KOMPAS.com - Tingkat aktivitas seseorang yg tinggi turut memengaruhi pilihan busananya.
Busana berdaya pakai tinggi, yg mampu digunakan dalam banyak sekali kesempatan serta gampang dipadu padankan, tapi tetap memberi kesan mengikuti perkembangan mode terkini, menjadi pilihan para perempuan aktif yg sadar fashion.
Merek fashion, Ree Indonesia, menjawab kebutuhan tadi bareng menghadirkan kostum siap pakai yg memberi tampilan modis, tapi tetap profesional.
Riana Bismarak, pendiri Ree Indonesia, mengatakan, awalnya merasa gemas bareng dominasi label kostum luar negeri buat kategori fast fashion.
"Sekitar 4 tahun lalu, kalau kita lihat merek kostum waktu itu harganya tinggi banget atau bawah banget. Yang tengah-tengah masih kosong," celoteh Riana.
Ditemui di butiknya di daerah Kemang Timur Jakarta Selatan, Riana mengatakan, perempuan pekerja yg sudah nisbi mapan, kebanyakan akan menentukan kostum merek luar.
"Kebanyakan merek lokal bajunya terlalu kasual, terlalu gombrong, atau modelnya asimetris yg tidak cocok buat ke kantor," ujar perempuan berusia 42 tahun itu.
Wanita yg sebelumnya membidani lahirnya situs belanja belowcepek.com ini, lalu meluncurkan merek Ree Indonesia sekitar tahun 2014.
"Sebenarnya agak terpaksa sebab waktu itu aku menang Wanita Wirausaha Femina serta dapat jatah both perdeo di Jakarta Fashion Week (JFW). Tapi resah mau diisi apa sebab aku tidak punya label," pungkasnya.
Dengan persiapan yg mepet, hanya 2 bulan, dia pun membentuk contoh-contoh baju yg selama ini hanya timbul di benaknya.
Dok Pribadi Riana Bismarak, pendiri Ree Indonesia.
"Pada dasarnya sudah tahu mau bikin baju apa, jadi hanya tinggal merealisasikan. Cuma selama ini tidak pede sebab aku bukan desainer," ujar perempuan yg belasan tahun bekerja di bidang pariwisata ini.
Akhirnya booth di JFW itu pun dia isi bareng beberapa contoh baju rancangannya.
"Semuanya baru baju-baju sampel sebab aku ingin tahu timbul yg mau beli atau enggak. Ternyata banyak pula yg pesan (PO)," paparnya.
Tahun berikutnya, Ree kembali membuka both serta menambah produksinya. Penjualan pun dilakukan melalui situs serta media umum secara lebih berfokus.
Be Ready
Ree Indonesia, berdasarkan Riana, mempunyai konsep "Be Ready" buat banyak sekali kesempatan.
"Kalau di Jakarta kayaknya enggak mungkin pulang dulu buat ganti baju kalau kita mau datang ke acara malam. Jadi, kalau pakai baju-baju Ree, pagi masih keren, siang masih keren, bahkan hingga malam digunakan hang out atau acara, tetap mampu," pungkasnya.
Memiliki desain bareng garis yg terbaru, rapi, serta pula edgy, Ree kini menyasar para profesional serta perempuan aktif berusia 25-50 tahun.
"Ree itu mirip baju desainer, tapi masih affordable. Semua yg aku buat harganya tidak timbul yg di atas satu juta, sebab kalau sudah di atas itu orang tidak mau beli online," ujarnya.
Konsep tadi dijaga betul sang Riana. Misalnya saja, alih-alih dengan influencer fashion mirip merek lain, Ree menentukan menggandeng konsumennya yg kebanyakan merupakan perempuan bareng karir sukses menjadi modelnya.
"Ada yg sudah pegang jabatan general manager, founder urusan ekonomi, CEO, atau mak rumah tangga, tapi semuanya merupakan konsumen Ree," pungkasnya.
Ia pula menghendaki konsumennya membeli baju-baju rancangannya sebab menyukai modelnya serta bangga memakainya.
"Ree sangat selektif menentukan ajakan pameran. Karena aku ingin konsumen Ree bangga dengan merk ini," pungkasnya.
Riana menambahkan, selain modelnya, faktor kenyamanan pula menjadi ciri dari merek ini.
"Banyak konsumen aku yg pakai bajunya berulang-ulang, sebab enak digunakan akhirnya jadi andalan," pungkasnya.
Walau tidak mempunyai latar belakang sekolah desain, namun Riana mengaku seringkali melakukan trial and error buat menemukan rabat baju yg enak digunakan.
"Saya seringkali bongkar pasang baju sampel dari penjahit aku hingga terasa enak digunakan. Karena baju-bajunya Ree ini all size, jadi wajib bagus digunakan sang orang dari banyak sekali contoh tubuh," pungkasnya.
Saat ini Ree secara rutin mengeluarkan koleksi contoh baru setiap 2 minggu sekali.
Secara garis besar, berdasarkan Riana, timbul 3 jenis koleksi Ree, yaitu basic, on musim, serta touch of Indonesia.
"Kalau kategori basic itu contohnya celana, blus, atau blazer. Sedangkan on musim artinya baju bareng rabat yg kekinian, contohnya kerahnya atau asimetris. Untuk touch of Indonesia contohnya batik, tenun, ikat, atau shibori," pungkasnya.
Dont be too serious , lets make the white shirt play with some polkadot ???? . . Buy Now at https://reeindonesia.com WA +6287877226386 / 0878 83172289 . #REEstyle #ootd #localbrand #madeinindonesia #reeindonesia #shopping #fashion #style #instagood #instadaily #promo #newarrivals #careerwoman #black #instafashion #officelook #happylife #pants #blackandwhite #white #polkadots
A post shared by Ree (@reeindonesia) on May 16, 2018 at 10:26pm PDT
Distribusi luas
Di tahun keempat ini berdasarkan Riana, penjualan Ree terus meningkat. Chanel distribusinya pun tidak cuma terbatas dalam situs serta media umum Ree tapi pula situs e-commerce internasional mirip Zalora, Blibli, atau pun Mataharimal.
"Ree pula tersedia di Hijub buat yg modest wear," pungkasnya.
Wanita yg pernah menjabat menjadi Corporate Director Sales and Marketing ini mengaku waktu ini urusan ekonomi Ree masih belum mampu memberinya penghasilan mirip dulu. Namun, dia merasa menerima kebahagiaan yg tidak selaras.
"Saya mampu berbagi bareng orang lain, jadi pembicara, serta melakukan hal-hal yg dulu mustahil dilakukan waktu masih jadi direktur," pungkasnya.
Riana mengatakan masih mempunyai mimpi bekerja sama bareng banyak desainer muda supaya merek lokal mampu bersaing.
"Kalau desainer muda mungkin tidak punya kapasitas membentuk baju dalam jumlah banyak sehingga harganya jadi mahal," pungkasnya.
Ia pula mengaku tidak bercita-cita membuka toko offline.
"Indonesia ini luas sekali. Harus buat berapa toko buat menjangkau semua. Penjualan online ini berdasarkan aku yg paling pasti, berasal harganya tidak terlalu mahal," pungkasnya.