Thursday, July 2, 2020

Ngabuburit Jelang Berbuka Puasa, Perlukah? [puasa hari ke-11]

Apakah ngabuburit mengandung nilai ibadah dan perlukah ngabuburit? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Semua tergantung dari bagaimana umat muslim melakukan ngabuburit ketika menanti waktu berbuka puasa.

Saat-saat menjelang berbuka puasa merupakan waktu paling istimewa bagi umat muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa, baik puasa sunnah maupun wajib (Ramadhan). Mengapa istimewa?

Pertama , umat muslim hampir mencapai puncak puasa fisik (dari pagi hingga memasuki malam hari).

Kedua , umat muslim mempunyai waktu terbaik untuk berdo’a usai sholat Ashar, khususnya pada hari Jum’at (hadits Abdullah bin Salam). Keberkahan lain saat berbuka ialah dikabulkannya do’a orang yang berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Ada tiga do’a yang tidak tertolak. Do’anya orang yang berpuasa ketika berbuka, do’anya pemimpin yang adil dan do’anya orang yang terzhalimi” (HR Tirmidzi 2528, dishahihkan Al Albani). Usai berbuka, umat muslim juga masih bisa berdo’a kepada Allah SWT, memohon ridhoNya atas puasa yang telah ditunaikan.

Ketiga , umat muslim mempunyai kesempatan bersedekah kepada fakir miskin dan anak-anak yatim piatu dengan cara memberikan makanan dan minuman pembuka puasa.

Keempat , umat muslim bisa merefleksi diri atas perjalanan ibadahnya (dari pagi sampai malam), saat berpuasa.

Kelima , ngabuburit dapat dilakukan dengan cara mendengarkan ceramah agama, berzikir dan membaca Al-Qur’an. Dalam konteks lima poin di atas, ngabuburit jelas mengandung nilai ibadah dan perlu.

Lantas, bagaimana dengan ngabuburit yang tidak bernilai ibadah? Jawabannya sangat mudah yaitu:

Pertama , umat muslim tidak menyegera saat tiba waktu berbuka karena berada di jalan untuk berburu kuliner.

Kedua , umat muslim berjalan-jalan menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan modern atau pasar tradisional.

Ketiga , ngobrol bersama teman-teman, baik secara langsung maupun melalui media sosial yang mungkin bisa mencemarkan ibadah puasa.

Keempat ,  umat muslim yang dalam melakukan ngabuburitnya mengganggu kenyamanan orang lain. Misalnya, main petasan atau balapan motor liar di jalanan.

Kelima , menonton acara televisi yang hanya bersifat hiburan semata, tanpa ada manfaatnya untuk ibadah puasa, termasuk perbuatan yang mungkin bisa mencemarkan ibadah puasa.

Rasulullah SAW bersabda, ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun mereka (hanya) mendapatkan lapar dan dahaga” (HR Ahmad).

Islam tidak mengenal ngabuburit. Kalaupun aktivitas ngabuburit masih berlangsung hingga hari ini, itu hanya bentuk kebudayaan Indonesia. Sekarang, mana yang Anda pilih, melakukan ngabuburit yang mengandung nilai ibadah atau tidak? Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identification

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

@INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: ist

Antara Bicara & Do’a [puasa hari ke-10]

Berbicara, topiknya bisa ngalor-ngidul. Sedangkan berdo’a merupakan proses komunikasi lahir dan bathin antara manusia dengan Tuhan. Jadi, antara berbicara dan berdo’a sangat jauh berbeda.

baru-baru ini, dalam ceramah sholat Jum’at saya mendapat pencerahan dari khotif tentang dimensi kata bicara dan do’a.

Betapa shocknya saya, ketika khotif mengatakan bahwa berbicara dan berdo’a hampir 100 persen sama maknanya. “Sebagai umat muslim, kita wajib hati-hati dalam berbicara karena berbicara itu mengandung do’a. Ada malaikat di sekitar kita yang mencatat semua pembicaraan kita,’’ ungkap khotif.

Sebenarnya, apa yang dikatakan khotif diatas bukanlah hal baru. Tiga hari yang lalu, Akbar, teman saya di kantor pernah berkata “Siapapun kita, sebaiknya kalau berbicara jangan sembarangan. Soalnya berbicara itu do’a,” ucapnya nyantai.

