Wednesday, July 8, 2020

Indonesia Bubar 2030, Selamat Tinggal Parpol Gerindra...

Pidato politik Prabowo Subianto yang menyebutkan bahwa Indonesia akan bubar tahun 2030, menuai kehebohan publik. Sejumlah politisi tertawa terbahak-bahak. Rakyat pun mencemooh sang mantan jenderal ini. Lho memang kenapa? Ya, jelas saja mereka tertawa dan mencemooh, karena bahan referensi pidatonya berasal dari novel fiksi 'Ghost Fleet' yang ditulis Peter Warren Singer dan August Cole yang terbit tahun 2015 lalu. Singer adalah penulis ahli strategi dari New America Foundation. Sedangkan, Cole merupakan analis yang kerap mengeksplorasi masa depan dari sebuah konflik.

Tak jelas apa alasan Prabowo memakai referensi novel fiksi dalam pidatonya. Nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Rakyat kini semakin tahu kualitas dan kapabilitas seorang Prabowo yang selalu dielu-elukan oleh kader parpol Gerindra.

BACA JUGA: La Nyalla dan Enam Cacat Politik Partai Gerindra

Sadarkah Prabowo bahwa isi pidatonya benar-benar telah mempermalukan dirinya di hadapan rakyat sekaligus menjatuhkan elektabilitasnya dalam pilpres 2019 mendatang? Lebih parahnya lagi, rakyat pun semakin memahami kualitas politik para kader Gerindra yang diduga semakin jeblok.

Lantas apa efek dari ceramah politik Prabowo? Yang pasti rakyat yang tadinya mengidolakan Prabowo dan Gerindra, mungkin saat ini tidak lagi bersimpati dan mendukungnya. Kemungkinan besar rakyat akan meninggalkan Prabowo dan partai Gerindra dalam pilpres 2019 mendatang.

BACA JUGA: Amien Versus Luhut: Tontonan ?Politik Opera Sabun?

Rakyat kini mempunyai banyak pilihan terhadap sejumlah politisi dan parpol baru yang lebih berkualitas sebagai alternatif untuk mendukungnya. Secara langsung maupun tidak langsung, rakyat mungkin akan ?Mengubur? Partai Gerindra dalam pilpres 2019 mendatang. Dukungan terhadap Prabowo pun mungkin akan ?Bubar? Secara perlahan tetapi pasti, kecuali para kadernya di partai Gerindra.

BACA JUGA:Mau Tahu Masa Depan Ahok Usai Keluar Dari Penjara? Baca Buku ini

Dari hari ke hari jelang pilpres 2019 mendatang, rakyat semakin tahu sikap dan perilaku politik parpol Gerindra. Rakyat tidak lagi percaya kepada tokoh-tokoh politik yang kerjanya cuma berwacana menyampaikan records dan fakta politik yang tidak akurat.

Indonesia bukan milik tokoh politik atau partai politik. Indonesia milik rakyat, maka otomatis parpol dan tokoh politik yang berpihak kepada rakyat akan mendapat dukungan penuh dari bangsa ini. Ceramah politik Prabowo Subianto menjadi pelajaran politik paling berharga bagi bangsa ini. Rakyat berharap apa yang telah dilakukan Prabowo tidak lagi diulangi oleh tokoh politik dan parpol lainnya yang ada di Indonesia. Salam damai untuk Prabowo Subianto dan parpol Gerindra. Selamat tinggal parpol Gerindra?

Salam Sruput teh tubruk bro.... [Wawan Kuswandi]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Lagi-lagi Umbar Pernyataan Provokatif, Prabowo Frustrasi?

