Monday, August 10, 2020

Jakarta Apa Adanya [OPINI]

Jakarta memiliki sejuta kisah unik dan nyentrik  dalam frame pelanggan warung kopi (warkop) dan pengunjung Kafe. Siapa saja boleh ngomongin pahit getirnya hidup di kota Betawi tanpa batas. Suasana kehidupan kota Jakarta bagaikan secangkir kopi pahit yang bila diminum secara perlahan akan terasa nikmatnya.

Memotret  perilaku  sehari-hari warga Jakarta  tidaklah sulit. Kita tidak perlu melakukan research  panjang yang bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Setiap hari, kejujuran dan kebohongan warga Jakarta bisa kita dengar dalam kongkow rileks pengunjung setia warkop dan kafe yang banyak tersebar di pinggir  jalan raya.

Jakarta dalam obrolan warkop adalah kota yang  ribet, panas, macet dan segudang masalah sosial lainnya, namun Jakarta tetap  mengasyikkan bagi siapa saja. Warkop menjadi zona ngobrol  bebas dan santai. Di warkop, kita bisa ngomong seenaknya tanpa perlu disensor. Bahan obrolan juga beraneka ragam  mulai dari tunggakan kreditan motor,  biaya sekolah anak yang semakin mahal, istri yang cerewet dan mata duitan, update model HP terbaru, pembongkaran lokasi prostitusi,  berita pembunuhan dan kasus korupsi anggota DPR yang ditayangkan TV, pasar malam yang murah meriah,  pelecahan seks di angkutan umum, judi bola kecil-kecilan, dikecewakan cewek selingkuhan, istri muda yang hobi belanja, aksi demo di gedung DPR  dan masih banyak lagi cerita-cerita nyentrik lainnya  yang ada di Jakarta  (kalau diurai satu persatu,  artikel ini tidak  kelar-kelar). Pengunjung warkop bukan hanya bebas ngomong, tetapi juga bebas berpakaian dan bebas duduk dengan cara semaunya. Pokoknya semuanya serba bebas.  Obrolan  di warkop  semakin seru dan nikmat karena ditemani secangkir kopi panas, roti bakar isi coklat dan sebatang rokok. Sayangnya, ngopi di warkop harus bayar cash alias tunai. Kartu kredit bank apapun, tidak berlaku. Jakarta dalam frame pelanggan warkop adalah kota multiproblem yang tidak pernah sepi 1X24 jam.

Semua kebebasan yang ada di warkop tidak akan pernah bisa kita nikmati kalau kita ngopi di kafe yang berada dalam kawasan pusat perbelanjaan mewah dan  elit di  Jakarta.  Pengunjung setia kafe,  mau tidak mau harus menjaga imagenya,  baik dalam gaya bicara, gaya berpakaian, gaya duduk dan gaya bayar dengan berbagai pilihan kartu kredit.  Topik obrolan di kafe tidak seperti di warkop. Para penikmat kafe lebih cenderung ngobrol soal harga saham, beli mobil baru, nonton konser musik,  jalan-jalan ke Eropa, beli HP baru dan semua barang-barang branded. Jakarta dalam frame  pengunjung kafe adalah kota tempat pesta. Siapa saja bisa merasakan kemewahan Jakarta selama 1x24 jam.

Dari kaca mata pelanggan warkop dan pengunjung kafe, kita sudah bisa membedakan keberadaan fakta sosial kehidupan warga Jakarta.  Jakarta terbuka & netral bagi siapa saja. Jakarta tidak pilih kasih soal  suku, agama, golongan, status sosial ekonomi dan segala macamnya.  Siapa saja bisa menikmati Jakarta dari pagi hingga dini hari dengan gayanya sendiri-sendiri. Salut  Jakarta! [Wawan Kuswandi]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Sunday, August 9, 2020

Demi Waktu [OPINI]

Nikmatnya waktu bisa membuat manusia ‘terlelap’ dalam perputaran duniawi. Dalam pandangan sekilas, perjalanan waktu tampak sederhana. Padahal, waktu mendapat kuasa dariNya untuk mengendalikan alam raya. Waktu adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia. TakdirNya sudah menunjuk waktu sebagai penentu atas apa-apa yang terjadi di jagat raya. Disadari atau tidak semua makhluk hidup berada dalam genggaman waktu. Waktulah yang menentukan jalan hidup manusia sampai akhir zaman.