Saya tidak menggubrisnya. Perkataan Akbar menjadi luar biasa karena khotif sholat Jum’at mengatakan hal serupa. Jadi kesimpulannya, kalau saya berbicara yang baik-baik, maka saya sudah berdoa untuk kebaikan diri saya sendiri dan orang lain. Tapi, Kalau saya berbicara yang buruk-buruk, maka saya sudah berdoa untuk keburukan diri saya sendiri dan orang lain.

Dengan kata lain, obrolan atau berbicara bisa menjadi do’a. Lantas, kalau sebuah perkataan itu adalah do’a, apakah Tuhan akan mengabulkannya? Bisa ya, bisa juga tidak. Itu hak mutlak Tuhan. Dalam dimensi yang lebih luas, berbicara bukan hanya sekadar mengumbar kata-kata secara lisan, tetapi juga bisa tersaji melalui sebuah tulisan.

Mengingat pentingnya makna berbicara dan berdo’a, saya mulai berhati-hati bila berbicara dengan siapapun (tanpa kecuali). Saya berusaha belajar menahan diri dalam berucap, terutama ketika emosi sedang tidak stabil. Saya juga mulai mengurangi tutur kata berlebihan saat sedang bersendau-gurau dengan keluarga atau teman-teman. Saya masih ingat pepatah yang diajarkan guru bahasa Indonesia di kelas lima SD, ‘mulutmu harimaumu’. Saya pikir, pepatah itu masih sangat relevan hingga sekarang.

Munculnya konflik dalam pergaulan sosial, ternyata banyak disebabkan oleh obrolan, ucapan atau pembicaraan yang pada awalnya hanya bersifat gurauan semata. Namun, lambat laun bila gurauan itu berlebihan, mungkin saja direspon secara negatif oleh orang-orang yang terlibat dalam perbincangan. Semoga saja semua perkataan atau pembicaraan yang keluar dari saya dan Anda selalu yang baik-baik saja agar melahirkan kebaikan antarsesama. Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

@INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

foto: Isrtimewa

Wednesday, July 1, 2020

Mukjizat Malam Lailatul Qadar [puasa hari ke-22]

Allah Ta ‘ala berfirman, “Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS Al Qadr:1-5-97).

Sebagian besar ulama Indonesia memiliki pendapat berbeda tentang definisi ?Malam kemuliaan? Lailatul Qadar. Namun, mereka sepakat bahwa hal itu berkaitan erat dengan adanya perubahan atau pengaturan ketetapan Allah Ta?Ala tentang takdir yang menyangkut hidup dan mati serta pelimpahan rezeki yang akan diterima manusia.

Dalam pandangan saya, semua umat muslim pasti akan mendapatkan malam Lailatul Qadar, bila sejak awal puasa Ramadhan hingga Idul Fitri tak pernah meninggalkan ibadah wajib dan sunah. Namun, hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh beriman dan bertaqwalah (dalam ibadahnya) yang akan mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Bagaimana bentuk kemuliaan itu? Hanya Allah SWT yang tahu.

Ibnu Hajar Al Asqolani Rahimahullah mengatakan, ada sekitar empat puluh pendapat berbeda dari para ulama tentang terjadinya Lailatul Qadar. Ada yang mengatakan tanggal ganjil. Ada juga yang berpendapat tanggal genap. Itu semua tergantung dari umat muslim ketika mengawali puasa Ramadhannya. Banyaknya perbedaan inilah yang pada akhirnya membuat sebagian umat muslim melakukan i’tikaf di masjid. Rasulullah SAW bersabda, “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR Bukhari no. 2017).

Sebagian besar ulama juga berbeda pendapat tentang tanda-tanda Lailatul Qadar. Misalnya, ada yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar ditandai dengan suasana pagi yang tenang dan damai, cahaya matahari yang cerah, tetapi tidak panas serta malam yang terang benderang. Bahkan, ada sebagian ulama menyebutkan, ciri-ciri orang yang mendapatkan Lailatul Qadar diantaranya ialah dia bisa melihat seluruh benda dan makhluk di muka bumi bersujud kepada Allah SWT. Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa orang yang mendapatkan Lailatul Qadar tidak diisyaratkan melihat tanda apapun. Sekali lagi, hanya Allah SWT yang Maha Tahu.

