Wednesday, July 29, 2020

Sang Dewa Kegelapan

Ramainya perbincangan soal pansus KPK, berhasil mengelabui rakyat. Paling tidak, rakyat mulai sedikit lengah. Semestinya, penuntasan skandal dugaan multikorupsi E-KTP yang melibatkan Setya Novanto (Setnov) menjadi skala prioritas aparat penegak hukum bangsa ini.

Gelombang polemik seputar pansus angket KPK dari beberapa pakar dan tokoh politik nasional yang diekspos media massa akhir-akhir ini, sungguh-sungguh melelahkan dan membosankan. Kejaksaan Agung dan KPK terkesan ?Takut? Menangkap mantan Ketua DPR RI ini. Setnov bagaikan ?Sang Dewa Kegelapan? Di negeri Garuda yang sulit disentuh secara fisik.

Sebelumnya, Jenderal Badrodin Haiti, saat menjabat Kapolri, telah menghentikan penyelidikan dugaan skandal ?Papa Minta Saham? Setya Novanto terhadap PT Freefort Indonesia dengan alasan tidak ditemukannya unsur pidana. Disisi lain, lima pimpinan KPK yang digawangi Agus Rahardjo tampaknya juga mulai bingung bagaimana caranya menangkap Setnov. Ada apa dengan republik ini?

Rakyat tak lagi bisa menangis ketika ditekan ketidakadilan hukum. Air mata bangsa ini mengering tergerus kekecewaan yang telah melampaui ambang batas. Ribuan tuntutan, kecaman, sindiran, parodi yang dilakoni rakyat tak digubris. Serentetan artikel kritik sosial di media massa dan sosial media yang ditulis para ?Pejuang? Bangsa, tak mampu lagi menembus hati nurani elit politik, penguasa dan aparat hukum Indonesia. Justru, arogansi para elit negara yang korup semakin mengerikan.

Kencangnya arus reformasi yang terjadi tahun 1998 lalu, saat melengserkan HM Soeharto, mulai memudar digerogoti oknum elit yang rakus. Sekumpulan oknum aparat hukum dan pejabat pun tak mau kalah, mereka juga ikut aktif menggelindingkan sikap dan perilaku masa bodoh, terutama terhadap penyelesaian skandal dugaan korupsi yang melibatkan Setya Novanto.

Setya Novanto pun tertawa renyah. Hingga saat ini Setya Novanto nyaman-nyaman saja hidupnya. Media massa sebagai salah satu ?Senjata ampuh? Yang diharapkan bangsa ini mampu mengawal skandal dugaan multikorupsi mulai mengendor. Bahkan, berita-berita dugaan multikorupsi mulai tersalip oleh berita-berita pansus KPK.

Ada satu pertanyaan penting yang wajib dijawab KPK, Jaksa Agung dan Polri yaitu kapan skandal dugaan multikorupsi yang melibatkan Setya Novanto ini selesai? Sudah terlalu lama rakyat menunggu. Rakyat butuh kepastian hukum. Semoga.(Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Kursi

Duduk santai di kursi atau di lantai bersama keluarga dan teman-teman sambil kongkow ngalor-ngidul merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan. Tapi ingat, jangan gara-gara duduk, kita sampai lupa berdiri. Satu lagi, berbagi tempat duduk kepada sesama, ternyata bisa mendatangkan kenikmatan bathin.

Sejak usia lima tahun, ayah dan ibu saya selalu mengajarkan kalau sedang makan, minum, belajar dan berbicara sebaiknya posisi tubuh dalam keadaan duduk. Kata duduk sangat sederhana. Namun, duduk menjadi kata kerja istimewa dan penuh makna, ketika seseorang mulai memilih kursi untuk mendudukkan (maaf) pantatnya. Duduk menjadi sebuah pilihan, saat seseorang makan di restoran, nonton teater atau naik kendaraan umum. Bagi sebagian anggota parlemen, kursi (tempat duduk) berubah peran menjadi sebuah jabatan bergengsi dan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.

