Monday, July 6, 2020

Cadar, Jilbab dan Ziarah Makam? (puasa hari ke-6)

BACA JUGA: Touring Chopper Di Sukabumi Dan Komunikasi Politik Jokowi

Persoalan memakai cadar (niqab) bagi perempuan sebenarnya merupakan masalah yang masih diperselisihkan oleh para pakar hukum Islam. Menurut madzhab Hanafi, di zaman sekarang perempuan yang masih muda (al-mar`ah asy-syabbah) dilarang membuka wajahnya di antara laki-laki, bukan karena wajah itu termasuk aurat, tetapi lebih untuk menghindari fitnah. (Sumber: lihat Al-Mawsu?Atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Wizaratul Awqaf changed into Syu?Unul Islamiyyah, juz XLI, halaman 134). Artinya, ?Mayoritas fuqaha (baik dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi?I, dan Hambali) berpendapat bahwa wajah bukan termasuk aurat. Jika demikian, wanita boleh menutupinya dengan cadar dan boleh membukanya.

BACA JUGA: Amien Rais Dan Partai Setan, Ngeri!

Sedangkan menurut madzhab Maliki, makruh hukumnya bagi wanita menutupi wajah, baik ketika dalam shalat maupun di luar shalat karena termasuk perbuatan berlebih-lebihan (al-ghuluw).

BACA JUGA: Indonesia Bubar 2030, Ekspresi Panik Prabowo?

Jauh-jauh hari sebelum masalah cadar merebak, perempuan yang memakai hijab/jilbab juga terus memicu friksi yang dikaitkan dalam ajaran Islam. Polemik soal hijab/jilbab pun sampai saat ini statusnya masih menggantung. Bahkan, sekelompok kaum muslim liberal barat berpendapat bahwa pemakaian hijab/jilbab haruslah kontekstual. Di Arab, menurut mereka, hijab/jilbab dipakai untuk melindungi fisik perempuan dari terik matahari.

Menyangkut hijab/jilbab ini, Allah SWT berfirman, “Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak- anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. AL Ahzab:59).

Dalam surat ini secara tegas Allah SWT menyampaikan bahwa tujuan pemakaian jilbab/hijab ialah agar wanita tidak mendapat gangguan dari pria lain dan mudah dikenali oleh suaminya. Artinya dalam konteks ini, perempuan yang telah menikah maupun yang belum menikah lebih dianjurkan untuk memakai jilbab/hijab dengan tujuan untuk melindungi dari dari ancaman laki-laki dan mudah dikenali oleh suaminya (bila sudah menikah). Kaum muslim menilai bahwa perempuan yang memakai jilbab/hijab, otomatis akhlaq dan moralnya sudah baik.

BACA JUGA: RA Kartini Menangis, Kenapa?

Dalam pandangan saya pribadi (maaf), pemakaian jilbab/hijab sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ahlaq dan ethical. Tidak ada jaminan bagi perempuan muslim yang sudah berjilbab/hijab, maka akhlaq dan moralnya jauh lebih baik, ketimbang muslimah yang tidak memakai jilbab/hijab. Kebaikan akhlaq dan moral bukan ditentukan oleh jilbab/hijab, melainkan oleh sikap dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sehari-hari.

Memakai jilbab/hijab bukan hanya sekadar untuk menutupi fisik semata. Tidak sedikit kaum muslimah yang sudah berjilbab/hijab, tetapi sikap, perilaku dan akhlaqnya masih sangat memprihatinkan dibandingkan dengan perempuan muslim yang belum berjilbab/hijab. Terlepas dari banyaknya pro dan kontra soal jilbab/hijab, ketika seorang muslimah sudah mau berjilbab/hijab, saya layak memberikan apresiasi karena dengan berjilbab/hijab, seorang muslimah mungkin akan secara perlahan memperbaiki sikap dan perilaku sosialnya.

Sedangkan menyangkut soal ziarah makam yang dilakukan perempuan, sebagian besar ulama masih berbeda pendapat. Syaikh Ibrahim Duwaiyyan mengatakan, jika seorang perempuan secara kebetulan berjalan melewati kuburan dan dia memberi salam serta mendo?Akan penghuni kubur, maka hal ini baik (tidak mengapa) sebab perempuan tersebut tidak sengaja melewati pekuburan? (sumber: Manar As Sabil Fi Syarh Ad Dalil).