Waktu dalam pandangan Imam Ali bin Abi Thalib AS yang tertuang dalam kata mutiara ke 21 Nahjul Balaghah menyebutkan, ‘Kesempatan berlalu laksana awan, oleh karena itu kejarlah kesempatan-kesempatan baik.’

Waktu dalam tafsir Imam Ali AS adalah nikmat zatNya yang sangat mulia untuk manusia, tetapi sangat singkat kehadirannya. Saking cepatnya proses perjalanan waktu, Imam Ali menganalogikan waktu seperti awan-awan di langit yang cepat berlalu. Waktu hanya mampir sebentar dalam kehidupan. Tingginya derajat waktu wajib diapresiasi manusia dalam bentuk bersikap dan berperilaku baik terhadap seluruh CiptaanNya di jagat raya. Waktu atau masa sungguh sangat bernilai dibandingkan dengan apapun yang ada di muka bumi.

Waktu adalah mukjizatNya untuk  manusia. Begitu pentingnya waktu, Allah SWT sampai bersumpah  “Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan kesabaran".(Surah Al Asr Ayat 1-3).

Menurut Filsuf  Jerman,  Immanuel Kant, waktu adalah bagian dari akal budi manusia. Ia tidak berada di alam melainkan di dalam pikiran manusia. Pada awal abad 20, filsafat barat banyak menggali tentang  waktu dari para  filsuf  timur, terutama dalam tradisi taoisme dan buddhisme yang berkembang di Cina dan India. Dalam filsafat timur, waktu dilihat sebagai persepsi manusia. Pandangan ini sudah lama mengakar dalam tradisi Cina dan India. Waktu tak bisa dilepaskan dari pikiran manusia. Jadi, waktulah penentu jalan hidup manusia.

Saat ini, mungkin sebagian besar dari hidup kita telah menyia-nyiakan waktu. Manusia mengendalikan waktu  dengan seenaknya. Sifat-sifat individualistik manusia dalam merekayasa waktu tercermin dari pernyataannya yang menyepelekan waktu seperti  buang waktu, mengulur waktu, mengatur waktu, manajemen waktu, belum waktunya, sudah waktunya, tawar-menawar waktu, bermain waktu,  dan semua kalimat dan kata yang merendahkan ekSistensi waktu.

Di sisi lain,  waktu sudah mempunyai kuasa dariNya untuk memastikan  takdirNya tentang apa yang akan terjadi di jagat raya. Ketika waktu sudah memutuskan, maka manusia dan makhluk apapun yang ada  di alam semesta tak bisa  lagi melawan waktu.  Waktu punya hak untuk bertindak seketika. Kalau waktu sudah jatuh tempo,  maka sujud manusia sudah tak  berarti lagi. [Wawan Kuswandi]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogalley.Com

nikmatNya Ayam Goreng [OPINI]

Tuhan punya alasan tak terbantahkan ketika menciptakan sesuatu di alam semesta. Tuhan memberikan ‘mukjizat’  kenikmatan  yang luar biasa kepada manusia ketika makan ayam goreng. Lezatnya daging hewan-hewan ciptaanNya, bukan hanya sebatas mulut dan perut saja, hewan juga bisa memberikan ‘kenikmatan’ dunia dan akherat kepada manusia. Siang ini saya berniat mampir ke kedai mpok Dijah di kawasan  Jakarta  Kota. Lama sekali saya tidak makan  ayam goreng.  Kedai mpok Dijah  terkenal dengan kelezatan ayam gorengnya.  Saya adalah salah satu  dari sekian juta orang di Indonesia  yang ‘gila’ makan ayam goreng.