Dulu, teman saya yang kini berstatus sebagai Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019, selalu menolak kalau kursi tempat duduk kerjanya tidak memiliki sandaran dan penyanggah tangan. Hal Itu terjadi ketika saya bekerja satu kantor dengannya di sebuah majalah politik ibu kota. Sekarang ini, sang teman sudah menjadi sosok yang arogan. Jauh berbeda ketika dia dan saya sama-sama menjadi wartawan.

Hari pertama masuk SMP di tahun ajaran baru, ada pengalaman menarik soal memilih kursi di kelas. Saya berantem dengan salah satu siswa (kini jadi sahabat baik) memperebutkan kursi paling depan yang dekat dengan meja guru. Akhirnya, saya mengalah dan duduk di kursi deretan paling belakang.

Pengalaman dramatis juga saya temui saat naik KRL Commuter dari arah serpong menuju Jakarta. Saya berdiri (tidak kebagian kursi) di depan seorang pemuda yang duduk santai dan berpura-pura tertidur. Dia tahu kalau ada seorang ibu muda yang sedang hamil berdiri di depannya. Tetapi, pemuda ini tidak memberikan kursinya bagi si ibu hamil. Yaaa?Ampunnn?

Tiga peristiwa sederhana diatas menjadi pengalaman unik yang tidak terlupakan dalam hidup saya. Ternyata, sebuah kursi bisa membuat seseorang menjadi serakah dan rakus serta lupa diri terhadap lingkungan sekitarnya. Fungsi kursi bagi orang tertentu, bukan hanya sekadar tempat duduk, tetapi menjadi alat kekuasaan untuk memeras, mengancam atau memukul seseorang. Dalam pertarungan politik, para politisi seringkali bertikai untuk memperebutkan kursi.

Dalam kehidupan keluarga saya, kursi tidak pernah dimanfaatkan untuk kepentingan yang macam-macam seperti kasus diatas. Kursi hanya difungsikan untuk duduk. Tata cara duduk yang etis selalu diajarkan keluarga saya. Bahkan, kami selalu berbagi tempat duduk sesama anggota keluarga, agar selalu ada kehangatan dalam kehidupan kami. Ingatlah berdiri ketika Anda duduk, agar Anda tidak lupa dengan nikmatnya duduk. (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Perang Dunia Ketiga

Terjadinya konflik yang berlatar belakang rasis, persaingan senjata nuklir, persoalan intoleransi, intervensi politik dan ekonomi, perebutan ladang minyak, serangan hacker serta kasus pemberontakan di berbagai negara di dunia, kemungkinan besar akan menjadi faktor pemicu perang dunia ketiga.

Saat ini, sebagian besar negara-negara di dunia saling memperkuat hubungan diplomatiknya dengan negara-negara sekutunya atau aliansi organisasinya. Tujuan mereka tak lain untuk melindungi dan mempertahankan diri, bila pecah perang dunia ketiga.

Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok dan Arab Saudi memainkan peran penting sebagai kunci pemicu yang bisa menyebabkan terjadinya perang dunia ketiga atau bisa meredamnya. Namun, itu semua tergantung dari kebijakan politik negara mereka masing-masing, sekaligus perilaku moral para pemimpinnya dalam menyikapi berbagai krisis politik yang terjadi di setiap negara.

Dalam menyikapi kemungkinan pecahnya perang dunia ketiga, Indonesia tentu perlu berhati-hati dalam membina hubungan dengan berbagai negara, terutama menyangkut kerjasama mililter. Indonesia sebagai negara yang bebas dan aktif serta tidak terikat kepentingan dengan negara manapun (nonblok), harus mulai menentukan arah kebijakan politik internasionalnya. Dalam situasi politik dunia yang cenderung memanas ini, Indonesia harus punya sikap yang jelas dalam menentukan politik luar negerinya.