BACA JUGA: Mengapa Ebook ?Secangkir Opini Jakarta dan Ahok? Wajib Jadi Referensi? Ini Testimoni Mengejutkan Pembaca

Sebagian ulama lainnya tidak membolehkan perempuan melakukan ziarah makam karena kemungkinan besar akan terjadi hal-hal yang bisa bertentangan dengan syari?At Islam. Misalnya, mereka menangis dengan keras, tabarruj (berhias), ikhtilath (bercampur baur dengan laki-laki), memamerkan perhiasan atau kecantikan, menjadikan kuburan sebagai tempat tamasya dan menghabiskan waktu dengan obrolan kosong atau bergosip. Namun, ada juga sebagian ulama lainnya, justru membolehkan perempuan melakukan ziarah makam, asal tidak melanggar syariat Islam seperti yang disebutkan diatas dan tidak menyalahi tuntunan yang diberikan Rasulullah SAW.

Masing-masing ulama (dari dua kelompok besar ini) tetap berpegang teguh kepada hadist yang diyakini kebenarannya. Faktanya, sampai saat ini, masih banyak perempuan melakukan ziarah makam. Dalam konteks sosial, ziarah makam yang dilakukan perempuan memang bukan hal mutlak yang harus dilakoni. Namun demikian, boleh-boleh saja perempuan melakukan ziarah makam, asalkan dengan niat hanya untuk memberikan do?A kepada ahli kubur.

Pada awalnya, Rasulullah SAW melarang umat Islam (tanpa kecuali) melakukan ziarah makam dengan tujuan untuk menghapuskan tradisi Jahiliyah yang berbangga-bangga dengan ziarah makam. Tetapi, kemudian Rasulullah SAW memberi keringanan hukum dengan memperbolehkan umat Islam melakukan ziarah makam. Tujuannya ialah agar manusia mengingat mati dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akherat. Perempuan pun disyariatkan melakukan ziarah makam dengan syarat tidak boleh terlalu sering melakukannya. Abu Hurairah berkata, ?Rasulullah SAW melaknat wanita yang sering berziarah kubur.? (Sumber: HR. At Tirmidzi 1056, Ibnu Majah 1576 dan dinilai oleh hasan Al-Albani dalam Irwa? Al-Ghalil 762).

Salam berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

@INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

foto: istimewa

Sunday, July 5, 2020

Marhaban Ya Ramadhan, Menuju Kesucian Diri (Puasa Ke-1)

Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan Ramadhan sebagai bulan ?Khusus? Kepada makhluk ciptaanNya di jagat raya untuk membersihkan jiwa dan raganya agar mencapai derajat kesucian diri secara lahir dan bathin. Umat Islam wajib menjaga kebersihan lisan, hati, pikiran, sikap serta perilakunya selama 24 jam di bulan suci Ramadhan.

Segenap umat Islam dimanapun berada diwajibkan untuk berpuasa Ramadhan. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah 2:183).

BACA JUGA: Komentar Fadli Zon Soal Bom Surabaya, Ngawur?

Ibadah puasa mengandung makna mengendalikan diri dari godaan hawa nafsu sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa menuntun manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan yang paling hakiki kepadaNya. Puasa menjadi salah satu ujian keimanan manusia, khususnya umat Islam kepada Allah SWT.

Berpuasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus. Esensi berpuasa ialah manusia wajib mengendalikan jiwa dan raganya dari kenikmatan hidup selama 24 jam (satu hari) dalam satu bulan. Jadi, bukan berarti setelah berbuka puasa (malam hari), umat Islam bebas melakukan apa saja. Umat Islam wajib menahan lisan, hati, pikiran, sikap dan perilakunya selama 24 jam dari berbagai ?Kotoran? Yang mungkin saja mencemarkan ibadah puasa.

Bagi umat Islam yang telah berumah tangga (menikah), Allah SWT menurunkan firmanNya, “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu, mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa”. (QS Al Baqarah 2:187).

Hakekat Puasa

Menunaikan ibadah puasa Ramadhan bukan 12 jam alias mulai dari imsak/subuh hingga adzan Maghrib tiba. Sepengetahuan saya, sebagian umat muslim di Indonesia melakukan puasa hanya pada saat pagi [selesai imsak/subuh] hingga adzan maghrib tiba. Saya melihat puasa itu lebih bersifat jasmani semata [menahan lapar dan haus serta kebutuhan biologis].

Semestinya, di bulan ramadhan, umat muslim bukan hanya melakukan puasa yang bersifat jasmani saja, tetapi juga puasa yang bersifat rohani [mulai dari imsak/subuh sampai datang imsak/subuh kembali). Kalau itu dilakukan [puasa jasmani dan rohani], maka puasa dilaksanakan selama 24 jam selama bulan ramadhan.