Tuhan punya alasan  kuat  ketika menciptakan alam semesta beserta isinya. Salah satunya hewan ayam yang bisa diolah menjadi makanan ayam goreng. Semua ciptaan Tuhan mempunyai berkah bagi kehidupan makhluk hidup di jagat raya yang mungkin saja bisa mengantarkan manusia  menerima  rahmatNya.

Saya teringat firman Allah SWT,  “Sesungguhnya dalam penciptaan langit & bumi, silih bergantinya malam & siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah SWT turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit & bumi. Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan &  kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang memikirkan (QS. Al Baqarah 2:164).

Menurut saya, makna tanda-tanda keesaan & kebesaran Allah SWT (QS.  Al Baqarah 2:164) diatas merupakan peringatan bagi manusia untuk berpikir atas seluruh ciptaanNya. Manusia sekelas habib pun tak bisa menciptakan alam semesta. Manusia diwajibkan untuk menyayangi seluruh ciptaanNya. Allah SWT  telah menunjukkan sifat kasih sayangnya  dalam Surat Hud ayat 36-38 yang mengisahkan tentang hukumanNya kepada kaum Nabi Nuh dengan mendatangkan banjir. Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu dan membawa satwa-satwa  secara  berpasang-pasangan.

Dalam sebuah riwayat, guru ngaji saya pernah bercerita bahwa ketika Nabi Muhammad SAW memasuki Kota Makkah setelah menaklukkan tentara Quraisy,  Beliau memerintahkan pengikutnya  untuk  tidak membunuh satwa apa pun yang ada di kota suci itu.  ‘Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya).’ (HR Al-Bukhari:2363).

Lantas bagaimana dengan  perilaku manusia yang suka  menganiaya hewan?  Nabi Muhammad SAW bersabda  ‘Seorang perempuan masuk neraka karena tidak memberi makan dan minum seekor kucing yang berada dalam kurungannya.’ (HR Al-Bukhari:3482). Kewajiban manusia menyayangi hewan juga terungkap dalam kajian ilmiah yang ditulis Bill Devall  (Januari, 2001) dalam bukunya ‘Deep Ecology:Living as if Nature Mattered’.  Devall menyatakan bahwa manusia harus melindungi hewan karena hewan merupakan mata rantai ekosistem kehidupan di muka bumi.

Seluruh makhluk hidup yang ada di alam semesta wajib saling menyayangi. Apabila ada manusia  yang suka melakukan penganiayaan terhadap hewan, mereka  layak disebut  Iblis.  Bahkan, kekejian manusia dalam menganiaya hewan melebihi kekejaman Iblis ketika menggoda manusia. Hal berbeda justru ditunjukkan beberapa  hewan tertentu yang dengan setia menjadi sahabat ‘lahir dan bathin’ manusia dalam keadaan apapun. Menurut Anda,  mana yang lebih berperikemanusiaan, hewan atau manusia? Anda bebas untuk menjawabnya. Saya yakin, Tuhan  akan menunjukkan kuasanya kepada siapapun yang telah melakukan ‘pembunuhan’ atas semua ciptaanNya yang ada di alam semesta.

Waktu menunjukkan pukul 11 lebih 30 menit. Perut mulai terasa lapar. Saya langsung meluncur menuju kedai mpok Dijah.  Air liur bergelombang kencang dimulut saya karena sudah tak sabar ingin menyantap nikmatNya, ayam goreng mpok Dijah. “Manusia bukan satu-satunya Makhluk Hidup ciptaanNya. Dengan segala Mukjizatnya Tuhan menciptakan makhluk hidup lainnya agar manusia lebih mengenal kasih sayang” [Wawan Kuswandi]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogalley.com

Makna Sosial Silaturahim [puasa hari ke-26]

Silaturahim bukan hanya tatap muka atau temu kangen dengan keluarga dan teman-teman. Silaturahim mengandung makna humanis yang mungkin saja bisa membawa hidup kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kata silaturahmi dan silaturahim sangat popular di Indonesia. Dua kata itu bukan hanya milik umat islam, tetapi hampir sebagian besar penganut agama lain pun ikut menggunakan dua kata yang penuh makna itu dalam kehidupan sehari-hari.