Bagi saya, hal utama yang paling penting ialah umat muslim dalam melaksanakan ibadahnya bukan hanya sekadar mengejar atau menunggu kapan datangnya malam Lailatul Qadar. Mungkin akan lebih baik, bila saya dan Anda terus beribadah secara sungguh-sungguh dengan kejernihan hati, ketulusan jiwa dan pikiran serta keikhlasan untuk memperkokoh iman dan taqwa kita kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Apakah saya dan Anda akan mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar? Sepenuhnya kita berserah kepadaNya. Kemuliaan Lailatul Qadar adalah hak Allah SWT. Dialah yang akan menetapkan siapa saja orang-orang beriman yang berhak mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Wassalam....

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identity

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Mukjizat Silaturrahim [puasa hari ke-28]

Silaturrahim bukan hanya tatap muka atau temu kangen dengan keluarga dan teman-teman. Silaturrahim mengandung makna humanis dan spiritual yang mungkin saja bisa membawa hidup kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kata silaturrahmi dan silaturrahim sangat popular di Indonesia. Dua kata itu bukan hanya milik umat Islam, tetapi hampir sebagian besar penganut agama lain pun ikut menggunakan dua kata yang penuh makna itu dalam kehidupan sehari-hari. Kata silaturrahmi dan silaturrahim sudah menjadi simbol budaya masyarakat Indonesia, baik dalam tatanan komunikasi sosial maupun komunikasi personal.

Secara umum kata silaturrahmi dan silaturrahim di negeri Garuda ini lebih banyak diartikan sebagai saling kunjung-mengunjungi kepada sanak saudara, bertamu ke rumah teman atau pulang kampung bertemu orang tua dan keluarga saat hari raya keagamaan. Dalam konteks ini, kata silaturrahmi dan silaturrahim diterjemahkan sebagai bentuk komunikasi tatap muka atau komunikasi langsung. Sebenarnya ada perbedaan sangat mendasar antara kata silaturrahmi dan silaturrahim.

Silaturahmi berasal dari dua kata yaitu silah yang artinya menyambungkan dan rahmi yang mengandung arti rasa nyeri yang diderita seorang ibu ketika melahirkan. Itu sebabnya kebencian, kedengkian dan konflik masih terus terjadi walaupun silaturrahmi sudah terjalin. Mengapa? Karena yang kita pakai adalah kata silaturrahmi yang berarti menyambung rasa nyeri.

Sedangkan silaturrahim berasal dari kata silah yang artinya menyambungkan dan rahim berarti kekerabatan. Jadi silaturrahim ialah menyambung kekerabatan diantara sesama makhluk hidup ciptaanNya.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, ?Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim karena silaturrahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta serta memperpanjang umur?.

Dalam konteks sosial, masyarakat Indonesia seringkali menjadikan ajang silaturrahim sebagai bentuk pamer harta dan benda (ketika berkunjung memakai perhiasan mewah dan membawa oleh-oleh yang berlebihan). Terkadang dalam prosesnya, silaturrahim juga dijadikan sarana untuk membicarakan hal-hal yang bersifat kabar burung (gosif) atau mencari dukungan massa dalam aktivitas politik (pemilu pilkada atau pilpres).

Sebenarnya, makna silaturrahim ialah saling mendo?Akan, saling menolong, saling berbagi, saling mengingatkan dan selalu memberikan kebaikan antarsesama makhluk ciptaan tuhan. Sudahkah kita melakukan silaturrahim dengan benar?

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Istimewa

Perspektif Kesucian Hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal )

Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal ) merupakan rahmat Allah SWT yang diberikan kepada umat Rasulullah SAW.

Allah Ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS Al Maidah:3).

Anas RA berkata, ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa Jahiliyah, maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian yaitu, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha (hari Nahr).” (HR An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3:178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Adakah ucapan khusus saat Idul Fitri? Setiap umat muslim boleh mengucapkan apa saja, selama mempunyai niat, tujuan dan kalimat yang baik. Kalimat ‘Taqobbalallahu minna wa minkum’ (semoga Allah SWT menerima amalku dan amal kalian) tidak khusus diucapkan saat lebaran. Tidak ada satu dalil pun dalam Al Qur’an tentang ucapan itu. Kalimat ‘Mohon Maaf Lahir dan Batin’ juga belum tepat diucapkan karena Idul Fitri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf-memaafkan.