Sedikitnya ada empat blok negara-negara di dunia yang diprediksi akan terlibat dalam perang dunia ketiga. Setiap blok dari negara-negara di dunia itu, tentu saja memiliki kepentingan politik yang sama secara global.

Presiden AS, Donald Trump pernah bersumpah untuk menomorsatukan Amerika Serikat lewat jargon "America first." Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump telah mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika. Menurut kolomnis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, Trump telah membuat sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS menjadi campur aduk, tidak jelas, siapa musuh, siapa sekutu. "Ini dunia, di mana hubungan diplomasi yang sudah mapan diobrak-abrik oleh cepatnya cuitan Trump di Twitter," kata Goldberg.

Berikut ini adalah prediksi daftar nama-nama negara dalam empat blok besar yang kemungkinan besar ikut terlibat dalam perang dunia ketiga.

Blok Barat

NATO (North Atlantic Treaty Organization/Organisasi Pertahanan Atlantic Utara) merupakan pakta pertahanan yang dibentuk negara blok Barat tanggal 4 april 1949 lalu di Washington, Amerika Serikat. Sebanyak 12 negara, yakni Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat, menandatangani kesepakatan pembentukan NATO.

Namun ada juga negara yang bukan anggota NATO, tapi menjadi koalisi AS. Bahkan, negara-negara yang ada di dalam blok itu juga, sering terjadi konflik internal. Namun, ketika perang dunia ketiga pecah, maka konflik internal antarnegara NATO itu akan mereda dan mereka akan bersatu untuk membela NATO. Selain keanggotaan NATO, negara-negara Uni Eropa dan G-20 juga akan berpihak kepada NATO

Blok Timur

Negara-negara yang tergabung dalam blok Timur merupakan sekutu Rusia (Uni Soviet). Negara-negara itu merupakan mantan anggota Fakta Pertahananan Atlantik Utara (Fakta Warsawa). Adapun negara-negara itu ialah Rusia (Uni Soviet), Cekoslovakia, Jerman dan Hongaria. Sebagian negara lainya tidak termasuk dalam Fakta Warsawa, tapi mereka pro kepada blok Timur. Negara-negara itu antara lain Meksiko, Tiongkok, Korea Utara, Venezuela serta dan beberapa negara di Afrika, diantaranya Somalia dan Sudan.

Untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi blok Barat, Rusia telah melakukan aliansi militer dengan Tiongkok dan negara- negara Asia Tengah lainya. Aliansi militer itu melibatkan enam negara yang tergabung dalam Shanghai Cooperation Organization(SCO). Aliansi ini pernah melakukan latihan militer bersama yang dipusatkan di wilayah Chelyabinsk. Sebanyak 6.500 personel serta lebih 100 Pesawat tempur terlibat dalam latihan militer ini. Rusia juga melakukan kerjasama militer Collective Security Treaty Organisation (CSTO) yang melibatkan negara Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan

Blok Timur Tengah

Sementara itu, negara-negara Timur Tengah yang tergabung dalam Liga Arab akan berkoalisi dengan Arab Saudi sebagai pimpinan koalisi. Sebagian negara lainnya yang non Liga Arab, terutama negara-negara teluk lainya akan berpihak kepada Arab Saudi dan koalisi. Adapun negara-negara itu antara lain Bahrain, Irak, Kuwait, Mesir, Oman, Uni Emirat Arab, Siprus, Yaman, Yordania, Aljazair, Libya, Maroko, Pakistan, Tunisia.

Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI) juga akan ikut bersama barisan negara Liga Arab pimpinan Arab Saudi. Setidaknya, ada 50 pemimpin negara Islam yang akan bergabung bersama Arab Saudi.

