Disusun Oleh
Epi Rustiawati
NPM. 1106122455
Program Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah FIK UI
I.Abstrak
Pasien gagal ginjal termin akhir yang menjalani hemodialisis hanya boleh minum 1 liter & 2 gram garam setiap harinya. Bots dkk. (2005), pasien penyakit ginjal termin akhir yang menjalani dialisa beserta hemodialisis (HD) wajib menjaga cairan yang dibatasi diet buat mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa berakibat hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, & kematian. Prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% hingga 60%, ketidakpatuhan diet 2% hingga 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Linberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet. Saat ini telah dikembangankanaplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) yaitu Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), perangkat lunak ini didesain menjadi informasi yang interaktif buat membantu pasien memonitoring berdikari asupan cairan & diet. Berdasarkan hasil penelitian dari Seik (2006), diperoleh hasil lebih saksama buat memonitor asupan cairan & diet secara berdikari.
Kata kunci: pasien gagal ginjal termin akhir, hemodialisa, monitoring berdikari, Dietary Intake Monitoring Application (DIMA)
II.Latar Belakang
Manajemen dalam pasien gagal ginjal galat satu terapinya adalah hemodialisia Pasien yang menjalani terapi hemodialisa lebih dari 300.000 orang Amerika (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and Suddart, 2007). Di Australia tahun 2008 tercatat 986,825 pasien gagal ginjal kronis menjalani terapi dialisa, & 99,5% adalah terapi hemodialis, baik di rumah sakit taupun di rumah (Reid, 2011). Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dalam tahun 2008 jumlah pasien dialisa beserta hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang . Menurut Prof Dr HM RachmatSeolaeman dr Sp PD-KGH, Pasien hemodialisis baru tahun 2008 naik menjadi 2260 orang dari 2148 orang dalam tahun 2007 (www.antarsumut.com).
Kesuksesan hemodialisa tergantung dalam kepatuhan buat pasien. Pada populasi hemodialysisdisebut pasien dialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% hingga 60%, ketidakpatuhan diet 2% hingga 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Menurut Lindberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), Pace (2007), Sagawa dkk. (2003), Sharp et al. ( 2005), pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam pengelolaan kontrol pembatasanasupan cairan & diet.
Pasien hemodialisa memerlukan monoton perawatan. Perawatan sehari-hari adalah tanggung jawab klien.Pasien dialisamempunyai kemampuan alami dalamperawatan diri(self care) sehari-hari, & perawat wajib penekanan dalam kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam Simmons, 2009). Perawat dalam memberikan perawatan dalam pasien , membentuk nursing system yang effisien & efektif dalam menentukkan cara-cara yang betul dalam membantu self care pasien (Simmons, 2009) dalam monitoring cairan & diet.
Perawat di Universitas Indiana-Purdue berbagi perangkat lunak elektronik PDA buat membantu pasien dialisa dalam memonitor asupan cairan & diet & hasilnya lebih saksama terhadap kepatuhan cairan & diet dibandingkan dengankertas catatan harian dalam tahun 2003(Dowell and Welch, 2006). Pada tahun 2005, universitas Indiana mengembangakan perangkat lunak PDA DIMA, menjadi alat bantu pasien hemodialisa dalam memonitoring asupan cairan & diet beserta informasi interaktif & umpan kembaliyang cepat, menjadi akibatnya lebih memudahkan pasien hemodialisa dalam memonitor asupan cairan & diet menjadi media buat kontol diri dalamperawatan diri sehari-hari (Seik, 2006). Pasien hemodialisa akan beserta praktis mengkonversi & menghitung asupan cairan & diet setiap hari , perangkat lunak yang menyediakan berbagai macam informasi interaktif & umpan kembaliuntuk membantu pasien memantau cairan & asupan kuliner.
III.Kajian Literatur.
Gagal Ginjal Kronis & Hemodialisa
Penyakit gagal ginjal kronis keadaan terjadi penurunan fungsi jaringan ginjal secara progresif menjadi akibatnya massa ginjal yang masih terdapat nir dapat lagi mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black & Hawks, 2005).Saat penurunan fungsi jaringan ginjal, ginjal mengalami kesulitan & membuang & meyaring racun & cairan.
Manajemen dalam pasien gagal ginjal termin akhir galat satu terapinya adalah hemodialisia. Haemodialisa adalah metode yang paling generik dipergunakan dialisis: lebih dari 300.000 orang Amerika waktu ini mendapatkan hemodialisis (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and suddart, 2007). Kesuksesannya tergantung dalam kepatuhan pasien.
Kesuksesan hemodialisa tergantung dalam kepatuhan pasien. Pada populasi hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan 60%, ketidakpatuhan diet 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Menurut Lindberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), Pace (2007), Sagawa dkk. (2003), Sharp et al. pasien hemodilisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet.
Pasien hemodialisa wajib membatasi asupan cairan buat mencegah overload cairan sebab. Sebuah studi baru registri nasional (Lindberg et al, 2009) indikasi, bahwa poly pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet. Bots dkk. (2005) Pasien dialisis wajib menjaga cairan yang dibatasi diet buat mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa berakibat hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, & prematur kematian.
