Jatuh tempo pilpres 2019 semakin dekat, Ketua Umum Parpol Gerindra, Prabowo Subianto tampak terlihat semakin ambisius dan ngebet untuk menjadi presiden RI. Lagi-lagi mantan Danjen Kopassus ini mengumbar isu provokatif ke publik. Apa yang menyebabkan Prabowo begitu ambisius dan provokatif? Sedikitnya ada tiga indikator yang bisa mengukur ambisiusme Prabowo yaitu:
Pertama, pernyataannya tentang dia menyesal tidak melakukan kudeta. "Dulu saya dituduh mau kudeta," kata Prabowo dalam acara kampanye calon Gubernur Jawa Barat, Sudrajat, di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Minggu (1/4/2018). Ia pun sempat berkelakar soal isu kudeta tersebut. Ia berseloroh menyesal tak jadi melakukan kudeta sebab prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini. "Terus terang aja dalam hati nyesel juga gue enggak kudeta dulu. Lihat negara kaya begini sekarang," lanjut Prabowo yang disambut tepuk tangan para peserta kampanye yang hadir.
BACA JUGA: Indonesia Bubar 2030, Ekspresi Panik Prabowo?
Kedua, ucapan Prabowo tentang elite goblok dan bermental maling. "Jangan-jangan karena elite kita yang goblok atau menurut saya campuran. Sudah serakah, mental maling, hatinya beku, tidak setia pada rakyat. Mereka hanya ingin kaya," ujar Prabowo saat berpidato di Gedung Serbaguna Istana Kana Cikampek, Sabtu (31/3) lalu.
Ketiga, soal isi pidato politiknya yang menyatakan Indonesia akan bubar tahun 2030 berdasarkan referensi novel fiksi Ghost Fleet karya penulis Peter W Singer dan August Cole.
Ketiga pernyataan Prabowo di atas bukan hanya mengundang debat publik dan ejekan sejumlah politisi nasional, tetapi juga menjadi heboh dan viral di sosial media, sekaligus meruntuhkan elektabilitasnya di mata publik pada titik yang paling rendah.
Tampaknya Prabowo, tak bosan-bosannya menunjukkan gaya, sikap dan perilaku provokatif di hadapan publik. Boleh-boleh saja Prabowo berlakon seperti itu, namun sungguh disayangkan, kalau konten wacananya tidak edukatif dan kontrukstif untuk perkembangan wawasan kebangsaan rakyat di negeri garuda ini. Tampaknya, Prabowo diduga sedang mengalami frustrasi dan post power syndrome. Hal ini terjadi karena rakyat tidak tidak memberikan sedikitpun apresiasi positif terhadap semua pernyataan Prabowo, kecuali kader dan elit parpol Gerindra. Sikap dan perilaku Prabowo ini sangat tidak layak untuk dicontoh oleh mantan atau pensiunan prajurit TNI yang ingin terjun ke kancah politik praktis.
BACA JUGA: PK Ahok Ditolak MA: Antara Keadilan Dan Ketidakadilan Hukum
Pertanyaan besarnya ialah kenapa Prabowo bisa frustrasi? Pertama, mungkin karena elektabilitasnya semakin hari, semakin ciut dan mengecil. Kemudian, kredibilitas kader dan elit parpol Gerindra juga terus merosot tajam dan diduga sudah kehilangan kualitas kebangsaannya untuk kepentingan bangsa ini. Mungkin inilah salah satu faktor yang menyebabkan mengapa Gerindra, belum mendeklarasikan Prabowo sebagai capres di pilpres 2019. Akhir-akhir ini, parpol Gerindra hanya nampak ngotot dan fokus untuk merebut kekuasaan. Sejumlah elit parpol Gerindra juga terus mendorong Prabowo untuk jadi presiden, walaupun dalam kenyataannya, baik parpol Gerindra maupun Prabowo sudah kehilangan simpati dari masyarakat.
BACA JUGA: Amien Versus Luhut: Tontonan “Politik Opera Sabun”
Sungguh memprihatinkan! Pikiran dan hati Prabowo, seolah-olah hanya dipenuhi nafsu semata. Pantas saja kalau ada sebagian pihak menolak Prabowo disebut sebagai figur negarawan, seperti digembar-gemborkan para kader Gerindra.
Prabowo mungkin lupa bahwa rakyat Indonesia semakin cerdas, kritis dalam melihat perkembangan politik di tanah air. Seperti diketahui, saat ini rakyat juga sudah sangat apatis terhadap sikap dan perilaku sejumlah politisi yang bercokol di Senayan.
Jangan jejali rakyat dengan propaganda dan marketing politik murahan. Rakyat butuh politisi berkualitas, cerdas dan bijak. Rakyat tahu, mana elit politik atau parpol yang pantas menjadi rujukan politiknya.
BACA JUGA: Mau Tahu Sembilan Indikator yang Mendukung Ahok? Baca Ebook ini
Tampaknya, keberadaan Prabowo dan parpol Gerindra, semakin jauh dari harapan rakyat karena mereka tidak lagi memberikan contoh santun dalam berpolitik praktis. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Prabwo dan Gerindra semakin miskin pendukung. Maka tak heran kalau Prabowo berapi-api mengeluarkan pernyataan provokatif dengan tujuan untuk mengatrol elektabilitasnya. Namun, justru perilaku Prabowo ini menjadi blunder bagi dirinya dan juga Gerindra. Lagi-lagi rakyat sudah cerdas dan tidak mudah percaya begitu saja dengan manuver poltik yang dilakukan Prabowo dan elit parpol Gerindar. Apresiasi rakyat terhadap Prabowo dan Gerindra mungkin saat ini sudah ‘bubar’.
Salam sruput teh tubruk bro...[ Wawan Kuswandi ]
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
Indocomm.blogspot.com
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com