Blok Asia Timur

Negara-negara yang tergabung dalam blok Asia Timur didominasi oleh negara-negara ASEAN dan non ASEAN di wilayah Afrika. Adapun negara-negara itu diantaranya ialah Mongolia, Burma, Filipina, Vietnam, Laos, kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia serta beberapa negara lain di kawasan Timur Asia. Di Blok Asia Timur ini, Indonesia memegang posisi kunci karena memiliki hubungan diplomatik dengan beberapa negara Afrika. Tentu saja Indonesia akan memanfaatkan hubungan baiknya dengan negara-negara Afrika yang pernah hadir dalam Konferensi Asia-Afrika di Indonesia.

Yang menarik dari pembagian empat blok negara-negara di dunia ini ialah keberadaan Tiongkok, Rusia dan Korea Utara, kemungkinan besar, mereka akan berkoalisi dengan negara-negara blok Asia Timur. Sementara itu, negara-negara Liga Arab cenderung akan berkoalisi dengan NATO.

Ada empat skenario bentuk perang dunia ketiga yang sangat mematikan yaitu:

1. Adu kekuatan senjata nuklir

2. Penyebaran virus penyakit mematikan

3. Perang hacker

4. Perang intoleransi

Ada empat pemicu perang dunia ketiga yaitu:

1. Serangan militer negara-negara Liga Arab ke Qatar

2. Perang terbuka Israel dan Palestina

3 Perang terbuka di Semenanjung Korea antara Korea Selatan dan Korea Utara

4. Perang intoleransi

Melihat fenomena politik yang terjadi akhir-akhir ini, ketiga pemicu perang dunia ketiga di atas mungkin saja terjadi. Keterlibatan AS, Rusia dan Tiongkok dalam tiga konflik diatas, secara langsung menjadi kunci, terjadi atau tidaknya perang dunia ketiga.

Ada satu hal yang juga menjadi komponen penting dalam perang dunia ketiga ini, yaitu keberadaan militan ISIS. Kelompok militan ini diduga kuat akan memihak blok Barat dan Liga Arab, karena sebelumnya, sudah banyak diberitakan bahwa ISIS mendapat dukungan dana dari kelompok negara-negara barat. Berbeda dengan kelompok Al Qaeda, mereka akan berperang dengan blok barat, tetapi tidak berpihak kepada Liga Arab, maupun Blok Timur. Dengan kata lain, Al Qaeda memiliki agenda sendiri terhadap eksistensinya.

Lantas dimana posisi Indonesia dalam perang dunia ketiga? Sistem politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dan sebagai negara nonblok, tentu akan memperkuat posisi Indonesia dalam perang dunia ketiga.

Namun, perlu diantisipasi bahwa blok barat dan Liga Arab, jelas memiliki kepentingan politik yang sangat strategis dengan Indonesia. Tentu saja, Indonesia akan menjadi salah satu target blok barat dan Liga Arab untuk diajak berkoalisi dan membawa ASEAN dan Afrika untuk bergabung dengan blok barat. Kalau Indonesia menerima ajakan blok barat, maka mau tidak mau, Indonesia akan berperang dengan blok Timur dan Asia Timur.

Namun, kalau Indonesia menolak ajakan blok barat dan Liga Arab, maka Indonesia akan berada dalam barisan blok timur untuk berperang melawan blok Barat. Sulit rasanya bagi Indonesia untuk mengambil posisi netral.

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Tuesday, July 28, 2020

Nyaman

Melakukan kebaikan dan kebermanfaatan hidup kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan adalah salah satu cara terbaik, agar kita merasa nyaman dalam kehidupan sosial.

Usai makan siang, seperti biasa saya lanjutkan dengan merokok di zona bebas asap, di salah satu sudut ruangan pusat perbelanjaan bonafit yang ada di kawasan Jakarta Selatan. Selama tiga hari berturut-turut saya dan pak Andi nongkrong dan makan siang di pusat jajan mall. Tidak seperti biasanya, pak Andi yang suka bergurau, kali ini wajahnya serius banget dan nggak banyak omong. Saya jadi sungkan untuk memulai obrolan.