Pasien hemodialisa memerlukan monoton perawatan. Perawatan diri sehari-hari termasuk mengelola perawatan yang rumit rejimen restriksi diet, keterbatasan cairan, obat, & akses vaskular perawatan (Richard, 2006). Ini perawatan sehari-hari adalah tanggung jawab klien. Pasien hemodialisa memiliki kemampuan alami dalamperawatan diri(self care) sehari-hari, & perawat wajib penekanan dalam kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam Simmons, 2009). Perawat dalam memberikan perawatan dalam pasien , membentuk nursing system yang effisien & efektif dalam menentukkan cara-cara yang betul dalam membantu self care pasien dalam monitoring berdikari terutama mengenai asupan cairan & diet (Simmons, 2009).
Monitoring berdikari pasien dalam asupan cairan & diet menjadi galat satu cara yang efektif bagi pasien dialisa dalam menjaga kesehatannya. Hasil penelitian monitoring berdikari bagi pasien hemodialisa dapat menurunkan asupan cairan & diet. Pasien umumnya memakai kertas buku harian kertas & merecall seharian asupan cairan & diet waktu monitoring berdikari. Hasil penelitian monitoring diri beserta memakai kertas catatan harian terhadap kepatuhan asupan cairan & diet 11% dalam beberapa perkara. Jila pasien memakai buku harian elektronik, misalnya dalam PDA, taraf kepatuhan dengan tinggi 94% (Stone et al, 2002; Batu et al, 2003 dalam Siek, 2006; Burkee, 2005), hal ini indikasi bahwa monitoring berdikari beserta elektronik adalah cara yang lebih saksama & lebih baik bagi individu buat monitor berdikari.Pada tahun 2005, universitas Indiana mengembangakan DIMA, menjadi perangkat lunak PDA yang menjadi alat bantu pasien hemodialisa dalam memonitoring asupan cairan & diet beserta informasi interaktif & umpan balik, menjadi akibatnya lebih memudahkan pasien hemodialisa dalam memonitor asupan cairan & diet menjadi media untukkontol diri dalamperawatan diri sehari-hari (Seik, 2006). Pasien hemodialisa akan beserta praktis mengkonversi & menghitung asupan cairan & diet setiap hari.
Kesehatan seorang pasien nir penghalang buat memakai teknologi misalnya yang telah ditunjukkan dalam beberapa studi realitas (Brennan et al, 1992;. Brennan et al, 1995;.. Gustafson et al, 1999). PDA menjadi galat satu alat elektronik telah dipergunakan buat membantu pasien hemodialisa dalam pemantauan buat melaporkan tanda-tanda berbagai konteks kesehatan (Affleck et al, 1998;.. Affleck et al, 1996; Broers et al, 2002;.. Newman et al, 1997 dalam Siek, 2006).
Dietary Intake Monitoring Application (DIMA)
Aplikasi DIMA adalah upaya kerja sama antara kepatuhan pasien hemodialisis, ilmu komputer & informatika, nutrisi, biostatistik, & peneliti nefrologi. Aplikasi ini akan memungkinkan pasien buat masukan kuliner atau cairan item beserta menentukan ikon atau memindai barcode dalam item kuliner/minuman atau beserta merekam bunyi bila kuliner/minuman yang dikonsumsi tersebut item yangtidak memilikiada barcode. Sehingga pasien akan bisa melihat taraf konsumsi mereka buat kalium, fosfor, kalori, protein & cairan perhari (Seik,2006).
Gambar 1: Alur perangkat lunak DIMA
Software yang dipergunakan DietMatePro yang dipergunakan buat program PDAuntuk informasi diet atau cairan yang dikonsumsi pasien hemodilisa dalam catatan elektronik. Pasien akan memasukan jenis & jumlah yang dikonsumsi setip hari.
Hardware yang dipergunakan off-the-shelf Palm OS Tungsten T3 PDA. Tungsten T3 memiliki layar yang lebar, tombol yang luas, rekam bunyi, memory & bluetooth. Socket in-hand SDIO scarnner dipergunakan buat scan barcode kuliner atau minuman yang telah tercantum.
Gamabar 2: Cara pasien hemodialiasa melakukan scanner kuliner
Sumber: An Evaluation of Food Items Input into an Electronic Food Monitoring Application, Katie A. Siek. 2006
Aplikasi disain DIMA yang dipergunakan beserta cara menscan kuliner yang tercantum barcode atau pasien bisa merekan bunyi pasien mengenai jenis & porsi kuliner atau minuman yang nir memiliki barcode misalnya kuliner di rumah atau restauran.
Gambar 3: Disain Aplikasi DIMA
Setelah pasien memasukan data jenis, porsi kuliner baik beserta cara menscan kuliner yang tercantum barcode ataupun pasien merekam bunyi jenis kuliner yang nir memiliki barcode, makan layar secara cepat akan memunculkan umpan kembaliinteraktif segara mengenai jumlah taraf konsumsi mereka buat kalium, fosfor, kalori, protein & cairan perhari.
