Showing posts with label doa. Show all posts
Showing posts with label doa. Show all posts

Friday, July 3, 2020

Batas Sebuah Do’a [puasa hari ke-9]

Siapapun Anda, pasti mengenal yang namanya Do’a. Dalam ritual ibadah agama apapun, do’a memainkan peran sangat penting. Do’a merupakan proses komunikasi khusus yang dilakukan seseorang atau sekelompok massa kepada Tuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam do’a ada kejujuran, ada kekhusyuan, ada ketulusan, ada keikhlasan, ada berserah diri, ada ketenangan, ada kesyukuran dan ada kedamaian.

Seluruh manusia (tanpa kecuali) di jagat raya percaya dan meyakini bahwa do’a adalah cara terbaik untuk mendapatkan solusi atas segala persoalan hidup. Berdo’a juga menjadi media untuk menyampaikan keinginan pribadi maupun kelompok kepada Tuhan. Do’a mencerminkan betapa ‘kecilnya’ manusia dihadapan tuhan.

Akhir-akhir ini, disadari atau tidak, manusia telah menjadikan do’a sebagai alat untuk mengungkapkan keluhan, kekecewaan, kemarahan dan ketidakpuasan atas berbagai keputusan yang sudah digariskanNya.

Dalam praktiknya, antara berdo’a yang tulus dan ikhlas dengan berdoa yang didasari oleh ketidakpuasan manusia sangat berbeda jauh. Berdo’a karena didasari oleh ketidakpuasan lebih memperlihatkan kepentingan duniawi sehingga do’a yang dipanjatkan panjang lebar. Umumnya, isi do’anya juga berupa permintaan kepada Tuhan yang beraneka macam.

Dalam perspektif berbeda, do’a yang dipanjatkan seseorang dengan tulus dan ikhlas merupakan proses berserah diri manusia kepadaNya, karena Dia Maha Tahu atas apa yang dirasakan dan dibutuhkan manusia. Jadi, do’a itu tidak harus berpanjang-panjang kata dan bukan melulu menuntut kepentingan duniawi.

Menurut saya, do’a yang kita panjatkan kepadaNya harus to the point (singkat, jelas dan fokus). Disinilah makna sesungguhnya do’a. Sebenarnya, Intisari do’a adalah hubungan komunikasi bathin manusia dengan Tuhan sebagai bentuk rasa syukur atas semua takdir yang diturunkanNya. Efek dashyat dari sebuah do’a ialah rasa keimanan dan ketaqwaan manusia kepadaNya akan semakin meningkat. Wassalam…

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

@INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

foto: istimewa

Mukjizat Kesempurnaan Bacaan dan Gerakan Sholat (puasa hari ke-18)

Mengapa? Karena bulan Ramadhan merupakan bulan anugerah dan mukjizat dari Allah SWT yang diberikan secara langsung kepada umat muslim yang beriman.

Jadi, tak mengherankan ketika bulan Ramadhan, umat muslim berduyun-duyun memenuhi masjid maupun mushola untuk melaksanakan sholat wajib tepat waktu maupun sholat sunnah di pagi, siang, sore dan malam hari. Namun, ada satu pertanyaan kecil yang muncul di pikiran saya, apakah sholat yang saya dan Anda lakukan sudah benar sesuai tuntutan Rasulullah SAW?

Dari pertanyaan ini saya dan Anda harus berani mengevaluasi, apakah gerakan dan bacaan sholat kita sudah tepat dan benar sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW?

Intisari Sholat adalah sebagai medium komunikasi pribadi antara seorang muslim dengan Allah SWT, baik itu sholat yang didirikan secara berjamaah maupun sendiri. Lantas, bagaimana gerakan sholat yang baik dan benar? Saya tidak akan mengupas tatacara gerakan dan bacaan sholat yang baik dan benar. Anda bisa menanyakan hal itu kepada guru ngaji Anda atau searching di Google.

Dalam tulisan sedehana ini saya hanya ingin menyampaikan nilai-nilai filosofis sholat sebatas pengetahuan yang saya miliki. Pada dasarnya, sholat itu dilakukan karena niat suci, keikhlasan dan rasa syukur seorang muslim untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Untuk itulah, bacaan ayat-ayat Al Qur?An yang dilantunkan, sebaik mungkin dilakukan dengan baik dan benar agar proses komunikasi sakral dengan Allah SWT berlangsung efektif dan komunikatif. Begitu juga dengan gerakan sholat, tentu saja harus sesuai dengan tatacara gerakan sholat yang benar berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW.