Jatuh tempo pilpres 2019 semakin dekat, Ketua Umum Parpol Gerindra, Prabowo Subianto tampak terlihat semakin ambisius dan ngebet untuk menjadi presiden RI. Lagi-lagi mantan Danjen Kopassus ini mengumbar isu provokatif ke publik. Apa yang menyebabkan Prabowo begitu ambisius dan provokatif? Sedikitnya ada tiga indikator yang bisa mengukur ambisiusme Prabowo yaitu:

Pertama, pernyataannya tentang dia menyesal tidak melakukan kudeta. "Dulu saya dituduh mau kudeta," kata Prabowo dalam acara kampanye calon Gubernur Jawa Barat, Sudrajat, di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Minggu (1/4/2018). Ia pun sempat berkelakar soal isu kudeta tersebut. Ia berseloroh menyesal tak jadi melakukan kudeta sebab prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini. "Terus terang aja dalam hati nyesel juga gue enggak kudeta dulu. Lihat negara kaya begini sekarang," lanjut Prabowo yang disambut tepuk tangan para peserta kampanye yang hadir.

BACA JUGA: Indonesia Bubar 2030, Ekspresi Panik Prabowo?

Kedua, ucapan Prabowo tentang elite goblok dan bermental maling. "Jangan-jangan karena elite kita yang goblok atau menurut saya campuran. Sudah serakah, mental maling, hatinya beku, tidak setia pada rakyat. Mereka hanya ingin kaya," ujar Prabowo saat berpidato di Gedung Serbaguna Istana Kana Cikampek, Sabtu (31/3) lalu.

Ketiga, soal isi pidato politiknya yang menyatakan Indonesia akan bubar tahun 2030 berdasarkan referensi novel fiksi Ghost Fleet karya penulis Peter W Singer dan August Cole.

Ketiga pernyataan Prabowo di atas bukan hanya mengundang debat publik dan ejekan sejumlah politisi nasional, tetapi juga menjadi heboh dan viral di sosial media, sekaligus meruntuhkan elektabilitasnya di mata publik pada titik yang paling rendah.

Tampaknya Prabowo, tak bosan-bosannya menunjukkan gaya, sikap dan perilaku provokatif di hadapan publik. Boleh-boleh saja Prabowo berlakon seperti itu, namun sungguh disayangkan, kalau konten wacananya tidak edukatif dan kontrukstif untuk perkembangan wawasan kebangsaan rakyat di negeri garuda ini. Tampaknya, Prabowo diduga sedang mengalami frustrasi dan post power syndrome. Hal ini terjadi karena rakyat tidak tidak memberikan sedikitpun apresiasi positif terhadap semua pernyataan Prabowo, kecuali kader dan elit parpol Gerindra. Sikap dan perilaku Prabowo ini sangat tidak layak untuk dicontoh oleh mantan atau pensiunan prajurit TNI yang ingin terjun ke kancah politik praktis.

BACA JUGA: PK Ahok Ditolak MA: Antara Keadilan Dan Ketidakadilan Hukum

Pertanyaan besarnya ialah kenapa Prabowo bisa frustrasi? Pertama, mungkin karena elektabilitasnya semakin hari, semakin ciut dan mengecil. Kemudian, kredibilitas kader dan elit parpol Gerindra juga terus merosot tajam dan diduga sudah kehilangan kualitas kebangsaannya untuk kepentingan bangsa ini. Mungkin inilah salah satu faktor yang menyebabkan mengapa Gerindra, belum mendeklarasikan Prabowo sebagai capres di pilpres 2019. Akhir-akhir ini, parpol Gerindra hanya nampak ngotot dan fokus untuk merebut kekuasaan. Sejumlah elit parpol Gerindra juga terus mendorong Prabowo untuk jadi presiden, walaupun dalam kenyataannya, baik parpol Gerindra maupun Prabowo sudah kehilangan simpati dari masyarakat.

BACA JUGA: Amien Versus Luhut: Tontonan “Politik Opera Sabun”

Sungguh memprihatinkan! Pikiran dan hati Prabowo, seolah-olah hanya dipenuhi nafsu semata. Pantas saja kalau ada sebagian pihak menolak Prabowo disebut sebagai figur negarawan, seperti digembar-gemborkan para kader Gerindra.