Kata silaturahmi dan silaturahim sudah menjadi simbol budaya masyarakat Indonesia, baik dalam tatanan komunikasi sosial maupun komunikasi non-public. Secara umum kata silaturahmi dan silaturahim di negeri garuda ini lebih banyak diartikan sebagai saling kunjung-mengunjungi kepada sanak saudara, bertamu ke rumah teman atau pulang kampung bertemu orang tua dan keluarga saat hari raya keagamaan. Dalam konteks ini, kata silaturahmi dan silaturahim diterjemahkan sebagai bentuk komunikasi tatap muka atau komunikasi langsung.

Sebenarnya ada perbedaan sangat mendasar antara kata silaturahmi dan silaturahim. Silaturahmi berasal dari dua kata yaitu silah yang artinya menyambungkan dan rahmi yang mengandung arti rasa nyeri yang diderita seorang ibu ketika melahirkan. Itu sebabnya kebencian, kedengkian dan konflik masih terus terjadi di Indonesia walaupun silaturahmi sudah terjalin. Mengapa? Karena yang kita pakai adalah kata silaturahmi yang berarti menyambung rasa nyeri.

Sedangkan kata silaturahim berasal dari kata silah yang artinya menyambungkan dan rahim berarti kekerabatan. Jadi silaturahim ialah menyambung kekerabatan diantara sesama makhluk hidup ciptaanNya.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturahim karena silaturahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta serta memperpanjang umur”.

Dalam konteks sosial, masyarakat Indonesia seringkali menjadikan ajang silaturahim sebagai bentuk pamer harta dan benda (ketika berkunjung ke rumah sanak saudara memakai perhiasan mewah dan membawa oleh-oleh yang berlebihan). Terkadang dalam prosesnya, silaturahim juga dijadikan sarana untuk membicarakan hal-hal yang bersifat kabar burung (gosif) atau mencari dukungan massa dalam aktivitas politik (pilkada atau pilpres).

Sebenarnya, makna silaturahim ialah saling mendo?Akan, saling menolong, saling berbagi rezeki, saling mengingatkan dan selalu memberi kebaikan antar sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sudahkah kita melakukan silaturahim dengan baik dan benar? Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

Indocomm.Blogspot.Co.Identification

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Saturday, August 8, 2020

Tuhan & Do’a [OPINI]

Ada sebuah kontak  bathin yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah  ketika manusia memanjatkan do’a. Antara do’a dan Tuhan ada batas tipis yang sulit dijabarkan dengan berbagai teori ilmu pengetahuan apapun. Siapapun Anda,  pasti mengenal yang namanya Do’a. Dalam ritual ibadah agama apapun,  do’a memainkan peran  sangat penting. Do’a merupakan proses komunikasi khusus yang dilakukan seseorang atau sekelompok massa kepada Tuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam do’a ada kejujuran, ada kekhusyuan, ada ketulusan, ada keikhlasan, ada kepasrahan, ada ketenangan, ada kesyukuran, ada kedamaian.

Seluruh manusia (tanpa kecuali) di jagat raya percaya dan meyakini bahwa do’a adalah cara terbaik untuk mendapatkan solusi atas segala persoalan hidup. Berdo’a juga menjadi  media untuk menyampaikan keinginan pribadi maupun kelompok  kepada Tuhan. Do’a  mencerminkan betapa ‘kecilnya’ manusia dihadapan Tuhan.

