Sunday, May 31, 2020

Salam Seruput Kopi Pait Buat Ustadz Abdul Somad

Seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Abdul Somad (UAS), “Apa sebabnya ustadz, kalau saya menengok salib, menggigil hati saya?". UAS menjawab, "Setan".

Jawaban itu dilanjutkan UAS dengan menyebut salib didiami jin kafir karena patung yang tergantung di situ, begitu juga dengan simbol + di mobil ambulan yang merupakan lambang kafir. Itulah sepenggal tanya-jawab antara UAS dan seorang jamaah yang memicu polemik sengit.

Jawaban konyol Ustadz Abdul Somad (UAS) dituding bisa memicu konflik antarumat beragama di Indonesia. UAS diduga kuat telah melakukan penistakan agama. Sejumlah elemen masyarakat, akhirnya melaporkan UAS ke pihak Polri. Untuk menghindari agar isu konflik berbau agama ini tidak melebar luas, Polri jangan diam dan harus bertindak cepat. Sedikitnya ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi agar kasus ini mereda yaitu pertama, UAS harus mengklarifikasi dan minta maaf atas isi ceramahnya dihadapan publik. Kedua, Polri segera memeriksa dan mengamankan UAS untuk menghindari persekusi massa. Ketiga, semua kelompok ormas berbasis agama agar berusaha menahan diri untuk tidak melakukan aksi demo yang mungkin saja bisa memperkeruh suasana sehingga mengakibatkan kondisi keamaman dan kenyamanan sosial semakin tidak terkendali.

Seperti diberitakan sejumlah media sosial dan media massa, ceramah UAS dalam video yang sudah viral di media sosial, dinilai telah menistakan agama. Namun UAS membantah, dia merasa tidak bersalah atas ceramahnya. Menurutnya, ceramah itu disampaikan untuk kepentingan menjawab pertanyaan jamaah yang hadir dalam forum pengajian tentang patung dan kedudukan Nabi Isa AS. UAS mengatakan bahwa pengajian itu dilakukan tahun 2016 lalu di Masjid An-Nur, Pekanbaru. Dia juga secara tegas menolak meminta maaf kepada publik.

Benar atau tidaknya dugaan UAS melakukan penistaan agama, semestinya Polri segera menindaklanjuti insiden polemik bernuansa agama ini, bila kasus ini tidak diselesaikan dengan cepat, maka benih-benih perpecahan antarumat beragama bisa mencapai klimaksnya .

Adanya sejumlah elemen sosial yang melaporkan UAS ke kepolisian menjadi diskresi bagi Polri, apakah akan meneruskan proses hukumnya atau tidak? Namun, Polri wajib untuk melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap UAS, terutama menyangkut motif ceramah UAS serta dampaknya terhadap kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Polisi harus berani menyelesaikan kasus ini secara terbuka dan profesional.

Citra Buruk

Sesungguhnya, ceramah UAS sudah masuk dalam kategori konsep pencitraan ilmu psikologi politik. UAS mencoba memasukan eleman agama dalam psikologi politik. Sebagai penceramah, UAS secara terbuka sudah mengarahkan ideologinya kepada publik agar massa tertarik untuk mengikuti cara berpikirnya. Dalam kasus ini, UAS sudah membangun citra buruk terhadap penganut agama non muslim. Di sisi lain, gambaran citra buruk terhadap penganut non muslim yang disampaikan UAS mungkin saja salah dan bertentangan dengan pemikiran penganut agama non muslim. Sudah dapat dipastikan bahwa ada perbedaan cara pandang antara UAS dengan penganut agama non muslim ketika melihat sebuah peristiwa, benda atau perilaku tertentu.