Prabowo mungkin lupa bahwa rakyat Indonesia semakin cerdas, kritis dalam melihat perkembangan politik di tanah air. Seperti diketahui, saat ini rakyat juga sudah sangat apatis terhadap sikap dan perilaku sejumlah politisi yang bercokol di Senayan.

Jangan jejali rakyat dengan propaganda dan marketing politik murahan. Rakyat butuh politisi berkualitas, cerdas dan bijak. Rakyat tahu, mana elit politik atau parpol yang pantas menjadi rujukan politiknya.

BACA JUGA: Mau Tahu Sembilan Indikator yang Mendukung Ahok? Baca Ebook ini

Tampaknya, keberadaan Prabowo dan parpol Gerindra, semakin jauh dari harapan rakyat karena mereka tidak lagi memberikan contoh santun dalam berpolitik praktis. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Prabwo dan Gerindra semakin miskin pendukung. Maka tak heran kalau Prabowo berapi-api mengeluarkan pernyataan provokatif dengan tujuan untuk mengatrol elektabilitasnya. Namun, justru perilaku Prabowo ini menjadi blunder bagi dirinya dan juga Gerindra. Lagi-lagi rakyat sudah cerdas dan tidak mudah percaya begitu saja dengan manuver poltik yang dilakukan Prabowo dan elit parpol Gerindar. Apresiasi rakyat terhadap Prabowo dan Gerindra mungkin saat ini sudah ‘bubar’.

Salam sruput teh tubruk bro...[ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Tuesday, July 7, 2020

Mukjizat Berbuat Baik Saat Berpuasa Ramadhan (puasa hari ke-17)

Lantas bagaimana bentuk kongkret perbuatan baik? Berbuat baik memiliki makna dan dimensi yang sangat luas. Berbuat baik, bukan hanya dilakukan antarsesama manusia sebagai makhluk ciptaanNya yang berakal dan berbudi.

Berbuat baik saat berpuasa ramadhan juga wajib dilakukan kepada semua benda dan makhluk ciptaan Allah SWT yang ada di alam raya, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa. Allah SWT pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu ketika Dia menciptakan sesuatu di muka bumi. Allah SWT Maha Penyayang terhadap semua ciptaanNya yang ada di jagat raya.

Perbuatan baik ketika sedang berpuasa ramadhan dapat diwujudkan dalam bentuk perkataan lisan dan tulisan yang santun dan beradab, berperilaku dan bersikap sopan dan bermoral, saling sayang menyayangi, saling tolong menolong, menghormati hak orang lain, menjaga hubungan silaturrahim dengan antarsesama manusia tanpa dibatasi oleh Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).

Dengan tetap menjaga perbuatan baik dalam bentuk kasih sayang antarsesama, maka keimanan kita terhadap Allah SWT di bulan ramadhan akan semakin kokoh. Dalam proses hubungan antarmanusia ini, Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 14, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)".

Dalam soal kasih sayang, Allah SWT juga berfirman dalam surat Maryam ayat 96, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”.

Rasa kasih sayang ini wajib kita lakukan bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada semua makhluk dan seluruh benda ciptaanNya yang ada di jagat raya, tanpa pilih kasih. Allah SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 10, “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik".

Lalu, bagaimana caranya bersikap terhadap orang yang membenci, syirik, iri atau dengki terhadap Anda yang sedang berpuasa? Jawabannya sangat sederhana, tetapi mungkin sulit untuk dilakukan yaitu balaslah kebencian orang lain kepada Anda dengan tetap memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas, tidak menyimpan dendam, tetap menjaga silaturrahim dan selalu mendoakan orang yang membenci Anda agar dia diberi petunjuk dan jalan yang lurus olehNya.