Faktanya, sebagian besar umat muslim, ketika usai berbuka puasa jasmani [adzan Maghrib], umumnya mereka mengabaikan puasa rohani pada malam hari. Sebagian besar umat muslim tidak lagi mampu mengontrol sikap, perilaku, pikiran dan perkataannya. Bahkan, ada yang tidak melaksanakan ibadah-ibadah sunnah yang diyakini akan melengkapi kesempurnaan ibadah puasa. Dari sini tampak jelas bahwa sebagian besar umat muslim memahami puasa ramadhan hanya sebatas puasa jasmani. Padahal, hakekat puasa ramadhan ialah seorang muslim wajib menunaikan puasa jasmani dan rohani selama 24 jam di bulan ramadhan.

Sayangnya, umat muslim belum memahami hakekat puasa Ramadhan dengan sebenar-benarnya. Bagi saya, puasa ramadhan itu merupakan media yang diberikan Tuhan secara istimewa kepada kaum muslim untuk membersihkan diri secara jasmani (lahir) dan rohani (bathin) selama 24 jam. Allah SWT memegang hak prerogatif dalam menilai puasa Ramadhan yang dilaksanakan umat muslim.

Menjaga kebersihan jasmani dan rohani saat berpuasa juga tidak harus berakhir ketika bulan ramadhan selesai. Kebersihan jiwa dan raga, lahir dan bathin serta jasmani dan rohani harus terus dijaga dan dilakukan umat muslim untuk selamanya sampai kepada titik ketika seorang umat muslim berpulang kepadaNya. Sudahkah umat muslim memahami hakekat puasa ramadhan dengan sebenar-benarnya? Mari kita renungkan bersama. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1439 H. Wassalam.

Salam berbuka puasa dengan teh tubruk anget bro...

Www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

foto: Ist

Pertahanan Iman dan Taqwa di Bulan Ramadhan [puasa hari ke-2]

Kalau seseorang ingin meraih sesuatu, mungkin dia hanya butuh perjuangan keras. Bila seseorang gagal mendapatkan sesuatu, mungkin dia hanya butuh mental yang kuat. Tapi, kalau seseorang berusaha untuk mempertahakan apa yang dimilikinya, maka dia tidak hanya butuh perjuangan keras, tapi juga memerlukan niat serta tujuan yang tulus secara lahir dan bathin.

Buat saya, makna menunaikan puasa Ramadhan bagi seorang muslim ialah bagaimana seorang muslim bisa bertahan dalam iman dan taqwanya diantara derasnya amukan gelombang iblis yang begitu kuat.

Kata orang tua zaman vintage, saat bulan Ramadhan, semua setan diikat di neraka. Kalau memang semua setan sudah diikat di neraka olehNya, maka tak akan ada lagi umat muslim yang tidak berpuasa atau puasanya bolong-bolong karena setan sudah tidak bisa lagi mengganggu. Apa benar seperti itu?

Menurut saya, justru saat puasa Ramadhanlah setan dan iblis dalam berbagai wujud mempunyai kesempatan yang sangat besar dan luas untuk merusak pertahanan iman dan taqwa kaum muslim. Mampukah umat muslim bertahan?

Ujian berpuasa bukan hanya sebatas menahan nafsu secara fisik, tetapi juga harus kuat dan mampu mempertahankan kesabaran, kesyukuran, keikhlasan, kebersihan hati, mengatur sikap, mengolah jiwa, menata perkataan, menjernihkan pikiran serta melakukan perbuatan baik. Puasa Ramadhan bukan hanya sekadar baca Al Qur?An, sholat malam, sholat sunah, berzakat atau mendengarkan tausyiah ustadz-ustadz di TV dan radio serta sosial media.

Puasa Ramadhan mengandung makna membersihkan jiwa dan raga serta berserah diri kepada Tuhan. Mampukah kaum muslim membersihkan diri dan berserah diri kepadaNya? Puasa Ramadhan yang sebenar-benarnya ialah merupakan bentuk hubungan religious kaum muslim dengan Tuhan (tanpa perantara). Jadi, mampukah umat muslim mempertahankan dan meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah SWT dalam puasa Ramadhan? Semoga...Wassalam.