Manipulasi Ceramah

Selain memainkan perannya sebagai penceramah agama, UAS juga terkesan sedang melakukan propaganda agama dengan cara-cara sangat buruk yang bisa mengakibatkan perang antaragama. Meminjam pernyataan pakar komunikasi Harold Laswell, apa yang dilakukan UAS merupakan teknik untuk mempengaruhi cara berpikir manusia dengan memanipulasi representasinya. Dalam teori Laswell, propaganda agama yang dilakoni UAS bertujuan untuk mengontrol opini publik melalui simbol-simbol religius.

Bila ditinjau dari sudut pandang Jacques Ellul, seorang filsuf dan sosiolog asal negeri Perancis, UAS telah menciptakan partisipasi aktif maupun pasif kepada publik secara psikologis melalui ceramah yang telah dimanipulasi.

Name Calling merupakan teknik propaganda agama yang dilakukan UAS. UAS menjelek-jelekan simbol penganut agama non muslim dengan cara Name Calling. Padahal, kebenaran isi ceramah UAS masih wajib diuji lebih dalam. Pemberian label buruk terhadap simbol agama (salib) yang dilakukan UAS, kemungkinan besar ditujukan untuk menurunkan derajat penganut agama non muslim. Sebagai umat muslim saya kecewa dengan UAS. Sebagai muslim saya muak dengan UAS. Bagi saya, dia tak layak menjadi bahan referensi ilmu agama. Salam seruput kopi paitnya bro UAS….

LIHAT JUGA:

Indocomm.blogspot.co.id

www.facebook.com/INDONESIAComment/

plus.google.com/+INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.photogallery.com

Foto: Ist

Pelajari [Review] Pelembab dan Foundation Viva

Sebenernya mungkin langkah awal berdasarkan bermake up adalah dengan membersihkan wajah dengan cara double cleansing ya, akan tetapi aku udah review double cleansing yang aku pake dipostingan terdahulu yaa.. Bolehlah dicek lagi postingan-postingan aku .. Hehe.. Jadi sekarang aku mulai review pribadi ke pelembab dan foundation aja... Kali ini saya pake pelembab dan foundation Viva.

1.       Pelembab Viva Green Tea dan Bengkuang

Awalnya aku pake pelembab Viva Green Tea karena menurut review yang saya baca pelembab ini bagus untuk ngontrol minyak di wajah padahal harganya murah meriah. Dan emang terbukti sejujurnya aku cocok sama pelembab ini, nggak terdapat keluhan berarti di wajahku cuman sayangnya karena ini varian green tea yg emang untuk kulit berminyak, itu adalah nggak ada kandungan buat mencerahkan wajah sementara saya senang banget sama kosmetik yg ada kandungan untuk mencerahkannya. Lantaran saya pake hijab, aku liat belang pada wajahku mulai keliatan. Yaah.. Rona kulitku nggak homogen lagi deh..

Akhirnya selesainya habis pelembab Viva Green Tea saya coba pelembab Viva Bengkuang. Semua orang niscaya tau kalo kandungan bengkuang kegunaannya buat mencerahkan. Tapi ternyataaa aku nggak cocok sama yang varian bengkuang ini. Wajahku jadi bruntusan & agak memerah, ditambah Viva Bengkuang ini oil controlnya nggak selumayan Viva Green Tea, hiks.. Lanjut nggak yaa lanjut nggak yaa.. Nggak deh yaa.. Tapi izin nggak mubazir akhirnya Viva Bengkuang ini aku jadiin lotion aja deh.. Lumayan lah karena ukurannya yang mini jadi sanggup dibawa kemana-mana.

Pelembab Viva Green Tea dan Bengkuang ini teksturnya kayak lotion, terdapat wanginya jua. Emang bener apa istilah para beauty blogger kalo pas pake pelembab Viva ini kita berasa pake lotion di wajah. Cepet nyerap di kulit dan nggak lengket, nggak ada rasa perih-perih pula diwajahku. Untuk ukurannya 30 mililiter, sebotol isinya penuh. Dari warna dua-duanya sama-sama berwarna putih.