Percayalah sebuah perbuatan baik sekecil apapun di muka bumi niscaya akan mendapatkan kebaikan dari Allah SWT, baik di dunia maupun Akherat. Ketentraman, kenyamanan dan ketenangan hidup mungkin merupakan bagian terkecil dari mukjizat berbuat baik. Masih banyak mukjizat lainnya yang lebih sempurna akan diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang berbuat baik. Namun, semua mukjizat itu menjadi rahasia Allah SWT.

Sedikitnya, ada tiga perbuatan baik yang bisa Anda lakukan saat berpuasa yaitu pertama berkata baik, kedua berbuat dan bersikap baik, ketiga berdoa untuk sesama. Nah Mulai hari ini dan seterusnya, mari kita sama-sama selalu menebar dan menanamkan kebaikan dan kasih sayang kepada semua makhluk dan benda-benda yang ada di alam raya. Wassalam..

Salam berbuka puasa bro... [Wawan Kuswandi]

LIHAT JUGA:

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

@indonesiacommentofficial

@INDONESIAComment

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Foto: ist

Elektabilitas Prabowo Drop, Eksistensi Parpol Gerindra Diduga Nyaris Punah

BACA JUGA: Amien Rais Dan Partai Setan, Ngeri!

Menurut survei itu, tingkat keterpilihan Jokowi bila pemilihan presiden dilaksanakan saat ini adalah 55,9 persen. Elektabilitas itu meningkat dibanding enam bulan lalu, yakni 46,three persen. Adapun tingkat keterpilihan Prabowo pada enam bulan lalu mencapai 18,2 persen. Namun menurun menjadi 14,1 persen pada saat survei ini berlangsung. Survei Litbang Kompas dilakukan tanggal 21 Maret-1 April 2018 di 32 provinsi. Survei melibatkan 1.200 responden berusia di atas 17 tahun dengan metode tatap muka. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan ninety five persen dan margin of blunders sekitar 2,8 persen.

BACA JUGA: RA Kartini Menangis, Kenapa?

Ada tiga hal yang menyebabkan elektabilitas Prabowo merosot tajam dan terus mengalami tren negatif yaitu :

1. Sejak pemilu tahun 2014 lalu, Prabowo Subianto sempat menghilang dari peredaran publik. Baru dalam satu atau dua tahun terakhir ini, Prabowo muncul di hadapan masyarakat dan mengeluarkan sejumlah pernyataan kontroversial.

2. Sejumlah elit politik Gerindra yang muncul di media massa, sering sekali mengeluarkan pernyataan poltik yang lebih didominasi oleh persoalan perebutan kekuasaan menjelang pilpres 2019 dengan cara-cara yang cenderung provokatif dan agitatif.

3. Sosialisasi platform politik Gerindra untuk bangsa ini tidak konsisten dikomunikasikan kepada rakyat. Justru yang terjadi adalah para elit politik Gerindra lebih cenderung melakukan manuver politik dengan cara mengeritik pemerintah, tetapi sedikit sekali memberikan solusi terhadap berbagai trouble nasional.

BACA JUGA: Touring Chopper Di Sukabumi Dan Komunikasi Politik Jokowi

Lantas apa akibatnya bila elektabilitas Prabowo drop. Tentu saja akan sangat berpengaruh kepada eksistensi Gerindra sekaligus menurunnya tingkat kredibilitas rakyat kepada Prabowo. Sedikitnya ada tiga efek dahsyat yang terjadi akibat dropnya elektabilitas Prabowo yaitu :

1. Eksistensi Parpol Gerindra diduga kuat akan terancam punah dari percaturan partai politik nasional, karena rakyat dan juga para pendukung fanatiknya kecewa. Kemungkinan besar mereka hengkang ke parpol lain.

2. Eksistensi politisi elit Gerindra tidak lagi mendapat simpati dan kepercayaan dari rakyat. Kemungkinan besar dalam pemilihan calon anggota legislatif (Caleg) mendatang, sebagian politisi Gerindra tidak akan terpilih lagi.