Selamat berbuka puasa ....[ Wawan Kuswandi ]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Menu Buka Puasa itu Bukan Takjil, Tapi Iftar [puasa hari ke-3]

Takjil dalam konteks berpuasa, bila diadaptasi kedalam bahasa Indonesia mengandung arti menyegera berbuka puasa saat tiba waktunya (jangan ditunda-tunda). Takjil adalah bahasa Arab yang artinya penyegeraan, bersegera. Takjil berasal dari kata dasar ajjala, yu?Ajjilu yang berarti menyegerakan atau mempercepat. Takjil adalah kata kerja, bukan kata benda. Jadi, arti kata takjil bukan makanan atau minuman.

Kata yang tepat untuk menyebut makanan dan minuman saat berbuka puasa adalah Iftar. Dalam kamus KBBI, kata iftar diadaptasi dari bahasa Arab yang berarti berbuka puasa. Iftar menggambarkan makanan dan minuman, termasuk makanan utama seperti nasi dan lauknya. Jadi, iftar adalah kata benda yang merujuk kepada makanan atau minuman.

Iftar merupakan salah satu bentuk ibadah di bulan Ramadhan. Ada beberapa komunitas muslim di Indonesia yang menyediakan makanan dan minuman untuk umat muslim yang akan berbuka puasa. Umat muslim percaya bahwa memberi makan dan minum orang yang akan berbuka puasa merupakan salah satu bentuk amal ibadah yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW.

Menyegera berbuka puasa (tidak ditunda-tunda) mengandung nilai ibadah. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia Senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Bukhori & Muslim). Berdasarkan hadist nabi, para ulama di Indonesia menjadikan takjil sebagai ibadah sunah yaitu menyegera berbuka puasa ketika azan Maghrib tiba sebelum mengerjakan hal lain seperti berwudhu, sholat Maghrib dan sholat sunah.

Dari Salman bin Amir Radhiyallahuanhu, Rasulullah SAW bersabda, ”Bila kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan ruthab karena ruthab itu barakah. Kalau tidak ada ruthab, maka dengan air karena air itu mensucikan.”(HR Abu Daud dan At-Tirmizy). Ruthab adalah buah kurma yang masih muda, segar, berair, dan tentu saja menyehatkan.

Cara terbaik berbuka puasa ialah tidak makan dan minum berlebihan. Berbuka puasa akan lebih nikmat bila diawali dengan makan antara dua sampai tiga buah korma atau makanan ringan. Kemudian diiringi dengan menikmati minuman manis yang hangat. Kudapan ringan iftar akan membuat sistem pencernaan tubuh bekerja dengan baik dan membuat kondisi fisik tetap sehat selama berpuasa.

Sedangkan jenis lauk yang bisa dipilih sebagai makanan utama, bisa daging sapi, ayam, telur atau ikan yang sudah diolah dalam berbagai bentuk aneka masakan. Akan lebih baik lagi kalau lauk-pauk itu dimasak dengan cara dikukus atau direbus. Health Promotion Board (HPB) merekomendasikan salah satu makanan terbaik untuk berbuka puasa, diantaranya ialah makan dua porsi sayur dan dua porsi buah setiap hari. Selamat berbuka puasa. Wassalam.

Selamat berbuka puasa….[ Wawan Kuswandi ]

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Saturday, July 4, 2020

Aktivitas Saat Ramadhan [puasa hari ke-5]

Pertanyaannya ialah apakah aktivitas yang dilakukan saat berpuasa akan semakin menyempurnakan ibadah puasa atau mungkin malah mencemarkannya?

Setahu saya, sebagian besar umat muslim di Indonesia tampaknya belum memahami dengan baik dan benar tentang kegiatan apa yang layak dilakukan saat Ramadhan, sehingga aktivitasnya tidak mencemarkan ibadah puasanya.

Kegiatan umum yang dilakukan saat puasa Ramadhan diantaranya, membaca Al Qur?An, ibadah sunnah, sholat malam, tidur, nonton TV, mendengarkan radio, berinternet ria (mengekspos diri di sosial media) serta ngabuburit ke pusat-pusat perbelanjaan atau mall mencari makanan atau minuman untuk berbuka puasa.

BACA JUGA: Teroris Perempuan Lebih Sadis?

Semua kegiatan diatas sah-sah saja dilakukan, tetapi sifatnya lebih person. Kalau kita telusuri lebih dalam, sebenarnya makna puasa Ramadhan itu bukan hanya sebatas berbuat baik dan mencari ridho Tuhan untuk diri sendiri (individual). Makna terdalam puasa Ramadhan itu ialah bagaimana kita mau berbagi kebaikan terhadap sesama makhluk hidup ciptaan tuhan (manusia, hewan, tumbuhan dan semua benda ciptaanNya). Artinya, puasa Ramadhan itu mengandung dimensi character dan sosial secara familiar.