Nah buat desain kemasannya sendiri, amat disayangkan sih menurutku. Desainnya jadul banget dimulai berdasarkan bentuk botolnya sampe tulisannya yg ternyata cuma nempel di plastik, jadi kalo kita sobek plastiknya, sobek jua lah tulisannya. Trus lubang botolnya yg gede banget dan nggak terdapat penyekatnya lagi pula sangat aku sayangkan. Jadinya tiap kali ngeluarin isinya aku relatif deg-degan takut isinya meleber-meleber keluar karena tekstur pelembabnya pun relatif cair. Tutup botolnya bentuk ulir bukan flip flop. Tapi karena harganya yg murah, apalah daya jika berharap lebih. Mudah-mudahan buat kedepannya tim Viva bikin bungkus rangkaian produknya izin lebih kekinian yaa.. Pelembab ini nggak bertahan lama pada wajahku, juga nggak ada efek mencerahkan sama sekali buat kulit wajahku.

Untuk 2 pelembab ini aku beli pada toko kosmetik deket rumahku, namanya Dayti, disana jual banyak sekali merek kosmetik lengkap. Selain deket, yang bikin aku seneng merupakan selalu diskon 10% buat setiap produknya. Ramah pada dompet kan yaa.. (alasan padahal akunya aja yang pelit, wkwk). Kenapa mampu bonus? Hmm.. Umumnya toko kosmetik kayak gini ngambil barang eksklusif ke pabrik atau distributornya. Harganya? Viva Green Tea Rp 7.000 sedangkan Viva Bengkuang Rp 6.500 itu belum termasuk bonus 10% kalo di Dayti ya.

Repurchase? Kayaknya nggak dulu.. Pengen coba yg lain yang ada kandungan pencerahnya yaa.. Hehe..

Viva Green Tea

Plus :

( ) Oil controlnya tidak mengecewakan mengagumkan dan cocok diwajahku

( ) Cepat menyerap di kulit & nggak lengket

( ) Murah & isinya banyak

( ) Udah ada logo halalnya

Minus :

(-) Nggak mampu mencerahkan paras

(-) Kemasannya jadul & lubang botol nggak ada penyekatnya

(-) Masih mengandung paraben & mineral oil yg kadang jadi masalah buat sebagian orang

Viva Bengkoang

Plus :

( ) Cepat menyerap di kulit & nggak lengket

( ) Murah & isinya banyak

( ) Udah ada logo halalnya

Minus :

(-) Wajahku jadi bruntusan dan kemerah-merahan

(-) Nggak ada dampak mencerahkan juga pada wajahku

(-) Kemasannya jadul & lubang botol nggak ada penyekatnya

(-) Masih mengandung paraben & mineral oil yg kadang jadi masalah buat sebagian orang

(-) Aromanya lebih tajam dibanding Viva Green Tea

2.       Foundation Viva Shade Natural

Untuk foundation saya beli Viva juga, niatnya izin samaan gitu sama pelembabnya. Waktu beli aku bingung pilih shade apa lantaran saya masih belum mahir buat nentuin shade apa yang paling cocok buat rona kulitku, kalo udah gini akhirnya aku minta saran SPG nya aja deh dengan harapan oleh SPG lebih tau mengenai produk yang dia pasarkan. Akhirnya saya beli yg shade Natural.

Pertama kali aku coba aku aplikasikan tipis-tipis dulu pada wajah, saya pake foundation ini setelah pelembab Viva. Hasilnya kok nggak terlalu keliatan ya? Kayak nggak pake foundation aja. Dilain waktu saya aplikasikan relatif tebel, aku ulangi ya, relatif tebel.. Jadi nggak tebel-tebel banget, lah kok jadinya nggak nyatu dikulit ya? Ditambah kilang minyak pada wajahku terutama pada T-zone jadinya kayak cemong-cemong gitu, duh deg-degan takut jadi keliatan kayak pake topeng deh, hiks hiks.. Oke, evaluasinya mungkin aku harus belajar lagi ya cara pake foundation yg bener kayak gimana, trus kapan-kapan saya coba lah ya sebelumnya pake primer dulu lantaran syahdan katanya utama sanggup bikin riasan lebih membaur dan tahan usang, atau pake face mist setelahnya kali ya. Trus kalo saya tanya temenku yang pernah nyoba ini pula, foundation Viva ini ternyata emang kurang ngeblend pada kulit sih yaa.. Hmm...