IV.Kesimpulan & Rekomendasi
Manajemen dalam pasien gagal ginjal termin akhir galat satu terapinya adalah hemodialisia. Haemodialisa adalah metode yang paling generik dipergunakan dialisis: lebih dari 300.000 orang Amerika waktu ini mendapatkan hemodialisis (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and suddart, 2007). Kesuksesannya tergantung dalam kepatuhan.
Pasien gagal ginjal termin akhir yang menjalani hemodialisis hanya boleh minum 1 liter & 2 gram garam setiap harinya. Bots dkk. (2005), pasien penyakit ginjal termin akhir yang menjalani dialisa beserta hemodialisis (HD) wajib menjaga cairan yang dibatasi diet buat mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa berakibat hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, & kematian.
Pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan & diet. Saat ini telah dikembangankanaplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) yaitu Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), perangkat lunak ini didesain menjadi informasi yang interaktif buat membantu pasien memonitoring berdikari asupan cairan & diet. Berdasarkan hasil penelitian dari Seik (2006), diperoleh hasil lebih saksama buat memonitor asupan cairan & diet secara berdikari.
Aplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), memiliki implikasi positif terhadap perkembangan ilmu keperawatan dalam membantu self care pasien buat monitoring mandiriterutama mengenai asupan cairan & diet.
Monitoring berdikari pasien dalam asupan cairan & diet menjadi galat satu cara yang efektif bagi pasien hemodialisa buat menaikkan taraf kepatuhan pasien dalam menjaga taraf kepatuhandan menaikkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan analisa diatas, perangkat lunak elektronik Personal Digital Assist (PDA) Dietary Intake Monitoring Application (DIMA),memungkinkan bisa dipergunakan menjadi alat bantu pasien hemodialisa di indonesia buat menjaga kepatuhan diet & cairan di Indonesia,khususnya bagi pasien hemodialisa di rumah sakit akbar atau swasta di kota-kota akbar yang yang memiliki aspek porto & didukung sang ahli ilmu komputer & informatika & perawat nefrologi.
Peran perawat di unit hemodialisa berperan dalam mencegah terjadinya ketidakpatuhan pasien, diantaranya kelebihan cairan menjadi duduk perkara yang generik. Menurut (Yokohama, 2006), adanya hubungna support dari tenaga kesehatan dengam kepatuhan pasien mengontrol cairan & diet. Sehingga kiprah perawat membantu,mengarahkan , mengkontrolsistem kegiatan terencanamengembangkan kemampuanpasien memonitoring berdikari asupan cairan & diet beserta perangkat lunak PDA DIMA.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M. & Hawks, J.H.. (2005). Medical-surgical nursing. Clinical management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis. Missouri. Elsevier Saunders.
Bots C.P, et al. (2005). Chewing gum and a saliva substitute alleviate thirst and
xerostomia in patients on haemodialysis, http://ndt.oxfordjournals.org/cgi/content/full/ghh675?ijkey=14NzgzcLTwzU&keytype=ref diunduh lepas 23 Maret 2012
Brunner LS, Suddharth (2002). DS. Text book of Medical Surgical Nursing. 6th ed. London: Mosby. Lora E.
Burkee, Lora,E. (2005). Self-Monitoring Dietary Intake: Current and Future Practices. Journal of Renal Nutrition, Vol 15, No 3 ( July), 2005:Hal. 281-290.
Dowell, Shannon,A. (2006).Use of Self Electronic Monitoring for Food and Fluid Intake: Pilot project. Nephrology Nursing Journal; May/Jun 2006; 33, 3; ProQuest Hal. 271
Griva, K., et all (2011). The NFK-NUS Haemodyalisis Trial Protocol-a Randomized Controlled Trial to Detetmine The effectiveness of a Self Management Intervention for Haemodyalisis Patients.Biomed Central, Ltd. Http://www.biomedcentral.com/1471-2369/12/4 diunduh lepas 27 maret 2012.
Lindberg, M.(2010). Excessive Fluid Overload Among Haemodyalisis Patient: Prevalence, Individual Characteristics and Self Regulation of Fluid Intake. Universitas Uppsala. http://urn.kb.se/resolve?urn:nbn;uu:diva-121983 diunduh lepas 23 maret 2012.
Richard, C.,J. (2006). Self Care Management in Adults Undergoing Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 33. No. 4
Reid, C.(2011).Self management of haemodialysis for End Stage Renal Disease: a systematic review.JBI Library of Systematic Reviews.Vol 9. No (3):69-103
Simmons, L. (2009). Dorthea Orems Self Care Theory as Related to Nursing Practice in Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 36. No. 4
Siek, K.,A.(2006). The Food We Eat: An Evaluation of Food Items Input into an
Electronic Food Monitoring Application. Indiana: NSF
Seik, K.,A. (2006). The Design and Evaluation of an for Dialysis Patient. ProQuest Information and Learning Company
Yokohama, Y., et all (2009). Dialysis Staff Encouragement and Fluid Control Adherence in Patients on Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 36. No. 3
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/03/11/22385189/Awas.Hipertensi.Rusak.Ginjal.Knda. Diunduh lepas 29Oktober 2012 jam 01.00.