?Sebagian besar orang Jakarta, kayaknya sudah tidak punya budaya sopan santun lagi Wan,? Ujar pak Andi serius tapi nyantai. Saya diam. Menurut pak Andi, sikap dan perilaku sopan santun seseorang bisa mencerminkan karakter pribadinya. Bahkan, pak Andi meyakini bahwa orang bijak adalah orang yang memegang teguh sopan santun dalam pergaulan hidupnya. Woooww?.Dahsyat betul omongannya.

Saya masih ingat ketika pak Andi menyebutkan tiga kata bijak yang akan membuat hidup seseorang menjadi nyaman, yaitu (1) kata Maaf (2) kata Tolong (3) kata Terima kasih.

Ada makna luar biasa dibalik tiga kata diatas. Menurut saya, kata Maaf mencerminkan kepribadian yang jujur, ikhlas, kasih sayang, keterbatasan, pengakuan, cinta damai dan tanggung jawab.

Sedangkan kata Tolong menyimbolkan rasa rendah hati, kelemahan, keterbukaan, kesabaran, perjuangan serta tidak berputus asa.

Untuk kata Terima Kasih mengandung makna saling menghormati antarsesama, saling berbagi, rasa syukur, berserah diri, menghargai dan silaturrahim.

Setelah saya renungi, ternyata di dalam tiga kata bijak itu ada KESETARAAN DERAJAT antarsesama makhluk hidup di alam semesta. Namun sayangnya, sebagian besar orang Indonesia, khususnya Jakarta, sudah sedikit sekali yang mau menerapkan tiga kata bijak itu dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh kasusnya ialah para koruptor yang tidak pernah mau meminta maaf kepada rakyat. Kasus lainnya lagi yaitu seorang kakak yang gengsi minta maaf kepada adiknya ketika melakukan kesalahan.

Mungkin dalam perjalanan hidup kita selama ini, ketika kita membutuhkan pertolongan orang lain, terkadang kita lupa mengawalinya dengan kata tolong.

Bahkan, mungkin kita pernah mendapatkan barang atau nasehat dari orang tua, rekan kerja, teman, kakak atau adik, keluarga serta bos di kantor, kita sering lupa untuk mengucapkan terima kasih.

Saya mulai bertanya kepada diri sendiri, apakah dalam hidup ini, saya telah melaksanakan tiga kata bijak itu? Entahlah?(Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

‘Bacalah’

Membaca buat saya benar-benar merupakan aktivitas yang sangat mengasyikkan. Selain menambah wawasan, membaca bisa  membuat  pikiran   tetap  aktif dan sehat. Konon katanya, membaca bisa membuat awet muda (boleh percaya, boleh tidak). Sayangnya, tidak semua orang Indonesia gemar membaca.

Survey minat baca siswa SD di Jepang yang dilakukan The Mainichi Daily News (2014) lalu, menyebutkan bahwa sebanyak 18 persen pelajar SD sudah membaca lebih dari 16 buku per bulan.  Di Indonesia, justru murid-murid SD lebih gemar nonton televisi dan main game online.  Di sisi lain, para ibu-ibu muda dan wanita separuh baya,  lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bergosip ria melalui HP atau ngerumpi dengan teman saat arisan atau pengajian di majelis taklim.

Terus terang saja, saya tidak bermaksud memaksa Anda membaca artikel ini. Anda punya hak  untuk membaca atau tidak. Namun, izinkan saya  berbagi sedikit tentang dimensi kata Bacalah. Dari sejumlah referensi yang saya baca ditambah  dengan  pendapat  beberapa  narasumber, ternyata, kata  ‘Bacalah’   mempunyai dimensi  positif yang sangat luas dalam kehidupan manusia.