Untuk teksturnya hampir sama kayak pelembab Viva ya, relatif cair dan ada wanginya bahkan foundation ini wanginya lebih tajam dibanding pelembabnya menurutku. Oil control? Nggak deh. Dari segi desain bungkus sebelas 2 belas lah kayak pelembabnya.

Foundation ini juga saya beli pada Dayti, harganya Rp 6.000 belum diskon 10%.

Repurchase? Nooo...

Plus :

( ) Murah & isinya banyak

( ) Udah ada logo halalnya

Minus :

(-) Masih mengandung paraben & mineral oil yg kadang jadi masalah buat sebagian orang

(-) Aromanya lebih tajam dibanding pelembabnya

(-) Kemasannya jadul & lubang botol nggak ada penyekatnya

(-) Kurang ngeblend sama kulit

Segitu dulu deh review dariku.. Karena kulit tiap orang beda-beda, jadi hasilnya pun niscaya beda ya..

Saturday, May 30, 2020

ICTV: Ritual Adat Seren Taun 2019

Klik hyperlink Ini: ICTV:Ritual Adat Seren Taun 2019

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identification

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Pelajari [Review] Pixy UV Whitening Two Way Cake Cover Smooth

Sejujurnya, para pemilik kulit berminyak lebih disaranin pake bedak tabur ya, lantaran selain teksturnya yg ringan jua umumnya punya oil control yg cantik. Tapi yg namanya cewek pasti deh ya bertanya-tanya lirik-lirik compact podwer atau two way cake, aku banget tuh! Haha.. Trus kalo kini cita rasanya saya repot aja sih kalo pake bedak tabur. Padahal dulu dari jaman SD sampe kuliah aku pake bedak tabur. Nah begitu lulus kuliah mulai deh pindah ke compact powder atau jua two way cake.

Setelah sekian lama aku berpetualang menggunakan bedak Two Way Cake merek lain yg awalnya cocok tapi lama -lama wajahku jadi gatel, trus pindah ke Compact Powder (masih merek lain) yang emang ringan tapi nggak terlalu mengcover, akhirnya kali ini saya coba Pixy UV Whitening Two Way Cake Cover Smooth Shade 04 Natural Peach. Setelah gundah pilih shade mana & berakhirlah aku nanya-nanya mbak SPG Pixy yg untungnya baik dan tabah, maka kupilihlah Shade 04 Natural Peach. Hmm.. Again yaa aku belum begitu mahir milih-milih shade buat warna kulit sendiri.

Lantaran baru awal, jadi saya beli yang refillnya dulu karena selain biar ekonomis (atau pelit?), kemasan refill Pixy ini pula lucu banget sih menurutku, dibanding kemasan yang gede lengkap sama cerminnya saya lebih senang bungkus refillnya. Kenapa? Lantaran walaupun terdapat kacanya tapi bentuknya melebar kesamping gitu, masih nggak bebas ngaca sih menurutku kalo bentuknya kayak gitu, hehe..

Pixy bungkus refill ini warnanya biru soft, bentuknya agak kotak, ukurannya yg kecil nggak ngabisin tempat, plus spons bedaknya yang bisa ditaruh didalem kotak bedaknya. Beda banget sama varian Pixy Perfect Fit yang sponsnya nggak mampu ditaruh didalem kotak bedaknya (jadinya kudu nyiapin tempat lain untuk sponsnya atau disimpen lengkap dalem kardusnya, riweuh deh ah). Kalo Pixy yang ini praktis deh pas dibawa kemana-mana. Ah ya, jangan khawatir didalemnya terdapat plastik mika yang nempel eksklusif sama tempat bedaknya buat sekat antara bedak sama sponsnya, jadi bedak sama sponsnya masih tetep misah ya.