Lakukanlah sholat dengan tenang, khusyuk dan penuh kerendahan hati sebagai wujud penyerahan diri kita kepada Allah SWT. Namun, faktanya, saat ini masih ada sebagian umat muslim, terkadang gerakan dan bacaan sholatnya terburu-buru. Ini terjadi karena sholat hanya dimaknai sebatas kewajiban belaka.

Kalau umat muslim melaksanakan sholat hanya karena sebatas kewajiban semata, maka yang terjadi adalah sholat cuma menjadi ritual biasa tanpa makna yang tidak menyentuh hati, pikiran, moral dan intellectual seorang muslim. Akhirnya, mungkin saja sholat saya dan Anda menjadi jauh dari nilai kesempurnaan ibadah kepada Allah SWT. Mudah-mudahan gerakan dan bacaan sholat saya dan Anda semakin menjadi sempurna ?Aamiin..

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identification

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

#INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@indonesiacomment

ICTV Televisi Inspirasi Indonesia

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Thursday, July 2, 2020

Antara Bicara & Do’a [puasa hari ke-10]

Berbicara, topiknya bisa ngalor-ngidul. Sedangkan berdo’a merupakan proses komunikasi lahir dan bathin antara manusia dengan Tuhan. Jadi, antara berbicara dan berdo’a sangat jauh berbeda.

baru-baru ini, dalam ceramah sholat Jum’at saya mendapat pencerahan dari khotif tentang dimensi kata bicara dan do’a.

Betapa shocknya saya, ketika khotif mengatakan bahwa berbicara dan berdo’a hampir 100 persen sama maknanya. “Sebagai umat muslim, kita wajib hati-hati dalam berbicara karena berbicara itu mengandung do’a. Ada malaikat di sekitar kita yang mencatat semua pembicaraan kita,’’ ungkap khotif.

Sebenarnya, apa yang dikatakan khotif diatas bukanlah hal baru. Tiga hari yang lalu, Akbar, teman saya di kantor pernah berkata “Siapapun kita, sebaiknya kalau berbicara jangan sembarangan. Soalnya berbicara itu do’a,” ucapnya nyantai.

Saya tidak menggubrisnya. Perkataan Akbar menjadi luar biasa karena khotif sholat Jum’at mengatakan hal serupa. Jadi kesimpulannya, kalau saya berbicara yang baik-baik, maka saya sudah berdoa untuk kebaikan diri saya sendiri dan orang lain. Tapi, Kalau saya berbicara yang buruk-buruk, maka saya sudah berdoa untuk keburukan diri saya sendiri dan orang lain.

Dengan kata lain, obrolan atau berbicara bisa menjadi do’a. Lantas, kalau sebuah perkataan itu adalah do’a, apakah Tuhan akan mengabulkannya? Bisa ya, bisa juga tidak. Itu hak mutlak Tuhan. Dalam dimensi yang lebih luas, berbicara bukan hanya sekadar mengumbar kata-kata secara lisan, tetapi juga bisa tersaji melalui sebuah tulisan.

Mengingat pentingnya makna berbicara dan berdo’a, saya mulai berhati-hati bila berbicara dengan siapapun (tanpa kecuali). Saya berusaha belajar menahan diri dalam berucap, terutama ketika emosi sedang tidak stabil. Saya juga mulai mengurangi tutur kata berlebihan saat sedang bersendau-gurau dengan keluarga atau teman-teman. Saya masih ingat pepatah yang diajarkan guru bahasa Indonesia di kelas lima SD, ‘mulutmu harimaumu’. Saya pikir, pepatah itu masih sangat relevan hingga sekarang.

Munculnya konflik dalam pergaulan sosial, ternyata banyak disebabkan oleh obrolan, ucapan atau pembicaraan yang pada awalnya hanya bersifat gurauan semata. Namun, lambat laun bila gurauan itu berlebihan, mungkin saja direspon secara negatif oleh orang-orang yang terlibat dalam perbincangan. Semoga saja semua perkataan atau pembicaraan yang keluar dari saya dan Anda selalu yang baik-baik saja agar melahirkan kebaikan antarsesama. Wassalam...

Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@wawan_kuswandi

@INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

foto: Isrtimewa