3. Eksistensi Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra, otomatis akan menurun sampai titik terendah.

BACA JUGA: Indonesia Bubar 2030, Ekspresi Panik Prabowo?

Namun, semua argumen di atas hanyalah sebuah analisis sederhana yang mungkin saja bisa benar atau bisa juga salah overall. Semua itu akan terlihat seiring perjalanan waktu menuju pilpres 2019. Jadi, Anda boleh percaya, boleh juga tidak. Itu terserah Anda. Salam damai Indonesia.

Salam sruput teh tubruk bro...[Wawan Kuswandi]

BACA JUGA: BUKU 'Secangkir Opini Jakarta dan Ahok' TELAH TERBIT, MILIKI SEGERA!

Www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Touring Chopper Di Sukabumi Dan Komunikasi Politik Jokowi

Namun, momen itu menjadi sangat luar biasa efeknya karena mampu menyedot perhatian publik dan menjadi viral di sosial media. Jokowi berhasil mengidentifikasi dirinya sebagai presiden zaman now untuk generasi milenial.

“Senanglah yang jelas. Ya, memang biasanya tempatnya di Sukabumi, Pelabuhan Ratu. Jalannya juga sangat berkelok-kelok dan ingin sekaligus mengenalkan Pelabuhan Ratu (ke masyarakat),” kata Jokowi usai touring. Sebelumnya, Jokowi  juga pernah naik motor saat meninjau jalan di Papua yang jaraknya sekitar 10 kilometer. Namun saat itu, Jokowi menaiki motor trail.

Touring Chopper Jokowi merupakan bentuk komunikasi politik untuk merangkul generasi milenial. Jokowi menerapkan Teori Empati dan Teori Homofili yang digagas Daniel Lerner (1978). Dalam teori ini disebutkan bahwa komunikasi yang ‘berempati’ yang dibangun atas ‘kesamaan’ (homofili) akan jauh lebih berpengaruh dan efektif.  Proses ‘empati’ dilakukan dengan cara menyelami jalan pikiran target penerima informasi yang disampaikannya.

Sedangkan homofili dilakukan misalnya dengan melakukan pemberian informasi kepada massa yang memiliki kesamaan usia, ras, agama, ideologi, pandangan politik, dan sebagainya. Dengan teori ini, Jokowi berhasil menembus empati dan kesamaan dirinya dengan generasi milenial melalui motor chopper yang digandrungi anak muda.

Bukan Jokowi namanya, kalau tidak bisa membuat advertising politik kekinian. Tentu saja, mengendarai sepeda motor bergaya anak muda menjadi salah satu bagian dari advertising politiknya. Mungkin, gaya marketing politik yang dilakukan Jokowi ini, tidak pernah terpikirkan oleh banyak orang, termasuk staf dan jajaran menteri di kabinetnya.

Marketing politik bergaya generasi milenial ini bukanlah pencitraan seperti digembar-gemborkan oleh kelompok oposisi. Justru dengan mengendarai motor, Jokowi bisa melihat keadaan kota yang disinggahinya secara langsung tanpa ada rekayasa penataan kota, seperti yang pernah dilakukan oleh sejumlah presiden terdahulu.

Jokowi ingin melihat lebih dekat kehidupan masyarakat, seperti di Papua maupun Sukabumi. Bukan tidak mungkin, Jokowi akan terus mengendarai motor untuk meninjau sejumlah daerah di wilayah Indonesia. Dengan rutinnya mengunjungi berbagai daerah di Indonesia, Jokowi sadar betul bahwa dia sedang melakukan komunikasi politik dengan menerapkan teori Informasi dan Nonverbal yang dikemukakan B. Aubrey Fisher (1990). Dalam teori itu disebutkan bahwa bertindak sama dengan berkomunikasi.

Dalam hal politik, melakukan tindakan politik sama dengan melakukan komunikasi politik. Tindakan dalam komunikasi politik dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh masyarakat yang melihatnya. Pola tindakan itulah yang kemudian dipelajari sebagai pedoman untuk menentukan tindakan komunikasi politik yang dilakukan.