Dulu saya pernah pake Pixy Two Way Cake Perfect Fit sama Pixy Compact Powder Pure Finish akan tetapi lupa dua-duanya shade apa. Menurutku semua bedak Pixy coveringnya rupawan ya, bahkan yg compact powdernya pun coveringnya cantik. Biasanya kan kalo compact powder nggak begitu sanggup mengcover ya setauku. Pixy Two Way Cake Cover Smooth yg kini lagi aku pake juga coveringnya nggak kalah bagus berdasarkan dua sodaranya tadi. Tapi saat diaplikasiin diwajah, nggak tau kenapa varian Pixy Two Way Cake Perfect Fit sama Pixy Compact Powder Pure Finish cita rasanya berat aja diwajahku. Tapi ketika aku coba aplikasiin Pixy Two Way Cake Cover Smooth ini ternyata nggak berat diwajah, padahal aku pakenya barengan sama pelembab dan foundation pula.

Bedak Pixy ini jua terdapat wanginya sih sebenernya akan tetapi nggak begitu merusak dan wanginya hilang aja sehabis diaplikasiin padahal hidungku termasuk hidung yg sensitif loh. Jadi inget dulu aku punya Viva Compact Powder yg kemasannya ungu muda, wanginya duuh ganggu sih dihidungku sampe akhirnya saya kasihin ke sodara deh tuh bedak lantaran nggak kuat wanginya. Staying power? Kayaknya oke deh andai saja saya pake foundation yg lebih bagus.

Aku beli bedak Pixy UV Whitening Two Way Cake Cover Smooth ini pada Dayti, harganya aku lupa antara Rp 23.000 atau Rp 25.000 gitu, itu belum termasuk bonus 10% ya.

Repurchase? Maybe yes, akan tetapi tergiur Pixy Compact Powder Coverlast yg kemasannya relatif mirip BB Cushion yg kini lagi ngehits nih.. (hehe, korban kemasan)

Plus :

( ) Covering cantik

( ) Nggak kerasa berat diwajahku

( ) Wanginya nggak merusak

( ) Kemasan refillnya mengagumkan & praktis banget (sponsnya mampu disimpen didalem kotaknya)

Minus :

(-) Aku nggak suka yg kemasan fullnya sih karena bentuk cerminnya yang melebar ke samping, kurang bebas sih kalo mau ngaca, hehe

ICTV: Kami Bersama Papua, Salam Damai Indonesia

Klik link ini: https://www.youtube.com/watch?v=M61DHb1hNPA

Apa komentar pemerhati komunikasi massa Wawan Kuswandi tentang insiden kerusuhan di Papua? Yuk simak pernyataannya dalam tayangan ICTV. Selamat menyaksikan, terima kasih.

Kontak ICTV: 081289349614

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Id

www.Facebook.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist

Pelajari [Review] Lipstik Viva Nomor 23 dan 30

Jangan bosen sama Viva yaa... Kali ini aku punya lipstiknya. Aku punya 2 lipstik yaitu nomor 23 & 30.

Awalnya saya beli yg angka 23 lantaran menurut review para beauty blogger yg kubaca nomor 23 ini rupawan jadi yasudahlah saya nurut apa istilah orang. Eh tapi ternyata kalo dibibir & diwajahku nomor 23 ini warnanya terlalu gonjreng. Nomor 23 ini punya rona orange yang kukira agak orange bata akan tetapi ternyata orange banget kalo pada saya. Buatku yang nggak senang warna gonjreng akhirnya kuputuskan nomor 23 ini nggak cocok pada saya.