Kata ‘Bacalah’ atau Iqro (QS Al Alaq:1-5) mengandung makna spiritual  bagi penganut Islam. Mengapa? Karena Bacalah adalah  kata pertama yang  terucap  dari Malaikat  Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW ketika sedang bertahannuf  malam hari  di Goa Hira tanggal  17 Ramadhan tahun 610 M. Dari situlah Nabi Muhamad SAW  mengenalkan Allah SWT kepada seluruh makhluk hidup di jagat raya.

Dimensi pertama kata  ‘Bacalah’  ialah Allah SWT memilih  Nabi Muhammad SAW sebagai mediator untuk menyebarkan petunjuk kehidupan [Al Quran] kepada seluruh makhluk hidup di muka bumi. Manusia diwajibkan untuk menggunakan akal dan pikirannya saat  menghadapi berbagai persoalan hidup.  Untuk melatih  agar akal dan pikiran  manusia bisa menjadi solusi  dalam memecahkan problema kehidupan, maka cara terbaiknya  ialah dengan banyak membaca.  Disini,  kata  ‘Bacalah’  mengandung makna leksikal.  Apa yang harus kita baca?  Banyak. Kita bisa membaca kitab suci, buku, surat kabar, sosial media,  selebaran,  jurnal  dan sejenisnya. Membaca  memberi kita banyak pengetahuan. Membaca membuat seseorang bisa keluar dari kebodohan.  Membaca mampu  melindungi kita dari  kejahatan sosial yang bersifat linguistik.

Dimensi kedua  kata ‘Bacalah’ yaitu manusia ditunjuk olehNya untuk menjadi khalifah di bumi.  Dalam konteks ini, makna ‘Bacalah’  mengandung arti bahwa manusia diwajibkan untuk menganalisis  seluruh peristiwa alam dan fakta sosial  yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia berperan untuk saling mengingatkan antarsesama untuk tidak melakukan  penyimpangan  sosial.  Dari sinilah   lahir istilah sanksi sosial, hukum  dan perundang-undangan tertulis yang bertujuan menjaga  tertib sosial. Kata Bacalah lebih bermakna kontrol sosial.

Dimensi ketiga kata ‘Bacalah’ ialah  manusia wajib melakukan introspeksi dan mengevaluasi diri dalam pergaulan sosialnya karena  manusia akan diminta  mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, baik  kepada dirinya sendiri maupun kepada tuhan.   Bacalah dalam konteks ini mengandung makna personal kontrol.

Sebenarnya banyak sekali dimensi kata Bacalah  yang belum terurai.  Saya yakin Anda pun memiliki pendapat sendiri.  Semoga  kata Bacalah selalu  mengingatkan  saya dan Anda untuk terus ‘membaca’  kehidupan alam semesta sepanjang zaman. Membaca selama satu jam setiap hari, bisa membuat pikiran kita menjadi sehat dan segar.(Foto/ILustrasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Syok Teknologi

Sisi buruk jejaring sosial atau sosial media  (teknologi internet) yaitu umumnya para penggunanya mengalami depresi mental dan dekadensi moral.  Ketergantungan sebagian rakyat Indonesia terhadap sosial media atau jejaring sosial (teknologi internet) telah melahirkan penyakit sosial baru, seperti  facebook depression atau instagram maniak. Bentuk nyata penyakit ini diantaranya ialah kecemasan dan ketergantungan. Penyakit sosial ini perlu mendapatkan perhatian serius. Ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol dirinya dalam menggunakan sosial media bisa sangat berbahaya. Menurut beberapa hasil penelitian, para pengguna sosial media terlalu peduli terhadap  citra mereka, khususnya mengenai  status sosial dan harga dirinya.

Kata-kata menghujat, mencaci maki dan mengecam antarsesama pemakai sosial media dianggap sebagai hal yang lumrah. Padahal, dampaknya sangat luar biasa. Sosial media menjadi ladang penyebar kebencian dan konflik. Sebagian besar bangsa Indonesia  benar-benar mengalami syok teknologi.