Pola tersebut dijadikan sebagai prediksi reaksi yang akan terjadi kedepannya. Nah, dengan melihat reaksi masyarakat yang dikunjunginya, Jokowi bisa memprediksi apa yang akan dilakukannya dan tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Marketing politik lainya yang juga sudah dilakukan Jokowi ialah dia secara kontinyu mendekati kelompok-kelompok islam dengan melakukan kunjungan ke pesantren-pesantren, sekaligus bersilaturrahim dengan sejumlah tokoh agama.

Dalam mendekati kalangan islam, Jokowi juga telah melakukan komunikasi politik dengan cara mengaplikasikan teori fenomenologis yang dipelopori Alfred Schutz (1899-1959). Dalam teori ini, digambarkan bahwa peran kepribadian politik seseorang akan lebih dapat dipahami dengan melukiskan peranan langsung orang tersebut.

Fokus teori itu ialah ingin melihat subjektivitas seseorang dalam menilai sebuah peristiwa yang terjadi melalui perasaan, sensasi, fantasi. Dengan teori ini Jokowi ingin melihat secara langsung kebutuhan dan perasaan kelompok islam dalam kepentingan politik.

Mungkin, Jokowi merupakan satu-satunya sosok presiden yang sangat sedikit sekali melakukan marketing politik melalui pernyataan atau wacana. Jokowi lebih cenderung melakukan politik aksi dan reaksi sebagai bentuk perhatiannya kepada rakyat. Seperti kita ketahui, saat ini sejumlah politisi nasional sedang tren melakukan manuver politik dengan cara mengeluarkan wacana atau pernyataan yang sifatnya provokatif.

Namun, Jokowi tak pernah terpengaruh oleh berbagai pernyataan provokatif yang bertebaran menyerang dirinya. Dia santai saja. Bahkan, kalaupun Jokowi harus  bereaksi terhadap pernyataan provokatif, dia meresponsnya dengan tenang dan tidak emosional. Contohnya ialah ketika Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia akan bubar tahun 2030, Jokowi menanggapinya dengan santai, dingin, dan malah mengajak rakyat untuk bersikap optimis.

Artikel ini sudah terbit di geotimes.Identification, Rabu eleven April 2018

https://geotimes.Co.Identity/opini/journeying-chopper-di-sukabumi-dan-komunikasi-politik-jokowi/

Monday, July 6, 2020

Amien Rais Versus Zulkifli Hasan, Elit Politik PAN Berpotensi Pecah

Sebelumnya, Amien menuduh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan telah melakukan sandiwara politik. "Saya lebih tahu dari pak Zul (Zulkifli Hasan) karena saya mendirikan. Saya keliling kemana-mana, umat PAN di bawah emoh Jokowi (Joko Widodo), titik," kata Ketua Dewan Kehormatan PAN ini di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 26 April 2018 lalu.

Menanggapi pernyataan Amien yang keras itu, Zulkifli justru tidak meladeninya. Zulkifli malah mengatakan bahwa PAN masih membuka kemungkinan untuk berkoalisi dengan kubu Jokowi atau Prabowo, bahkan kini PAN berkoalisi dengan Partai Idaman, pimpinan Rhoma Irama.

Zulkifli menyebut peluang Jokowi untuk menang dalam pilpres 2019 sangat kuat. "Kami masih belum memutuskan arah dukungan. Masih terbuka dengan calon manapun,” ujarnya. Statemen bersayap Zulkifli ini, jelas mencerminkan bahwa PAN menolak penyataan Amien dan kemungkinan besar mendukung Jokowi.

Seperti diketahui, sampai saat ini, PAN belum secara resmi memutuskan mendukung Prabowo sebagai capres dalam pilpres 2019. Bahkan yang mengejutkan, sebagian besar elit PAN justru diduga lebih cenderung (boleh juga dikatakan membelot) ingin PAN bergabung dengan koalisi parpol yang mengusung Jokowi.