Saya amati, hampir sebagian besar umat muslim Indonesia, aktivitas yang dilakukannya saat Ramadhan ialah lebih banyak didominasi oleh bermain internet dan menyaksikan acara televisi. Umat muslim, terkadang tidak menyadari apa yang disearching di internet mungkin saja lebih banyak mengandung hal-hal kurang baik dan tidak bermanfaat. Begitu juga dengan pemakaian HP melalui fitur WA, LINE, BBM atau FB Messenger yang bisa membuat perjalanan religious puasa Ramadhan umat muslim mungkin saja lebih banyak mudaratnya.

Yang lebih parah lagi ialah menonton acara TV dari pagi hingga menjelang sahur. Akibatnya, umat muslim lalai melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah, baik siang maupun saat malam hari. Menurut saya, beberapa acara TV justru tidak memberikan manfaat signifikan terhadap ibadah puasa, bahkan mungkin malah mencemarkannya.

Sebagai umat muslim yang terus mencari keridhoanNya dalam berpuasa, saya dan Anda perlu menyadari bahwa bulan Ramadhan adalah bulan teramat istimewa yang diberikan Allah SWT bagi umat muslim untuk membersihkan diri secara lahir dan bathin serta waktunya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sesungguh-sungguhnya. Mudah-mudahan saya dan Anda menjadi muslim yang penuh manfaat bagi dunia dan akherat?. Aamiin.

Selamat berbuka puasa...[ Wawan Kuswandi ]

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Mukjizat Kesempurnaan Wudhu [puasa hari ke-4]

Sholat bukan hanya semata-mata menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, tetapi juga sebagai wujud terima kasih umat muslim terhadapNya. Sholat harus didasari keikhlasan dan rasa syukur kepadaNya.

Dalam tataran filosofis, wudhu merupakan proses penyucian diri umat muslim sebelum menghadap Allah SWT. Fungsi wudhu sebagai pelebur dosa yang menempel pada tubuh manusia yang terbasuh dengan air atau tanah (tayammum). Kesempurnaan wudhu, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan sholat yang pada akhirnya mendatangkan kemuliaan bagi umat muslim. Secara fisik wudhu juga menyegarkan seluruh tubuh. Wudhu merupakan penanda umat muslim mengagungkan sifat Maha Suci Allah SWT.

Sebelum tulisan ini berakhir, saya ingin mengutip firman Allah SWT, tentang wudhu dalam surat Al Maidah ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”  Wassalam...

Selamat berbuka puasa...[ Wawan Kuswandi ]

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Nikmatnya Berserah Diri [puasa hari ke-8]

Perbedaan kedua kalimat diatas sangat jelas terlihat, saat umat muslim menjalankan puasa Ramadhan. Kalimat ?Pasrah diri? Mengandung makna pasif, malas, rendah diri dan putus asa. Dalam ajaran Islam, umat muslim dianjurkan untuk menghindari ?Pasrah diri? Ketika menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sosialnya.

Sedangkan kalimat ?Berserah diri? Memiliki makna aktif serta rendah hati. Perjalanan umat muslim saat memulai puasa hingga saat berbuka merupakan wujud berserah diri manusia kepada Allah SWT dengan tulus dan ikhlas.

Umat muslim yang berserah diri kepada Allah SWT akan terhindar dari rasa sombong,contohnya ketika dia sedang berpuasa dengan tidak menyebut-nyebut puasanya akan mendapat ganjaran pahala, masuk surga atau dirinya merasa lebih bersih dan suci seperti bayi baru lahir.

Pahala dan surga itu hak mutlak Allah SWT. Salah satu nikmat Allah SWT yang sering dilalaikan umat muslim ialah nikmat berserah diri kepadaNya. Jadi, semua proses puasa Ramadhan yang dilakoni umat muslim dari awal hingga akhir, hasilnya merupakan hak Tuhan. Inti puasa Ramadhan ialah berserah diri.

Sebagai penutup tulisan pendek ini, saya ingin mengutip firman Allah SWT dalam surat Surat An-Nahl, Ayat 81, “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri kepada-Nya” Wassalam...

Selamat berbuka puasa brooo…[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

Indocomm.Blogspot.Com

@INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

foto: istimewa