Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts
Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts

Wednesday, May 13, 2020

Ayah Sang Pejuang Sejati [KISAH NYATA-MENGHARUKAN]

Aku tak bisa membayangkan bagaimana rasanya kehidupan masa kecil ayahku yang ketika masih berumur enam tahun sudah ditinggal pergi oleh ayahnya untuk selamanya. Ibu (nenekku) ayahku hanyalah seorang buruh di bagian dapur pada sebuah kantor milik pengusaha China. Ayahku adalah anak satu-satunya dari nenek dan kakekku. Sepanjang perjalanan waktu, hingga aku menikah, ayahku tak pernah bercerita tentang masa kecilnya. Padahal, nenekku beberapa kali pernah bercerita kepadaku tentang kisah kecil ayahku.

Kata nenekku, ayahku tidak pernah merasakan nikmatnya masa kecil seperti anak-anak lain, misalnya bermain dan jajan di sekolah. Sejak usia 7 tahun, ayahku sudah berjualan kue buatan ibunya dengan cara berkeliling ke kampung-kampung. Nenekku bilang, ayahku termasuk anak yang rajin ke sekolah dan nyaris tidak pernah bolos, kecuali ketika ibunya sudah benar-benar tidak memiliki beras untuk makan, maka ayahku bolos untuk berjualan kue seharian.

Uang yang didapat dari hasil jualan kue ayahku dipakai untuk membeli beras. Terkadang, ayahku berjualan kue sambil berangkat menuju sekolah. Perjalanan dari rumah ke sekolah yang jaraknya kurang lebih lima kilometer, ditempuh ayahku dengan berjalan kaki, pulang dan pergi. Sekolah ayahku berada di pinggiran Kota Kuningan, dekat Gunung Ciremai, Jawa Barat. Nenekku bilang, ayahku termasuk murid yang pandai dan suka menolong teman-temannya yang kesulitan mengerjakan PR sekolah.

Ayahku tumbuh tanpa bapak dan berjuang bersama ibunya membiayai hidup mereka sehari-hari. Sejak masuk SMP, ayahku ditinggal ibunya merantau. Ayahku dititipkan di rumah bibinya yang tinggal dekat dengan rumah nenekku di lereng kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat. Dari hari ke hari ayahku berjuang tanpa kedua orang tuanya sambil berjualan kue buatan bibinya. Semua biaya sekolah ayahku sampai lulus SMA berasal dari hasil jualan kue dibantu bibinya.

Sekitar eleven tahun kemudian, ibu dari ayahku pulang ke rumah bibi dengan diantar oleh dua orang tak dikenal. Sayangnya, kondisi kejiwaan ibu ayahku dalam keadaan tertekan (strain). Entah apa penyebabnya. Perjuangan ayahku semakin berat. Kini, ayahku bukan hanya berjualan kue, tetapi juga harus mengurus ibunya dan membantu bibinya. Akhirnya, rumah ibu ayahku dijual untuk membiayai pengobatan ibunya.

Ayahku tetap tegar, sabar serta telaten dalam mengurus ibunya. Ayahku terus berjuang mengarungi hidupnya yang berat sambil mencoba melamar pekerjaan kesana-kemari melalui iklan di koran.Tuhan Maha Tahu dan Maha Besar, akhirnya ayahku diterima di sebuah perusahaan ekspedisi, tetapi lokasi kantornya berada di Jakarta. Tanpa pikir panjang, ayahku menerima pekerjaan itu.

Dengan berat hati, ayahku memohon izin kepada bibinya untuk menjaga ibunya selama dia bekerja di Jakarta dan berjanji mengirimkan uang untuk kebutuhan hidup bibinya dan biaya berobat ibunya. Sekitar dua tahun waktu berlalu, ayahku pulang kampung membawa kabar baik, yaitu ayahku akan membawa ibunya ke Jakarta dan tinggal di rumah kontrakkannya yang kecil. Ayahku meninggalkan bibinya dengan penuh kesedihan.

Sejak ibunya tinggal bersama ayahku di Jakarta, ayahku semakin gigih berjuang untuk membiayai pengobatan ibunya, membiayai hidup mereka, membayar kontrakan dan mengirimkan uang untuk bibinya di kampung. Semangat ayahku sangat luar biasa. Dia ingin ibunya bahagia selama tinggal bersamanya di Jakarta. Ayahku juga ingin bibinya bisa menikmati rejeki hasil kerjanya. Alhamdulillah, Tuhan Maha Mukjizat, ibu ayahku sembuh.

Ibu ayahku kembali bekerja di sebuah perusahaan kolega ayahku di bagian dapur. Sebenarnya, ayahku melarang ibunya bekerja. Tapi, ibunya tetap bersikeras ingin bekerja. Ayahku akhirnya mengizinkannya. Ayahku dan ibunya terus berjuang di Jakarta sampai ayahku menikah dan memiliki enam orang anak, termasuk aku sebagai anak ketiga.

Waktu terus berlalu, kini anak-anak ayahku (enam bersaudara), termasuk aku sudah menikah semua dan masing-masing telah mempunyai anak. Ayahku menyandang repute kakek untuk cucu-cucunya. Ayahku yang sudah sepuh tetap masih bekerja, walaupun anak-anaknya termasuk aku sudah melarangnya. Ayahku tak pernah minta uang kepada anaknya-anaknya. Suatu hari dia pernah berkata kepada anak-anaknya, ?Ayah mau hidup kamu semua harus lebih baik dari ayah,? Katanya.

Ayahku termasuk orang penyabar dalam menghadapi kerasnya kehidupan Jakarta. Ayahku selalu mengingatkan kepada semua anak-anaknya agar dalam bekerja tidak melupakan ibadah kepada Tuhan. Walaupun anak-anaknya sudah mandiri, ayahku tetap menolak untuk berhenti kerja. Ayahku memang seorang pejuang. Ayahku juga selalu berkata agar semua anak-anaknya mengutamakan pendidikan karena menurutnya ilmu dan pendidikan itu sangat penting untuk bekal kehidupan.

Sekarang, ayahku yang sudah memasuki usia 74 tahun, saat ini sedang terbaring lemah di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Ayahku mengalami penyumbatan pembuluh darah di otak, melemahnya detak jantung dan mengalami stroke di bagian tubuh sebelah kanan akibat darah tinggi. Dari hari ke hari kesadaran ayahku menurun. Semua makanan dan minuman ayahku, di jus dan dimakan melalui selang infus yang dipasang dihidungnya.

Ayahku tak bisa lagi berbicara seperti dulu, lidahnya kaku dan hanya diam membisu. Matanya sangat berat untuk menatap wajah setiap anak dan cucunya yang datang membezuknya. Fisik ayahku terus menurun drastis dan tubuhnya terlihat semakin kurus. Tapi, aku masih melihat semangat ayahku masih tetap membara untuk bertahan hidup.

Aku bersama kakak dan adikku serta cucu-cucunya selalu memberi semangat kepada ayahku untuk berjuang melawan penyakitnya dan terus berdoa memohon mukjizatNya. Entah sampai kapan ayahku bisa kembali pulih, semua kami serahkan kepada Tuhan. Kami sekeluarga bersyukur dan bangga mempunyai ayah kuat dan hebat. Kami, anak-anak dan cucunya setiap waktu terus memohon kepada Tuhan agar ayahku bisa sembuh dan berkumpul kembali bersama keluarga. Ayah bagi kami adalah seorang pejuang sejati.

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identification

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI FORUM

#INDONESIAComment

Foto: Ist