Hal lainnya lagi yang juga bisa menjadi indikator kuat bahwa elit politik PAN mendukung Jokowi ialah belum adanya sedikitpun wacana bahwa PAN sepakat dengan PKS untuk mendukung Prabowo. PAN diduga kuat kecewa dengan PKS yang sudah mengajukan sembilan nama untuk cawapres Prabowo. PAN merasa ‘dicuekin’ karena PKS tidak melakukan kordinasi politik terlebih dahulu kepada PAN, soal pengajuan nama-nama cawapres ini.

Politik Positioning

Gaya komunikai politik Amien Rais yang meletup-letup, soal PAN mendukung Prabowo, sebenarnya Amien bertujuan ingin menciptakan Positioning Image PAN atau dalam bahasa zaman now-nya ialah Amien sedang menebar politik pencitraan untuk PAN. Politik pencitraan ini didasari oleh teori positioning yang banyak diterapkan dalam ilmu pemasaran. Dengan memakai teori ini, Amien ingin menguatkan persepsi publik untuk mendukung Prabowo. Target Amien Rais ialah dia ingin publik menjadikan PAN sebagai rujukan politik rakyat dalam pilpres 2019 mendatang.

Teori Positioning (seperti dikemukanan Fanggidae, 2006) juga bisa diartikan bahwa Amien sedang memainkan sebuah strategi bahwa rakyat akan mendapatkan manfaat bila mendukung PAN,  dibanding dengan mendukung parpol lain. Teori positioning ini sengaja dibangun Amien untuk meraih kepercayaan rakyat terhadap PAN.

Untuk merangkul rakyat, Amien juga menerapkan teori STP (Segmenting, Targeting, Positioning) yang digagas Philip Kotler (2003). Amien ingin mengubah pilihan politik rakyat yang heterogen menjadi homogen yaitu bersama PAN mendukung Prabowo.

Dengan menerapkan teori-teori di atas, maka wajar saja kalau Amien mencoba menginfiltrasi persepsi rakyat dengan terus melakukan propaganda politik secara agitatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), propaganda diartikan sebagai bentuk penerangan baik, benar atau salah yang sengaja dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Sedangkan agitatif merupakan bentuk hasutan kepada orang banyak untuk melakukan sesuatu. Hal ini biasa dilakukan oleh tokoh atau aktivis partai politik. Benarkah Amien melakukan semua teori di atas? Hanya dia yang tahu.

Terlepas dari sejumlah uraian teori di atas, terjadinya konflik internal di tubuh PAN ini akan mengakibatkan tiga dampak negatif yaitu:

Pertama, para pendukung PAN di arus bawah menilai bahwa konflik internal ini sebagai wujud tidak solidnya elit politik PAN. Belum adanya deklarasi resmi PAN tentang siapa capres yang diusung, membuat peta politik PAN tahun 2019 semakin kabur. Akibatnya, para pendukung PAN bisa membelot ke parpol lain atau memilih golput.

Kedua, perpecahan di tingkat elit politik PAN, secara langsung maupun tak langsung, membuat parpol lain, terutama PKS dan Gerindra ragu untuk mengajak PAN berkoalisi. Artinya, suara PAN tidak total mendukung Prabowo.

Ketiga, elektabilitas PAN mungkin akan semakin merosot dan tidak punya pilihan lain. Jalan satu-satunya ialah ikut bergabung bersama parpol koalisi pendukung Jokowi dengan harapan elektabilitas PAN kembali meningkat.

Perpecahan dan konflik internal di tubuh PAN, diprediksikan juga akan menguntungkan koalisi parpol pendukung Jokowi. Sedangkan bagi PKS dan Gerindra, konflik internal PAN jelas-jelas akan sangat merugikan, terutama dalam perolehan suara dukungan. Kekuatan koalisi PKS dan Gerindra (bila memang terjadi) diduga tetap akan sulit untuk memenangkan Prabowo di pilpres 2019.