Kalo disapukan satu dua kali hasilnya malah jadi matte loh dibibirku padahal ini termasuk lipstik satin finish, gatau kalo berkali-kali lantaran belum pernah nyoba. Nomor 23 ini ada sedikit glitternya, tapi masih aman kalo mau dipake sehari-hari. Pigmented? Yes!! Makanya aku cuma pake satu atau 2 kali ulas aja.

Karena yg angka 23 menurutku terlalu gonjreng akhirnya saya beli yg angka 30. Niat awalnya sih beli yang angka 05 karena pungkasnya nomor 05 ini sewarna sama lipstiknya Taylor Swift pada albumnya Red (huaaaa Taylor Swift idolakuuuh) makanya pengen banget beli. Tapi pas ke tokonya dan liat itu lipstik nomor 05 merah cabai banget ciutlah akuu.. Wkwk.. Akhirnya nyari rona lain random aja, jatuhlah pilihanku dalam angka 30 kagak pake nyoba-nyoba dulu lantaran emang nggak disediain sampelnya. Dan jengjreeeng pas dicobain pada tempat tinggal , angka 30 ini warnanya pas banget dibibir saya, ini merah apa ya warnanya? Bukan marun bukan cabai, yang pasti nomor 30 ini cocok banget buat si bibir hitam. Kalo diulaskan tipis jadinya natural gitu, kalo diulaskan berkali-kali barulah keluar si rona merahnya. Yang ini jua hasilnya nggak tau kenapa relatif matte dibibirku padahal lagi-lagi ini jenis satin ya. Pigmentednya lumayan walau nggak sepigmented yang angka 23. Hmm... Ternyata kalo ngikutin kata hati sendiri itu memang lebih baik ya daripada ngikutin apa kata orang.

Untuk sekelas lipstik murah tapi nggak murahan Viva ini bagus banget loh, terlebih Viva merupakan merek legend yaa bukan merek abal-abal. Tapiii jangan tanya ini transferproof apa kagak, kalo lipstik jenis satin kan merek apapun niscaya transfer kemana-mana ya. Termasuk lipstik Viva ini transfernya kemana-mana, pas ngaca & nyadar kalo lipstiknya tinggal di pinggiran bibir doang karena abis makan atau minum, eksklusif touch up!!

Atas no.30 ; bawah no.23

Ukurannya pas nggak kegedean nggak kekecilan. Warna kemasannya biru tua serupa varian Viva Queen yang lain. Wangi kedua lipstik ini nggak ganggu, emang ada aromanya akan tetapi masih kondusif lah.

Harga lipstik ini Rp 12.500 belum termasuk diskon 10% di Dayti.

Repurchase? Hehe lain kali yaa.. Tetiba tertarik sama para lip cream yg matte dan transferproof.

Plus :

( ) Harganya murah banget akan tetapi nggak murahan ya lantaran Viva bukan merek abal-abal

( ) Nomor 30 warnanya cocok banget buat bibir hitam

( ) Ukurannya pas nggak ngabisin loka

( ) Hasil akhirnya matte pada bibir aku nggak tau kenapa padahal ini jenis satin

Minus :

(-) Gampang banget luntur & transfer kemana-mana

(-) Nomor 23 rona orangenya terlalu gonjreng

Jawaban UAS Dituding Picu Konflik

Klik link ini: https://geotimes.co.id/op-ed/menyoal-jawaban-uas-dituding-picu-konflik/

Apa pandangan pemerhati komunikasi massa Wawan Kuswandi tentang kasus ustadz Somad? Yuk simak ulasannya. Terima kasih men?

LIHAT JUGA:

Indocomm.Blogspot.Co.Identity

www.Fb.Com/INDONESIAComment/

plus.Google.Com/ INDONESIAComment

@INDONESIAComment

@INDONESIACommentofficial

@wawanku86931157

ICTV Youtube Channel

THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE

#INDONESIAComment

Deenwawan.Photogallery.Com

Foto: Ist