Awalnya, kehadiran sosial media di masyarakat adalah untuk mempermudah proses komunikasi massa maupun personal antarmanusia dalam menyampaikan berbagai gagasan, ide, informasi  atau motivasi positif lainnya yang bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Faktanya, hingga hari ini sosial media lebih banyak digunakan manusia untuk pamer status dan aurat pribadi, menyombongkan diri, pembunuhan karakter, menghasut, memfitnah dan menyebarkan berita-berita bohong (hoax) dan masih banyak lagi  kejahatan sosial lainnya  yang terus bergulir hingga menyentuh karakter kepribadian anak-anak Indonesia yang menggandrungi internet.

Kalau, keadaan ini didiamkan terus, maka perlahan tetapi pasti, manusia Indonesia akan terseret ke jurang nista. Pada akhirnya dekadensi moral dinilai sebagai barang  ‘halal’ di masyarakat.

Manusia Indonesia tidak  lagi peduli dengan sesama makhluk ciptaan tuhan. Semua tindak tanduk manusia Indonesia dikendalikan  oleh sosial media. Manusia menjadi sosok gila popularitas yang bisa merusak etika dan peradaban moral. Keberadaan sosial  media  menjadi lahan empuk bagi sebagian manusia untuk melakukan tindakan ‘pembunuhan’ dan ‘penganiayaan’ lewat rangkaian kata, bahasa, gambar, video  maupun foto.

Sadarkah kita bahwa keberadaan sosial media bukan untuk merusak kehidupan manusia di jagat raya. Sedikit sekali orang Indonesia yang berani memanfaatkan sosial media untuk berbagi kasih sayang dan mengekpresikan aktivitas positif yang bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia di alam raya. Sadarkah kita...? (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

Indocomm.Blogspot.Com

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Monday, July 27, 2020

Phobia Komunisme

Nonton bareng film G30S PKI, lagi heboh diwartakan di sejumlah media mainstream dan sosial media. Ujung-ujungnya, kalau mau jujur ada phobia komunisme dalam bangsa ini. Mengapa ini bisa terjadi?

Sebelumnya, iIsu banyaknya pekerja China masuk ke Indonesia yang disinyalir bisa membangkitkan paham komunisme, [masa sih…?] sungguh mengejutkan publik. Bagi saya, isu itu cuma propaganda politik murahan dan tipuan busuk yang sengaja dihembuskan sekelompok orang yang tidak cerdas. Sungguh menjijikkan.

Padahal, paham komunisme di dunia, termasuk Indonesia sudah mati sejak puluhan tahun lalu. Para penyebar isu komunisme benar-benar tidak mengikuti perkembangan geopolitik dan geoekonomi global. Mereka hanya sekadar bicara tanpa data dan fakta yang akurat. Seharusnya, mereka memberikan data kongkret tentang tenaga kerja China di Indonesia. Misalnya, berapa jumlah total tenaga kerja China yang ada di Indonesia? berapa jumlah perusahaan yang menampung tenaga kerja China di Indonesia? Bagaimana regulasi pemerintah tentang tenaga kerja asing, termasuk China di Indonesia? Apa argumen ilmiahnya sehingga mereka bisa mengaitkan tenaga kerja China dengan bangkitnya paham komunisme di Indonesia? Semua pertanyaan diatas harus dijawab secara logis berdasarkan data dan fakta yang valid.