Salam sruput teh tubruk bro...[Wawan Kuswandi]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_Kuswandi

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Menjadi Muslim yang Menyejukan Untuk Alam Semesta? (puasa hari ke-16)

Kaum muslim wajib menjadi subjek yang menyejukan bagi seluruh makhluk hidup ciptaanNya yang ada di alam semesta. Bagaimanakah eksistensi kaum muslim di Indonesia, apakah masih berwujud fisik agamawi semata atau bersifat moral agamawi?

Dalam tulisan pendek ini, saya mencoba memberi jawaban sederhana terhadap pertanyaan di atas, agar pembaca bisa memahaminya sekaligus mencerahkan sisi lahir dan bathin saya dan juga Anda.

BACA JUGA:Touring Chopper Di Sukabumi Dan Komunikasi Politik Jokowi

Sesungguhnya, seorang muslim yang alim atau taat, tidak mutlak ditentukan oleh khatam Al Qur?An puluhan kali, hafal surat-surat pendek Juz?Amma, sering menunaikan ibadah haji, berpakaian gamis atau jilbab, sering berceramah di majelis taklim, rajin bersedekah, melakukan puasa sunnah dan wajib serta menjalankan sholat lima waktu. Lantas apa ukurannya?

BACA JUGA: Indonesia Bubar 2030, Ekspresi Panik Prabowo?

Semua aktivitas muslim yang telah saya disebutkan di atas, hanyalah sebatas fisik agamawi, bukan moral agamawi. Kenapa demikian? Ya, Karena mungkin saja mereka memahami dan menjalankan ajaran Islam hanya sebatas fisik atau raga semata. Faktanya, masih ada sebagian besar kaum muslim yang sudah melakukan aktivitas fisik agamawi seperti di atas, tetapi kelakuannya masih tidak manusiawi dan islami, ketika mereka berhubungan dengan sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan (manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh benda) yang bertebaran di alam raya.

BACA JUGA: Amien Versus Luhut: Tontonan ?Politik Opera Sabun?

Islam itu ajaran perbuatan baik, menyejukan dan saling menyayangi antasesama makhluk hidup. Islam itu bukan hanya sekadar ibadah person, tetapi juga ibadah sosial. Ajaran Islam sangat terkait dengan perbuatan sosial tanpa pilih kasih. Islam itu bukan hanya sekadar berwujud gelar ulama, habib, ustadz, dai dan kyai saja.

BACA JUGA: PK Ahok Ditolak MA: Antara Keadilan Dan Ketidakadilan Hukum

Mungkin akan menjadi hal yang sia-sia saja, bila seorang muslim yang sudah meyakini rukun Islam dan rukun Iman, tetapi perbuatan dan perkataannya dalam kehidupan sehari-hari selalu menebar kebencian dan permusuhan. Bahkan merasa diri sudah paling benar diantara banyaknya perbedaan.

BACA JUGA: Mau Tahu Sembilan Indikator yang Mendukung Ahok? Baca Ebook ini

Sudah seharusnya sikap dan perilaku kaum muslim bukan hanya mengutamakan fisik agamawi tetapi juga menerapkan nilai-nilai moral agamawi. Sayangnya di Indonesia, sebagian besar penganut Islam dan tokoh agamanya, masih ada saja yang merasa dirinya paling Islam dibanding yang lain, ketika mereka sudah melaksanakan kegiatan fisik agamawi. Padahal, kenyataannya, mungkin saja merekalah yang justru sering mencermarkan ajaran agama. Mana yang Anda pilih, menjadi muslim fisik agamawi atau moral agamawi? Jawabannya terserah Anda.

Salam berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

BACA JUGA: BUKU 'Secangkir Opini Jakarta dan Ahok' TELAH TERBIT, MILIKI SEGERA!

LIHAT JUGA:

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

@INDONESIAComment

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: ist