya Allah akan meninggikan orang -orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”(QS. Al Mujadilah 58:11).

Sudah selayaknya umat muslim Indonesia berani menyentuh realitas kehidupan sosial. Saling toleransi antarsesama umat beragama akan menjadikan umat muslim bukan hanya berkualitas, tetapi juga menunjukkan derajat hidupnya yang mulia di alam raya.

Terlalu banyak manusia-manusia tak bertanggung jawab di Indonesia yang mengklaim dirinya sebagai tokoh agama, pemimpin ormas atau politis, tetapi sikap dan perilakunya tidak mencerminkan gaya hidup islami. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS Al Hujurat 49:6).

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

@INDONESIAComment

INDONESIACommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Thursday, July 16, 2020

Darurat Narkoba dan Intoleransi

Ada dua ‘pertempuran’ sengit yang saat ini masih terjadi di Indonesia. Pemerintah, TNI dan Polri dari detik ke detik, terus membombardir peredaran narkoba dan  gerakan-gerakan intoleransi. Dua duel yang tak pernah berakhir ini, sudah banyak menguras kas negara.

Jumlah penduduk yang terus bertambah dan semakin terbukanya akses teknologi sosial media (internet), membuat  Indonesia menjadi sasaran empuk para bandar dan pengedar narkoba. Peluang  ini tidak disia-siakan oleh jaringan narkoba nasional  maupun internasional. Berbagai bentuk penyelundupan barang ‘haram’ ini, terus merebak sampai ke pelosok-pelosok desa. Bahkan, target konsumennya juga sudah menembus sampai ke bocah-bocah sekolah dasar di  berbagai wilayah Indonesia.

Segenap stake holder Indonesia kalang kabut dan gagap ketika menghadapi jaringan narkoba yang semakin menggila. Mengapa ini bisa terjadi? Tingginya peredaran narkoba di Indonesia,  bukanlah peristiwa luar biasa. Sejak zaman Orde Baru (Orba), bisnis narkoba sudah menggurita. Namun,  di zaman Orba, teknologi belum berkembang pesat seperti sekarang, jumlah penduduk juga tidak terlampau besar, penegakkan hukum pun tidak berjalan dengan semestinya. Bahkan, ratusan  aparat hukum dan pejabat negara juga ikut terlibat aktif dalam jaringan narkoba. Jadi, membludaknya berbagai kasus narkoba dalam skala nasional maupun internasional, sudah ada sejak lama.  Perbedaannya, di zaman now, penegakkan hukum mulai berjalan. Sejumlah pejabat dan aparat hukum yang terlibat dalam jaringan narkoba langsung ditangkap.

Sedangkan, menyangkut gerakan intoleransi yang berujung pada aksi teroris,  di Indonesia juga bukan hal yang baru. Contohnya ialah pembentukan DI/TII oleh Kahar Muzakar dan Negara Islam Indonesia (NII) yang dimotori Panji Gumilang.

Kelompok Islam garis keras beranggapan bahwa aspirasi umat Islam di Indonesia tidak pernah mendapat apresiasi dari penguasa Orba. Mereka meyakini bahwa  penganut Islam di Indonesia sangat besar, maka otomatis seluruh tatanan kehidupan, hukum, budaya  dan perundang-undangannya  harus  memakai hukum (syariat) Islam.

Tapi, Indonesia bukanlah negara Islam. Indonesia adalah negara  berideologi Pancasila yang di dalamnya tersurat adanya penghormatan dan apresiasi serta toleransi terhadap penganut agama lain. Langkah strategis yang perlu dilakukan pemerintah untuk mengikis habis aksi intoleransi ini ialah aparat hukum harus bertindak tegas terhadap seseorang maupun golongan tertentu yang terus menerus melakukan gerakan intoleransi. [ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Ustadz Munafik

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara islam terbesar di dunia. Tapi mengapa diantara sesama umat muslim, di Indonesia acapkali terjadi  ‘perang dingin’ yang berlarut-larut? Di Indonesia konflik antarsesama penganut agama islam yang beda aliran maupun dengan agama lain, masih terjadi walaupun dalam tataran bawah.

Persoalan konflik antar penganut agama yang sama, terutama antara umat islam yang berbeda aliran atau dengan agama lain di negeri garuda ini, tidak boleh dianggap enteng. Mengapa? Karena akan sangat berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan bisa merusak solidnya kerukunan antarumat beragama (toleransi) di Indonesia.

Sentimenisme antar pemeluk agama terjadi karena sebagian besar para ustadz, ustadzah, kyai, ulama, habib, da’i, pemimpin ormas berbasis islam, politisi  islam dan sejumlah  pejabat negara yang mengatasnamakan islam,  selalu menganggap dirinya sudah paling baik dan benar.