Sebelumnya, sejumlah media massa sudah memberitakan bahwa presiden Joko Widodo membantah tenaga kerja China yang masuk ke Indonesia jumlahnya mencapai puluhan juta. Hal itu dikatakan Jokowi saat membuka Deklarasi Pemagangan Nasional Menuju Indonesia Kompeten di Karawang, Jawa Barat, Jumat (23/12/2016) lalu. Jokowi menegaskan, tenaga kerja China di Indonesia saat ini hanya berjumlah 21.000 orang. Menurut Jokowi, jumlah itu sangat kecil dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja Indonesia di negara lain, misalnya di Malaysia mencapai 2 juta orang, di Hongkong mencapai 153.000 orang. Menurut Jokowi, secara logika tidak mungkin banyak tenaga kerja China, Amerika dan Eropa yang mau bekerja di Indonesia. Sebab, gaji di negara mereka jauh lebih baik ketimbang Indonesia. "Mana mau mereka ke sini dengan gaji yang lebih kecil. Ini saya sampaikan agar jangan sampai rumor berkembang di mana-mana," ucap Jokowi. Presiden Jokowi juga mengakui bahwa pemerintah memang menargetkan mendatangkan turis China sebanyak 10 juta orang. [http://nasional.kompas.com/read/2016/12/23/11211181/jokowi.klarifikasi.soal.tenaga.kerja.china.di.indonesia].

Berdasarkan data yang disampaikan presiden Jokowi diatas, maka sebaiknya, para penyebar isu komunis harus lebih banyak mengikuti perkembangan ekonomi global. Jadi, antara paham komunisme dengan tenaga kerja China tidak ada kaitannya sama sekali. Kehadiran tenaga kerja China di Indonesia, mungkin saja terkait dengan diberlakukannya zona Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), AFTA, APEC dan masih banyak lagi bentuk kerjasama ekonomi secara regional maupun internasional. [http://pelajarpin.blogspot.co.id/2015/09/kerjasama-ekonomi-internasional.html] dan [http://pengertian.website/pengertian-mea-dan-ciri-ciri-masyarakat-ekonomi-asean/]

Pemberlakuan sistem ekonomi global berlaku bagi semua negara di dunia, bukan hanya Indonesia. Tenaga kerja China juga banyak masuk ke negara-negara Asia, Eropa, Amerika dan Afrika. Tenaga kerja Indonesia pun bisa berduyun-duyun masuk ke negara lain. Hadirnya tenaga kerja China di Indonesia tidak identik dengan paham komunisme. Begitu juga paham komunisme tidak identik dengan ras Cina. Komunisme adalah paham (ideologi). Paham komunisme bisa dianut oleh siapa saja dan negara mana saja. Jadi, keberadaan tenaga kerja China tidak ada hubungannya dengan kebangkitan komunis di Indonesia.

Paham komunisme di dunia sudah hancur, contohnya negara Uni Soviet tahun 1991. Paham komunisme di negara-negara pecahan Uni Soviet sudah berubah menjadi paham sekularisme, bahkan mengarah pada paham kapitalisme. Demikian juga dengan negara-negara seperti Polandia, Hungaria dan beberapa negara-negara Eropa Timur lainnya yang berpaham komunis. Beberapa negara di benua Asia, seperti Vietnam yang menganut komunisme, perlahan mulai berubah menjadi paham kapitalisme. Ada beberapa negara di Asia maupun di kawasan Amerika yang masih memegang ideologi komunis seperti China, Korea Utara dan Kuba. Tetapi, paham ideologi komunis yang diterapkan di negara itu sudah tidak semurni ajaran Karl Marx. Negara-negara itu telah membuka diri dengan negara lain, bahkan mulai mengarah menjadi negara kapitalis. [baca selengkapnya di http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/30/opi4.htm].

Saya harap sampai disini, Anda bisa mengerti. Kalau Anda tidak mengerti juga, saya sarankan Anda segera baca buku-buku tentang hancurnya paham komunisme di dunia atau banyak-banyak istighfar agar hati dan pikiran Anda jernih dan bersih.

Sebelum tulisan ini selesai, saya sarankan kepada Anda untuk tidak lagi menyebarkan isu komunis di Indonesia. Sebagai penutup izinkan saya berkata “JANGAN MAU DIBOHONGIN PAKE ISU PKI” . Yuk…ngeteh dulu mas brooo, nyantai aja bacanya. (Foto/Ilustrasi:Ist)

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

Indocomm.blogspot.com

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com