Akhir-akhir ini, disadari atau tidak,  manusia telah menjadikan do’a sebagai alat untuk mengungkapkan keluhan, kekecewaan, kemarahan dan ketidakpuasan atas berbagai  keputusan  yang sudah digariskanNya.  Terkadang,  do’a didramatisir oleh sebagian besar penganut agama tertentu melalui sebuah gerakan massa. Contohnya ialah do’a bersama di lapangan atau di tempat ibadah yang melibatkan ratusan orang  dan  dikordinir oleh ormas dan beberapa tokoh  agama. Do’a  pun berubah menjadi aktivitas  unjuk massa, unjuk kekuatan, unjuk kekuasaan, unjuk eksklusivitas dan  aneka kepentingan terselubung lainnya.

Dalam praktiknya, antara berdo’a yang   tulus dan ikhlas dengan berdoa yang didasari oleh ketidakpuasan manusia sangat berbeda jauh. Berdo’a karena didasari oleh ketidakpuasan lebih memperlihatkan kepentingan duniawi sehingga do’a yang dipanjatkan  panjang lebar dan menghabiskan banyak waktu.  Pada umumnya, isi  do’anya juga berupa permintaan kepada Tuhan yang beraneka macam.

Dalam perspektif berbeda, do’a yang dipanjatkan seseorang dengan tulus dan ikhlas merupakan proses berserah diri manusia kepadaNya,  karena Dia Maha Tahu atas apa yang dirasakan  dan dibutuhkan manusia. Jadi, do’a itu tidak harus  berpanjang-panjang kata dan bukan melulu menuntut kepentingan duniawi.

Menurut saya, do’a yang kita panjatkan kepadaNya harus to the point (singkat, jelas dan fokus). Disinilah makna sesungguhnya  dari  do’a. Sebenarnya,  Intisari do’a adalah  hubungan  komunikasi bathin manusia dengan  Tuhan sebagai bentuk rasa syukur atas semua takdir yang diturunkanNya. Efek dahsyat dari  do’a ialah  rasa keimanan dan ketaqwaan manusia kepadaNya akan semakin meningkat. [Wawan Kuswandi]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Lawan Arogansi Kekuasaan [OPINI]

Siapapun di negeri ini yang bertindak arogan,  semena-mena, melanggar UU, melakukan korupsi dan menindas rakyat dengan menggunakan  kekuasaan atau jabatannya wajib dilawan. Namun, perlawanan  itu harus dilakukan dengan cara-cara beradab, etis dan damai. Sedikitnya ada tiga lembaga tinggi negara yang seringkali melakukan perilaku arogan terhadap masyarakat. Ketiga lembaga itu adalah legislatif (anggota parlemen), eksekutif  (pemerintah) dan yudikatif (lembaga-lembaga hukum). Dari ketiga lembaga itu, rata-rata sebagian besar  oknumnya, baik secara individual maupun berjamaah terus-menerus bertindak arogan.

Salah satu bentuk arogansi oknum parlemen ialah perilaku ‘premanisme’ yang merencanakan membuat pansus angket terhadap KPK. Sejumlah oknum parlemen diduga kuat ingin menghancurkan KPK dengan cara-cara yang tidak etis dengan mengatasnamakan ‘audit’ kinerja KPK. Seperti diketahui,  akhir-akhir ini KPK ganas melakukan OTT terhadap siapapun pejabat negara dan korporasi yang melakukan korupsi terhadap keuangan negara.

Sebelumnya, perilaku arogan sejumlah oknum anggota parlemen banyak dilakukan dengan cara-cara  menyalahgunakan jabatan dan  tindak kekerasan fisik. Sejak rezim HM. Soeharto hingga Jokowi, segelintir oknum anggota parlemen acapkali bertindak arogan, baik secara sembunyi-sembunyi  maupun transparan. Sebagian telah ditangkap aparat hukum. Sebagian lagi masih dalam pemantauan dan pengumpulan alat bukti.