Hal yang sama juga terjadi pada ucapan ‘Minal Aidin wal Faizin’ (Kita kembali dan meraih kemenangan). Pertanyaannya ialah mau kembali ke mana dan kemenangan apa? Para alim ulama di seluruh dunia mempunyai banyak pendapat soal pengertian Idul fitri. Idul Fitri berasal dari kata ‘Id’ berarti kembali sedangkan kata ‘Fitri’ berarti Pencipta atau Ciptaan. Dalam bahasa Arab, akar kata Fitri adalah Al Fathir yang bisa berubah menjadi Al Fithrah, Al Fathrah atau Al Futhura.

Allah SWT berfirman, “…Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendirian sebagaimana kami ciptakan kamu pada mulanya (awal penciptaan)…”(QS Al An’am 6:94). Dalam ayat diatas Allah Ta’ala menegaskan, ketika manusia wafat, ruhnya akan kembali kepadaNya. Proses kembalinya seorang manusia kepadaNya dikiaskan dalam bahasa simbol sebagaimana awal mula kejadian manusia (bayi dalam kandungan).

Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala, “Kamu akan kembali menemuiNya, sebagaimana Ia menciptakan pada mulanya (bayi dalam kandungan).” (QS Al A’raaf 7:29). Maksud dari ayat ini ialah bahwa setiap manusia yang ingin menemuiNya harus memiliki sifat sifat seperti bayi. Jadi, semua yang ada dalam diri kita (jasmani dan rohani) adalah hak Allah Azza Wa Jalla. Kembalinya seorang manusia kepada Allah sebagai Al Fathir inilah yang seringkali disebut dengan Idul Fitri.

Sedangkan, menurut KH Ali Mustafa Ya?Qub, ?Id? Dalam bahasa Arab berarti kembali atau kejadian yang berulang-ulang. Sedangkan ?Fitri? Artinya makan. Jadi bisa dikatakan, Idul Fitri adalah hari makan siang tahunannya umat Islam. Terlepas dari semua makna di atas, marilah kita rayakan Idul fitri dengan penuh rasa syukur kepadaNya. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H, Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita, Aamiin?..Wassalam.

Selamat Lebaran bro... [ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Tuesday, June 30, 2020

Zakat Fitrah Wujud Mensyukuri Nikmat Allah SWT [puasa hari ke-27]

Zakat fitrah menjadi penutup ?Manis? Dari rangkaian ibadah Ramadhan untuk menuju kemenangan hari raya Idul fitri. Zakat fitrah ditunaikan kaum muslim yang mempunyai kelebihan nafkah dan rezeki.

Dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan, “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa menunaikannya sebelum shalat (Ied), maka itu zakat yang diterima. Dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Ied, maka itu hanya sekadar sedekah dari sedekah-sedekah yang ada” (Hasan, HR Abu Dawud Kita buz Zakat Bab Zakatul Fithr, 17 no. 1609, Ibnu Majah, 2/395 Kita buz Zakat Bab Shadaqah Fithri, 21 no. 1827, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud).

Kewajiban zakat fitrah berlaku bagi kaum muslim, baik untuk orang dewasa, anak-anak, laki-laki ataupun perempuan dan orang-orang merdeka maupun budak. Dalam pelaksanaannya, zakat fitrah harus mengikuti perintah Allah SWT. Sebagian ulama mengatakan bahwa pelaksanaan kewajiban zakat fitrah setelah selesainya bulan Ramadhan. Namun, Rasulullah SAW menerangkan bahwa waktu pengeluaran zakat fitrah itu harus sebelum sholat Ied. Atas dasar itulah, sebaiknya zakat fitrah diserahkan ke tangan fakir sebelum Sholat Ied.

Adapun diwajibkannya zakat fitrah ini karena tiga hal yaitu, pembayar zakat adalah seorang muslim (Islam), dilakukan saat terbenam matahari dan akhir bulan Ramadhan. Efek sosiologis zakat fitrah ialah adanya rasa kebersamaan dan kepedulian antarsesama umat manusia.

Zakat fitrah melahirkan bentuk kepedulian sosial yang bernilai ibadah bagi seseorang. Diriwayatkan dari Hisyam bin urwah dari ayahnya Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda, ”Tangan di atas (memberi dan menolong) lebih baik daripada tangan dibawah (meminta-minta), mulailah orang yang menjadi tanggunganmu (keluarga dll) dan sebaik-baik shadaqah adalah yang dikeluarkan dari kelebihan kekayaan (yang diperlukan oleh keluarga)” (HR Al Bukhary dan Ahmad).