Para pemimpin muslim yang munafik ini, menilai penganut agama islam yang beda aliran serta agama lain adalah salah. Oleh karena itulah, mereka melakukan dakwah provokatif agar ajarannya diikuti dengan cara-cara memaksa.

Apa ukurannya seorang pemimpin muslim munafik? Gampang saja. Ciri-ciri pemimpin muslim  munafik ialah ceramah, khotbah atau dakwah yang mereka lakukan bersifat menebar kebencian, menyulut permusuhan, melakukan fitnah, memuja hoax, mudah mengkafir-kafirkan  dan membid’ahkan penganut agama lain.

Setinggi apapun ilmu agamanya, sehebat apapun dalil dan tafsir kitab suci  yang dikuasainya, setaqwa apapun ibadahnya, sepopuler apa pun namanya di media massa  maupun sosial media, kalau mereka mengklaim bahwa merekalah yang paling baik dan benar, itulah namanya  ustadz munafik.

Islam adalah agama kasih sayang dan cinta damai dalam segala perbedaan. Allah SWT berfirman  dalam  surat Al-Anbiya ayat 107, “…Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam...”. Jadi, apakah Anda masih mau mengikuti para pemimpin muslim munafik? Semua terserah Anda. Ngopi dulu brooo…(foto ilustrasi) [ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Negeri Para Calo

Calo Ada karena dibutuhkan masyarakat. Mengapa ini terjadi? Karena sistem birokrasi di Indonesia sangat berbelit belit dan bikin pusing rakyat. Hebatnya lagi, komunitas para calo  ini diduga kuat didukung total oleh oknum pejabat yang mencari ‘kesempatan dalam kesempitan’ masyarakat.

Menulis tentang eksistensi  calo di Indonesia, bukan sesuatu yang istimewa. Ada kesan, kalau  ngomongin soal calo sudah basi. Sejak zaman gubernur Jakarta Ali Sadikin  hingga Anies Baswedan, calo sudah menjadi hal biasa. Penghuni Jakarta juga cuek dengan  calo. Bahkan, banyak warga Jakarta yang butuh calo dalam mengurus berbagai keperluan pribadi. Hebatnya lagi, para calo ini punya komunitas dan jaringan yang cukup rapi dan hanya diketahui oleh  orang-orang tertentu saja.

Bagi sebagian warga Jakarta yang super sibuk, keberadaan calo sangat dibutuhkan. Hidup dalam lingkungan komunitas calo, ternyata ada kenikmatan tersendiri yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Jakarta merupakan wajah asli  Indonesia. Ngomongin soal Jakarta, maka secara otomatis kita sudah bicara soal Indonesia. Di Jakarta calo selalu hadir bagai ‘siluman’ yang siap membantu Anda dalam mengurus berbagai keperluan pribadi. Calo tak akan pernah mati sepanjang dunia belum kiamat. Calo juga sangat agresif mencari mangsa.

Contohnya ialah mengurus perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) atau SIM di Samsat yang pasti ada temui pertama kali secara tak sengaja adalah calo.  Ada juga calo yang mengurus soal  pencairan dana Kartu Jakarta Pintas (KJP).  Sekumpulan calo juga berlomba-lomba  menawarkan tiket angkutan umum menjelang hari raya keagamaan seperti  Natal, Idul fitri, Nyepi atau Waisak.  Bahkan,  mantan gubernur DKI Jakarta, Ahok  sempat sewot berat dengan para calo yang melakukan jual-beli  rumah susun (rusun) Pulogebang, Jakarta Timur. Calo ada karena didukung oknum pejabat yang ikut bermain.

Beberapa contoh kasus percaloan diatas sudah menjadi rahasia umum.  Keuntungan yang didapat para calo kelas ‘teri’ ini  biasanya hanya uang ‘recehan’. Warga Jakarta juga terkadang rela semua kebutuhan mereka ditangani  calo, yang penting urusan mereka beres.

Disamping calo kelas ‘teri’, di Indonesia juga bejibun  calo kelas ‘kakap’ yang hasil pendapatannya mencapai miliaran rupiah. Para calo ini  adalah sekelompok oknum  pejabat negara dan anggota parlemen yang seenaknya mengatur ‘tetek-benget’ regulasi untuk  kepentingan pengusaha swasta dengan imbalan uang yang menggiurkan. Salah satu contoh kasusnya ialah ketika Setya Novanto (waktu itu ketua DPR) yang diduga kuat  meminta saham kepada PT freeport Indonesia dengan mencatut nama Presiden Jokowi.

Sebenarnya, kalau mau didata, jumlah calo di republik ini sejak zaman Soeharto hingga Jokowi sudah tak  terhitung jumlahnya. Ada yang di tangkap KPK. Ada juga yang lolos.  Bahkan,  ada sekelompok oknum pejabat negara dan anggota parlemen aktif yang sampai sekarang menjadi calo dan tidak tersentuh hukum. (Foto/ilustrasi:ist) [ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com