Oknum-oknum di lembaga eksekutif juga tak mau kalah  dengan  oknum  anggota parlemen di Senayan. Beberapa oknum menteri ikut menggerogoti kekayaan negara. Bahkan, dengan jabatan dan kekuasaanya mereka juga melakukan tindak pemerasan, pengancaman, pelecehan seks dan korupsi. Contoh kongkretnya ialah mantan menteri Agama Suryadharma Ali,  mantan menteri ESDM, Jero Wacik dan  mantan menteri Kesehatan  dr. Siti Fadilah Supari dan masih banyak lagi menteri-menteri lainnya yang diduga kuat korupsi berada dalam radar KPK.

Hal yang sama juga dilakoni oknum-oknum yang berkiprah di lembaga yudikatif. Sekelompok oknum polisi,  jaksa dan hakim gemar jual beli kasus hukum. Contoh spektakuler yang mengguncang publik diantaranya ialah jual-beli kasus yang dilakukan mantan ketua MK Akil Mochtar. Sejumlah oknum polisi  juga acapkali melakukan tindakan arogan terhadap rakyat. Misalnya melakukan aksi kekerasan fisik  kepada para pengunjuk rasa.  Sebagian besar oknum polisi di republik ini juga masih  pilih kasih dalam menangani  kasus kriminal sosial.

Melihat fenomena sikap dan perilaku para pemangku kekuasaan di Indonesia yang semakin arogan dan tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat, maka sudah selayaknya rakyat melawan. [Wawan Kuswandi]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Bobroknya Mentalitas Pengendara [OPINI]

Mana yang Anda pilih,  naik kendaraan (mobil atau motor) pribadi atau naik angkutan umum massal? Jawabannya terserah Anda. Kalau saya lebih memilih naik angkutan umum yang bersifat personal dan khusus seperti taksi online. Harganya memang sedikit mahal, tetapi nyaman. Setiap hari kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan raya. Penyebab  kecelakaan juga bervariasi. Namun,  secara umum faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas lebih didominasi oleh bobroknya sebagian besar mentalitas pengendara di jalan raya.

Data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2015 lalu jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 31.234 jiwa. World Health Organization (WHO) PBB memprediksikan, pada tahun  2030 kecelakaan lalu lintas bisa menjadi penyebab kematian terbesar nomor lima di dunia.

Mentalitas bobrok  bukan hanya milik pengendara, tetapi  juga segelintir oknum aparat polantas yang masih ‘menikmati’  pungli dan perilaku arogan di jalan raya.  Disisi lain, jumlah pengendara yang tidak disiplin semakin tinggi. Kendaraan umum yang tidak layak pakai pun semakin membludak.  Rambu-rambu lalu lintas banyak yang tidak proporsional penempatannya.

Terus terang, saya lebih baik menyimpan kendaraan pribadi saya di garasi rumah daripada tergores oleh senggolan kendaraan lain di jalan raya. Bahkan, saya lebih suka memakai jasa driver saat menggunakan  mobil pribadi. Hal itu saya lakukan karena banyak dampak positifnya, diantaranya ialah kendaraan (mobil/motor) saya tetap mulus, perjalanan jadi  nyaman dan aman, bisa tidur sejenak atau melakukan aktivitas seperti membaca selama perjalanan dan terhindar dari perasaan emosi terhadap sesama pengendara lain.

Seperti tertuang dalam Decade of Action for Road Safety PBB  Tahun 2010 lalu, seharusnya pemerintah Indonesia sudah menerapkan keamanan dan kenyamanan angkutan  umum sebagai alat transportasi massal. Hal ini sesuai dengan Pasal 203 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan  yang berbunyi ‘Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.’

Lantas pertanyaannya ialah apakah pemerintah sudah bertanggungjawab terhadap keamanan, keselamatan dan kenyamanan konsumen pengguna transportasi massal? Secara pribadi, saya tidak terlalu banyak berharap soal kenyamanan, keselamatan dan keamanan berkendara di Jalanan, kalau sebagian besar mentalitas pengendaranya sudah bobrok. Namun, saya punya mimpi sederhana yang mungkin juga teramat sulit untuk diwujudkan yaitu kapan alat transportasi publik di Indonesia nyaman dan menjadi idola masyarakat? [Wawan Kuswandi]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com