Hikmah disyari?Atkannya zakat fitrah ialah rasa syukur umat muslim kepada Allah SWT karena mereka masih diberi kesempatan untuk merasakan nikmatnya berbagi antarsesama dalam kesucian ibadah Ramadhan. Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro... [ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@wawankuswandi

@indonesiacommentofficial

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Menyayangi Hewan dan Al Baqarah 2:164 [puasa hari ke-12]

Lezatnya daging hewan-hewan ciptaanNya, ternyata bukan hanya sebatas nikmat di mulut saja, hewan juga bisa memberikan ?Kenikmatan? Bagi manusia, baik di dunia maupun akherat.

Sore ini saya berniat mampir ke kedai mpok Dijah di kawasan Glodok, Jakarta Kota untuk berbuka puasa. Sudah lama sekali saya nggak makan ayam goreng. Kedai mpok Dijah sangat terkenal dengan kelezatan ayam gorengnya. Saya adalah salah satu dari sekian juta orang di Jakarta yang ‘gila’ makan ayam goreng.

Allah SWT pasti punya alasan kuat ketika menciptakan alam semesta beserta isinya. Salah satu contohnya ialah hewan ayam yang bisa diolah menjadi ayam goreng, ayam opor, ayam penyet, ayam keremes, ayam Kentucky atau ayam bakar. Semua benda bernyawa maupun yang tak bernyawa hasil ciptaan Allah SWT, tentu mempunyai berkah bagi kehidupan makhluk hidup di jagat raya yang mungkin saja bisa mengantarkan manusia menerima rahmatNya.

Saya jadi teringat firman Allah SWT yang berbunyi, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit & bumi, silih bergantinya malam & siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah SWT turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu, Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit & bumi. Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan & kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang memikirkan” (QS. Al Baqarah 2:164).

Dalam pandangan saya, makna Keesaan & Kebesaran Allah SWT (QS. Al Baqarah 2:164) diatas merupakan peringatan bagi manusia untuk berpikir atas seluruh benda ciptaanNya. Manusia diwajibkan untuk menyayangi seluruh makhluk ciptaanNya. Allah SWT juga telah menunjukkan sifat kasih sayangNya dalam Surat Hud ayat 36-38 yang mengisahkan tentang hukumanNya kepada umat Nabi Nuh dengan mendatangkan banjir. Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu dan membawa sejumlah satwa secara berpasang-pasangan.

Dalam sebuah riwayat, guru ngaji saya pernah bercerita yaitu ketika Nabi Muhammad SAW memasuki Kota Makkah setelah menaklukkan tentara Quraisy, beliau memerintahkan pengikutnya untuk tidak membunuh satwa apapun yang ada di kota suci itu. "Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)" (HR Al-Bukhari:2363).

Lantas bagaimana dengan sikap dan perilaku manusia yang suka menganiaya hewan? Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang perempuan masuk neraka karena tidak memberi makan dan minum seekor kucing yang berada dalam kurungannya" (HR Al-Bukhari:3482).

Kewajiban manusia menyayangi hewan juga terungkap dalam kajian ilmiah yang ditulis Bill Devall (Januari, 2001) dalam bukunya ‘Deep Ecology:Living as if Nature Mattered’. Devall menyatakan bahwa manusia harus melindungi hewan karena hewan merupakan mata rantai ekosistem kehidupan di muka bumi.

Seluruh makhluk hidup yang ada di alam semesta wajib saling saling-menyayangi. Apabila ada manusia yang suka melakukan penganiayaan terhadap hewan, mereka layak disebut Iblis. Bahkan, kekejian manusia dalam menganiaya hewan melebihi kekejaman Iblis ketika menggoda manusia.

Hal berbeda justru ditunjukkan sejumlah hewan peliharaan kepada manusia. Para hewan itu menjadi sahabat setia ‘lahir dan bathin’ manusia dalam keadaan apapun. Menurut Anda, mana yang lebih berperikemanusiaan, hewan atau manusia? Saya percaya, Allah SWT akan menunjukkan ‘kuasaNya’ kepada siapapun yang suka melakukan ‘penganiayaan’ terhadap semua makhluk hidup ciptaanNya di alam semesta.

Waktu menunjukkan pukul lima seperempat sore, adzan Maghrib sebentar lagi mengumandang. Saya langsung tancap gas, meluncur menuju kedai mpok Dijah, bersiap-siap untuk berbuka puasa dengan ayam goreng, sedap bro...

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

@INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Foto: Istimewa